Breaking News

Antrean Solar Subsidi

Antrean Solar Subsidi Bikin Arus Lalulintas jadi Macet, Sopir Bus Mengeluh Lamanya Waktu Antre

Sopir bus Simpati Star itu mengungkapkan, tiba di Banda Aceh, dari Medan, pukul 08.00 WIB, harusnya istrahat dulu. Tapi sekarang ini, setelah menurunk

Penulis: Herianto | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/HERIANTO
Antrean bus penumpang, truk barang, truk pasir dan jenis mobil bermesin disel untuk mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar subsidi di SPBU Kota Banda Aceh dan Aceh Besar mengakibat jalan menuju SPBU jadi macet. 

Laporan Herianto I Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Antrean bus penumpang, truk barang, truk pasir dan jenis mobil bermesin disel untuk mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar subsidi di SPBU Kota Banda Aceh dan Aceh Besar mengakibat jalan menuju SPBU jadi macet.

“Antrean panjang mobil di SPBU untuk mendapatkan solar subsidi, tidak hanya membuat jalan menuju SPBU jadi macet, tapi juga membuat para sopir bus dan truk, kelelahan dan sangat membosankan,” kata Samsul, seorang sopir bus antarprovinsi kepada Serambinews.com saat mengisi solar subsidi di SPBU Luengbata, Kamis (24/3/2022).

Sopir bus Simpati Star itu mengungkapkan, tiba di Banda Aceh, dari Medan, pukul 08.00 WIB, harusnya istrahat dulu. Tapi sekarang ini, setelah menurunkan semua penumpang di Terminal Bus Batoh, langsung mencari solar subsidi di sejumlah SPBU yang ada di Banda Aceh dan Aceh Besar, untuk persiapan berangkat kembali dari Banda Aceh ke Medan pada pukul 20.00 WIB.

VIDEO Antrian Solar Subsidi di SPBU Paya Undan Nagan Raya

Antrean mengisi solar subsidi di SPBU Luengbata ini, sebut Samsul, sejak pukul 09.00 WIB, baru dapat giliran mengisi solar subsidi di SPBU pada pukul 10.30 WIB.

Untuk bus penumpang sebesar Bus Simpati Star ini, harus bisa mendapat pengisian solar subsidi sedikitnya 200 liter, untuk bisa berangkat kembali ke Medan.

Bus Simpati Star, kata Samsul, Bus nonstop, tidak berhenti di terminal dan SPBU dalam perjalanannya dari Banda Aceh menuju Medan. Makanya Bus ini, baru bisa berangkat kembali menuju Medan, bila mendapat pengisian solar subsidi di SPBU sedikitnya 200 liter.

Samsul mengakui, pernah ikut antrean pengisian solar subsidi di SPBU, belum sampai tiba untuk pengisian, solar subsidinya sudah habis di SPBU dan harus mencari ke SPBU lain yang sedang menjual solar subsidi, seperti kondisi saat ini.

Suplai Solar Subsidi Berkurang ke SPBU Sejak Minggu Keempat Januari sampai Minggu Kedua Februari

Ungkapan serupa juga disampaikan Sudirman, sopir mini bus antarkota. Sudirman mengatakan, dirinya sudah tiba di Banda Aceh dari wilyah pantai Barat- Selatan Aceh, pada pukul 06.00 WIB. Setelah mengantar penumpang, langsung menuju SPBU. SPBU di Luengbata, baru buka pukul 07.00 WIB, tapi sudah ada antrean puluhan mobil, dari mulai mobil bus besar, sampai truk tronton, pikap dan mobil pribadi, sudang antre di pinggiran jalan menuju SPBU, Luengbata.

Jadi sopir angkutan umum saat ini, kata Sudirman, sangat susah. Karena, setelah mengantar penumpang, harus istrahat tidur dulu, tapi sekarang harus ke SPBU untuk mendapatkan solar subsidi.

Kalau tidak dapat solar, sore harinya, tak bisa berangkat ke wilyah pantai Barat-Selatan Aceh, membawa penumpang yang sudah membeli tiket di kantor.

Untuk mini bus seperti Mobil Toyota Hiace ini, sebut Sudirman, satu kali isi harus bisa mendapat solar subsidi 50 – 60 liter.

Kalau tak dapat mengisi solar sebanyak itu, bus tidak bisa dioperasikan ke luar Kota Banda Aceh, karena dalam perjalanan belum tentu bisa mendapat solar subsidi di SPBU.

Ketua Hiswanamigas Aceh, Nahrawi Nurdin, yang dimintai tanggapannya terkait keluhan para sopir susah mendapat solar subsidi di SPBU mengatakan, solar jenis BBM yang disubsidi, sehingga penjualannya harus diatur dan diawasi begitu ketat. Beda dengan BBM Dexlite dan Pertadex.

BBM itu tidak disubsidi, sehingga harganya jualnya sudah mahal di SPBU di atas Rp 12.000/liter.

Untuk mobil angkutan umum sperti bus dan barangan, kata Nahrawi Nurdin, mereka pasti mencari BBM jenis solar, yang harganya masih murah Rp 5.150/liter. Harga solar murah, karena pemerintah masih mensubsidinya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved