Berita Bireuen
Unik, Ada Masjid Jin di Samalanga Bireuen, Begini Sejarahnya
Lokasi Masjid Jin di areal persawahan yang diapit dua desa, yakni sebelah timur berbatasan dengan Lhok Seumira/Meunasah Lueng.
Penulis: Yusmandin Idris | Editor: Mursal Ismail
Lokasi Masjid Jin di areal persawahan yang diapit dua desa, yakni sebelah timur berbatasan dengan Lhok Seumira/Meunasah Lueng.
Laporan Yusmandin Idris I Bireuen
SERAMBINEWS.COM, BIREUEN – Salah satu masjid di Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen, Aceh akhir-akhir ini diberi nama Masjid Jin.
Lokasi Masjid Jin di areal persawahan yang diapit dua desa, yakni sebelah timur berbatasan dengan Lhok Seumira/Meunasah Lueng.
Sebelah barat dengan Lhok Seumira dan Meunasah Lueng.
Sedangkan sebelah utara dengan Desa Meunasah Lueng dan sebelah selatan dengan
Lhok Seumira.
Bangunannya walaupun kuno, tetapi sangat indah dan terdapat dua selasar kiri dan kanan dan pintu utama bagian tengah dengan tiga anak tangga.
Luas bangunan sekitar 20 x 20 meter dengan areal komplek masjid sekitar 60 x 60 meter.
Baca juga: Inilah Masjid Jin, Lokasi yang Jadi Tempat Nabi Muhammad SAW Mengislamkan 7 Jin Pertama Kali
Warga setempat, Tgk M Yunus Ahmad (58) kepada Serambinews.com, Minggu (10/4/2022) mengatakan masyarakat Samalanga umumnya menyebut masjid Jamik Kutablang, Samalanga.
Jamaah tetap masjid ini adalah masyarakat desa Meunasah Lueng, Lhok Seumira, UIee Jembatan, dan Lancok.
“Banyak orang luar menyebut masjid jin, sedangkan masyarakat Samalanga menyebutkan mesjid Kutablang,” ujarnya.
Menyangkut sejarahnya, kata Tgk M Yunus, penuturan orang tua masjid tersebut dibangun tahun 1901 oleh almarhum Teungku Haji Syekh Abdul Jalil.
Masjid ini sudah beberapa kali direhab, namun bangunan utama tetap utuh.
Amatan Serambinews.com, bangunan sangat indah, tiang besar bulat terlihat sangat kokoh.
Masjid semakin terlihat indah karena dicat kuning emas dipadu putih.
Bagian dalam tidak begitu luas, mimbar juga sederhana tapi sangat cantik.
Menjawab Serambinews.com menyangkut sebutan Masjid Jin, M Yunus mengisahkan, sepengetahuannya, Teungku Haji Syekh Abdul Jalil yang baru pulang menimba ilmu di tanah suci Mekkah, menggelar pengajian di masjid itu.
Saat pengajian ada jamaah pengajian merasa heran karena ada dua tirai di dalam masjid.
Padahal jamaah yang ikut pengajian hanya satu tirai.
Berhubung penasaran, jamaah itu pun bertanya kepada Teungku Haji Syekh Abdul Jalil.
Ulama itu pun menjawab bahwa ada jin muslim yang juga ikut pengajiannya.
Peserta pengajian memahami, namun rasa ingin tahu tetap ada, hingga satu ketika, jamaah meminta kepada Teungku Haji Syekh Abdul Jalil, agar menyakinkan mereka.
Caranya menunjukkan jamaah jin agar dapat dilihat dengan mata mereka.
Syekh Abdul Jalil memenuhi permintaan tersebut dengan syarat jamaah tidak tertawa ketika melihat jamaah jin dan tidak boleh riuh.
Akhirnya, penuturan orang tua yang didengarnya, mereka melihat jamaah jin.
Namun ada jamaah mengingkari janjinya, yaitu riuh, sehingga sejak itu jamaah jin tersebut tidak bisa lagi dilihat manusia di masjid tersebut.
Sementara itu, sekarang di sekeliling masjid terdapat beberapa makam bersejarah, yaitu kuburan Tgk Syekh Abdul Jalil dan empat kuburan lainnya.
Di samping makam tersebut tertulis makam keluarga Tun Sri Lanang dan juga terdapat satu
pamflet Pemerintah Kabupaten Bireuen.
Kemudian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, situs cagar budaya, dan Kompleks Masjid Kuta Blang. (*)