Kupi Beungoh
Benar Prof, Perang Rusia Ukraina Berdampak ke Aceh, Harga Sambai On Peugaga dan Ceundoi Pun Meroket
“Ukraina, Puasa, dan Panteraja yang Menderita” di antara judul yang menarik saya untuk membaca ulasan Prof Humam tentang invasi Rusia di Ukraina
Dari Mi Razali, Canai Mamak, Kuala Batee, Hingga Cot Kafiraton
Prof Ahmad Humam Hamid memang bukan profesor “teorisasi” yang penuh dengan rumus-rumus atau kalimat-kalimat filosofis yang kerap menimbulkan kebingungan hingga perdebatan.
Tiga artikel lain dalam serial “Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3” juga mengupas tuntas tentang dampak perang Rusia di Ukraina terhadap kehidupan di Aceh.
Ketika artikel itu adalah “Kinzhal, Mie Razali, Canai Mamak, dan Stringer”, “Pax Americana, Kuala Batee, dan Ukraina” dan yang terakhir “Stratak Putin, PAHE, dan Cot Kafiraton”.
Cot Kafiraton yang diangkat Prof Humam pada seri ke-19 artikelnya tentang Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 ini, benar-benar nama yang asing bagi saya, mungkin juga banyak pembaca di Aceh.
Lagi-lagi Prof Humam membuktikan bahwa beliau bukanlah profesor yang hidup dalam perpustakaan, hanya bergelimang buku-buku dalam bahasa Inggris.
Istilah anak muda sekarang, Prof Humam bukan profesor kaleng-kaleng.
Setelah membaca artikel itu, saya baru tahu ternyata Cot Kafiraton itu adalah nama sebuah desa atau gampong di Kecamatan Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara.
Untuk pembaca ketahui, Seunuddon ini adalah kampung asalnya mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Muzakir Manaf alias Mualem.

Nama Cot Kafiraton yang diangkat Prof Humam dalam salah satu judul “Serial Perang Ukraina” di rubrik Kupi Beungoh Serambinews.com, juga membuat publik mereka-reka sejarah dan asal muasal nama kampung itu.
“Jameun sang le that kaphe inong jiduek di gampong nyan. Maka jih geuboh nan ‘Cot Kafiraton’,” tulis seorang anggota Grup Peh Tem Soh yang bermukim di Malaysia.
Karena dalam bahasa Melayu, Cot itu bermakna bukit, sementara Kafiraton, mungkin bisa diartikan sebagai kafir perempuan, yang jika digabung maka Cot Kafiraton bermakna, bukit kafir perempuan.
Haha, ada-ada saja. Atau mungkin dulu ada yang iseng menyebut istilah itu, hingga menjadi nama sebuah kampung.
Alahom hai, yang pasti melalui Cot Kafiraton ini, Prof Humam berhasil memancing saya, mungkin juga Anda untuk membaca pendapat dan jalan pikirannya tentang invasi Rusia di Ukraina.
Tapi sayangnya, lagi-lagi, saya harus menguburkan keinginan untuk melihat langsung kondisi kehidupan masyarakat di Cot Kafiraton yang berjarak sekitar 320 kilometer dari tempat tinggal saya di Banda Aceh.
Baca juga: Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (XIX) - Stratak Putin, PAHE, dan Cot Kafiraton