Internasional

Keindahan dan Kedamaian Mariupol Berubah Menjadi Puing-Puing, "Kami Tidak Punya Apa-Apa Lagi"

Kota Mariupol, Ukraina yang awalnya damai dan indah berubah menjadi puing-puing bangunan yang berserakan dimana-mana.

Editor: M Nur Pakar
AFP/Citra satelit © 2022 Maxar Technologies
Citra satelit Maxar yang dirilis pada 22 Maret 2022 menunjukkan gedung-gedung yang terbakar di Mariupol, Ukraina. 

SERAMBINEWS.COM, KIEV - Kota Mariupol, Ukraina yang awalnya damai dan indah berubah menjadi puing-puing bangunan yang berserakan dimana-mana.

Penduduk Mariupol yang tidak sempat melarikan diri sudah menjadi tunawisma atau tidak punya tempat tinggal lagi.

Dilansir Reuters, Selasa (29/3/2022), sebelum Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari, penduduk Mariupol, Irina dan keluarganya memiliki kehidupan yang indah.

Dia seorang insinyur desain dengan penghasilan besar dan anak-anaknya memiliki pekerjaan yang luar biasa.

Hari ini, dia sudah menjadi tunawisma.

"Kami tidak punya apa-apa lagi,," kata Irina kepada Reuters pada Senin (28/3/2022) ketika dia berdiri di depan reruntuhan rumahny dengan wallpaper terkelupas dari dinding di belakangnya.

"Kami kehilangan tempat tinggal, mereka telah menghancurkan segalanya," katanya.

Baca juga: Partai Politik Utama Rusia Buka Kantor di Mariupol, PBB Kesulitan Hitung Korban Tewas

"Kami tidak punya tempat lagi untuk pergi," ujarnya.

Mariupol, sebuah kota pelabuhan di tenggara Ukraina, telah dikepung pasukan Putin selama berminggu-minggu.

Seiring dengan serangan yang sering terjadi, warga sipil yang tidak dapat pergi terus kekurangan makanan, air, gas, dan listrik.

Akhir pekan lalu, pejabat Ukraina memperkirakan ada sekitar 100.000 warga sipil yang terperangkap di Mariupol .

Kurangnya kebutuhan sehari-hari telah merugikan keluarga Irina yang terdiri dari delapan orang.

Yang mereka miliki hanyalah dua ember kentang dan satu ember bawang, ditambah delapan potong ikan beku.

Baca juga: Wakil Perdana Menteri Ukraina Kutuk Rusia, Kota Mariupol Sudah Tidak Ada Lagi

Mereka menggunakan bahan-bahan itu untuk membuat sup, tapi tentunya tidak bertahan lama.

"Kami akan memasak sup selama empat hari" kata Irina.

"Empat hari untuk delapan orang, karena tidak ada makanan sama sekali dan Anda harus memahaminya," jelasnya.

Genadiy, penduduk lama Mariupol lainnya, seorang pembuat sepatu di kota pelabuhan selama 37 tahun sebelum invasi dimulai.

"Saya dengan bangga bekerja sebagai pembuat sepatu, tetapi saat ini tidak punya apa-apa," katanya kepada Reuters

Dia memberi keterangan saat membawa barang-barangnya keluar dari rumahnya, saat ledakan terdengar di kejauhan.

Baca juga: Tangan Korban Selamat Mariupol Gemetar, Usai Tiba di Lviv dengan Kereta Api

"Tidak ada bengkel, tidak ada pekerjaan dan sangat menakutkan untuk tinggal tanpa apa-apa," ujarnya.

"Saya harus berpakaian dan memakai sepatu untuk anak-anak," tambahnya.

Banyak penduduk kehilangan rumah mereka di tengah suhu dingin.

Pada Selasa (29/3/2022) malam diperkirakan akan melihat suhu terendah dibawah 40 derajat Fahrenheit, menurut The Weather Channel

Angin diperkirakan akan berhembus hingga 51 km per jam.

"Tidak ada yang tersisa," kata warga Mariupol, Vladimir.

"Saya tinggal di pemandian," ujarya.

"Saya memiliki pemandian kecil dan kompor, dan hanya itu," katanya.

"Tidak ada atap dan tidak ada apa-apa," ujarnya lirih.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved