Solar Subsidi

Pertamina Suplai Solar Subsidi 16 KL per Hari, SPBU Bebas Antrean Truk Barang & Penumpang

Terkait masalah solar subsidi, Erwan mengatakan, ada empat SPBU yang menjadi tumpuan  truk barang dan truk angkutan penumpang maupun minibus Medan – B

Penulis: Herianto | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/HERIANTO
Setelah Pertamina menyuplai 16 KL per hari solar subsidi kepada empat SPBU besar yang ada di Aceh Besar dan Banda Aceh, yaitu SPBU Lamsayen, Jalan Soekarno – Hatta, SPBU Luengbata, SPBU Batoh dan SPBU Mibo, di wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar sekitarnya, sudah bebas dari suasana antrean panjang truk angkutan barang dan bus, mini bus dan pikap, serta mobil pribadi. 

Laporan Herianto l Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Kalangan pengusaha SPBU di Banda Aceh dan Aceh Besar menyatakan, setelah Pertamina menyuplai 16 KL per hari solar subsidi kepada empat SPBU besar yang ada di Aceh Besar dan Banda Aceh, yaitu SPBU Lamsayen, Jalan Soekarno – Hatta, SPBU Luengbata, SPBU Batoh dan SPBU Mibo, di wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar sekitarnya, sudah bebas dari suasana antrean panjang truk angkutan barang dan bus, mini bus dan pikap, serta mobil pribadi.

“Suasana seperti ini, sudah berlangsung  sejak minggu lalu dan kami mengucapkan terima kasih kepada Pertamina,” kata Erwan, pengawas SPBU Lungbata Kepada Serambinews.com, Selasa (5/4/2022) di Banda Aceh.

Ungkapan yang sama juga disampaikan Ketua Hiswanamigas Aceh, Nahrawi Nurdin. Ia mengatakan, kalau untuk BBM jenis solar subsidi, mulai minggu lalu sampai minggu ini suasananya sudah normal kembali dan tidak ada antrean truk barang dan angkutan penumpang umum dan lainnya di SPBU, setelah Pertamina menyuplai 16 KL ke SPBU setiap hari.   

Saat ini, yang menjadi perhatian publik, kata Awi, panggilan akrab Nahrawi Nurdin, adalah kenaikan BBM jenis Pertamax, berdampak kepada penyediaan pertalite di sejumlah SPBU di daerah, seperti di Bener Meriah dan daerah lainnya. Tapi di Banda Aceh dan Aceh Besar, belum berdampak negatif.

Nelayan Mulai Melaut usai Libur Meugang, Boat di Bawah 30 GT Harus Antre Solar Subsidi sampai 5 Hari

Sejak Menteri ESDM menetapkan BBM jenis pertalite sebagai BBM penugasan khusus melalui  SK Nomor 37.K/HK.02/MEM.M/2022 tertanggal 1 April 2022, ungkap Awi,  permintaan BBM jenis pertamax di SPBU meningkat.

“Kenaikan permintaan pertamax, karena pengecer bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite, telah mengalihkan pembelian BBM barang dagangannya, dari BBM jenis pertalite ke BBM jenis pertamax, setelah ada larangan SPBU tidak boleh lagi melayani pembelian pertalite gunakan dirigen,” kata Ketua Hiswanamigas Aceh, Nahrawi Nurdin.

Ketua Hiswanamigas Aceh itu mengatakan, setelah pemerintah menaikkan harga BBM jenis pertamax dari Rp 9.000 menjadi Rp 12.500/liter, ia perkirakan permintaan BBM jenis pertamax di SPBU nya yang terletak di Jalan Soekarno Hatta, Gampong Lamsayen, Aceh Besar akan menurun, tapi fakta yang terjadi pada hari ini, permintaannya meningkat dari 4 – 5 ton/hari naik menjadi 7 – 8 ton/hari.

Hiswana Migas Sarankan Gubernur Aceh Usul Tambahan Kuota Solar Subsidi ke Menteri ESDM

Atas kenaikan permintaan BBM jenis pertamax itu, kata Awi, panggilan akrab Ketua Hiswana Migas Aceh itu, dirinya melakukan penyelidikan ke SPBU, untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan permintaan BBM jenis pertamax bisa meningkat 60 persen, sedangkan harganya naik dari Rp 9.000/liter menjadi Rp 12.500/liter.

Operator SPBU Awi menyatakan, penjualan BBM jenis pertamax di SPBU meningkat, disebabkan setelah Menteri ESDM menerebitkan SKnya Nomor 37 tahun 2022 tentang penetapan BBM jenis pertalite (RON 90) sebagai penugasan khusus, sama seperti BBM jenis premium (RON 88) yang sudah dihapus penjualannya di SPBU, dimana SPBU tidak boleh lagi melayani pembelian BBM jenis pertalite gunakan jirigen.

“Dampak dari pelarangan tersebut, pengecer BBM di pinggir jalan, mengalihkan pembelian BBM barang dagangannya dari BBM jenis pertalite ke BBM jenis pertamax, sehingga permintaan BBM jenis pertamax jadi meningkat di SPBU,” ujar operator SPBU Awi.

Ungkapan yang serupa juga dikatakan operator SPBU Lungbata, Kota Banda Aceh, Rahmat. Setelah Pertamina melarang pihak SPBU melayani penjualan BBM jenis pertalite menggunakan dirigen, pembelian pertamax menggunakan dirigen bertambah di SPBU.

Pembeli BBM jenis pertamax di SPBU, kata Rahmat, paling banyak datang dari pengecer BBM di pinggir jalan yang Selma ini menjual BBM jenis pertalite. Karena pihak SPBU sudah dilarang Pertamina untuk melayani pembeli BBM jenis pertalite yang gunakan dirigen, makanya mereka mengalihkan pembelian BBM jenis pertalite kepada BBM jenis pertamax. BBM jenis pertamax itu dibelinya di SPBU senilai Rp 12.500/liter, dijual secara eceran dipinggir jalan saat ini sekitar Rp 14.000/liter.

Erwan, pengawas SPBU Lungbata mengatakan, pihaknya memperkirakan, setelah pemerintah menaikkan harga BBM jenis pertamax dari Rp 9.000 naik menjadi Rp 12.500/liter, sejak tanggal 1 April 2022 lalu, permintaan BBM jenis pertamax itu akan menurun, tapi faktanya setelah kenaikan BBM jenis Pertamax berjalan lima hari, permintaan BBM jenis pertamax tidak menurun, malah meningkat.

Alasannya, kata Erwan,  karena sekarang ini pengecer BBM jenis pertalite, telah mengalihkan penjualan BBM barang dagangannya ke BBM jenis pertamax.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved