Internasional
Presiden Tunisia Kutuk Parlemen Ilegal, Dituduh Merencanakan Menebar Kekacauan di Dalam Negeri
Presiden Tunisia Kais Saied mengutuk pertemuan "ilegal" parlemen Tunisia yang dibubarkan pada Juli 2021 lalu.
SERAMBINEWS.COM, TUNIS - Presiden Tunisia Kais Saied mengutuk pertemuan "ilegal" parlemen Tunisia yang dibubarkan pada Juli 2021 lalu.
Dia mengatakan mereka yang bertanggung jawab atas sesi virtual berusaha menabur kekacauan di seluruh negeri.
Negara Afrika Utara itu berada dalam pergolakan krisis politik dan ekonomi yang mendalam yang berubah secara dramatis pada 25 Juli 2021.
Seusai Saied memecat pemerintah dan menangguhkan majelis, kemudian pindah ke pemerintahan melalui dekrit.
Lawannya menyebut gerakan itu sebagai kudeta terhadap demokrasi penuh yang muncul setelah revolusi 2011 yang menggulingkan diktator Zine El Abidine Ben Ali dan memicu revolusi Musim Semi Arab.
Ketua parlemen Rached Ghannouchi, Ketua Partai Ennahdha yang berhaluan Islam menyerukan sidang pleno pada Rabu (30/3/2022) untuk membahas langkah-langkah luar biasa.
Baca juga: Mantan Menteri Kehakiman Tunisia Mogok Makan, Akhirnya Masuk Rumah Sakit
Dalam sebuah video yang diterbitkan oleh kantornya pada Senin (28/3/2022) malam, presiden mengatakan yang disebut 'pertemuan virtual' ilegal karena majelis telah dibekukan.
Berbicara pada pertemuan Dewan Keamanan Nasional, dia menuduh saingannya sedang melakukan upaya kudeta.
Dia mengatakan aparat keamanan akan berurusan dengan mereka yang berusaha menciptakan perselisihan domestik.
Ghannouchi, yang partainya telah mendominasi politik Tunisia sejak revolusi dipandang sebagai saingan utama Saied.
Dia menyampaikan seruannya dalam pertemuan virtual yang mempertemukan para kepala blok parlemen pada Senin (28/3/2022).
Baca juga: Ratusan Warga Turun ke Jalan, Peringati Revolusi Tunisia ke-11, Tumbangnya Diktator Ben Ali
Para anggota parlemen juga memutuskan untuk mengadakan pleno lain pada hari Sabtu untuk membahas situasi ekonomi Tunisia yang memburuk dan keuangan publik.
Mereka tidak merinci bagaimana pleno akan diadakan, tetapi gedung parlemen telah ditutup oleh pasukan keamanan sejak perebutan kekuasaan Saied tahun lalu.
Saied menolak gerakan itu sebagai celaka dan tidak berharga, dengan mengejek, jika mereka ingin bertemu, dapat melakukannya di pesawat ruang angkasa.
Serikat buruh UGTT yang kuat di Tunisia juga mengkritik rencana pertemuan parlemen.
"Langkah seperti itu mengancam menyeret negara ke dalam konflik," kata juru bicara Sami Tahri.(*)
Baca juga: Ribuan Demonstran Tuntut Presiden Pulihkan Kembali Parlemen Tunisia