Luar Negeri
Orang Mati Tak Bisa Beristirahat dengan Tenang di Pakistan, Kerap Dihantui Mafia Penggali Kubur
Mafia penggali kuburan akan menghancurkan kuburan lama untuk memberi ruang bagi jenazah baru, dengan membayar harga sesuai kesepakatan.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Amirullah
Orang Mati Tak Bisa Beristirahat dengan Tenang di Pakistan, Kerap Dihantui Mafia Penggali Kubur
SERAMBINEWS.COM – “Dia sudah istirahat dengan tenang”, kata-kata tersebut mungkin sering terdengar ketika mendengar kabar orang yang meninggal.
Namun itu tidak berlaku bagi penduduk di kota metropolitan Karachi, Pakistan.
Orang yang sudah meninggal di daerah tersebut kerap dihantui oleh mafia penggali kubur.
Di sana kuburan telah penuh dan orang mati telah kehabisan tempat untuk beristirahat.
Baca juga: Kuburan Massal Warga Sipil Ukraina Ditemukan di Dekat Kyiv saat Pasukan Rusia Mundur
Mafia penggali kuburan akan menghancurkan kuburan lama untuk memberi ruang bagi jenazah baru, dengan membayar harga sesuai kesepakatan.
Lebih dari 20 juta penduduk, tempat pemakaman Masyarakat Perumahan Koperasi Karyawan Pakistan (PECHS) yang dikelola telah resmi penuh selama lima tahun.
Tempat pemakaman itu telah penuh sesak. Namun, makam baru muncul setiap saat, didirikan di atas kuburan yang dihancurkan atau digali oleh orang-orang yang memungut biaya besar.
Jurnalis AFP menyaksikan satu tim menggali kuburan dan secara sembunyi-sembunyi membawa bongkahan tanah sampai mereka membuat lubang baru di tanah yang sempit.
"Tidak ada ruang di seluruh Karachi, tidak ada tempat pemakaman yang memiliki ruang untuk penguburan baru," kata penggali Khalil Ahmed.
“Kita harus menghancurkan kuburan tua jika kita ingin membuat yang baru,” sambungnya, dikutip dari Pakistan Today, Senin (18/4/2022).
Baca juga: Dikabarkan Sudah Meninggal dan Kuburan Sudah Digali, Ternyata Warga Bantul Ini Masih Hidup
Biaya pemakaman pemerintah di distrik ini adalah Rs 7.900 (Rp 1,5 juta) tetapi dua penduduk setempat melaporkan harus membayar Rs55.000 (Rp 10,3 juta) hingga Rs175.000 (Rp 33 juta).
Ahmed mengatakan biaya itu dibagi antara 40 pria dan remaja yang bekerja, juga menyaksikan dan menghabiskan waktu mereka di bawah tempat teduh.
Mafia penggali kubur
Ahmed dan rekan-rekannya adalah bagian dari apa yang disebut sebagai “mafia penggali kubur".
Tetapi para penggali kubur lepas itu mengambil keuntungan dari dinamika penduduk Pakistan yang terus berubah.
Pakistan adalah negara terpadat kelima di dunia dengan 220 juta warga dan lebih dari empat juta bertambah setiap tahun.
Seiring bertambahnya populasi, begitu pula migrasi orang dari pedesaan ke kota, mencari pekerjaan untuk keluar dari kemiskinan.
Muhammad Aslam telah menyaksikan mafia penggali kubur berkembang pesat saat populasi Karachi berkembang pesat.
Baca juga: Viral Kuburan Upin dan Ipin, Animasinya Berdasarkan Kisah Nyata? Simak Penjelasan Penulis Ceritanya
Pria berusia 72 tahun itu mengatakan kuburan PECHS adalah tempat sepi ketika dia pindah ke sebelahnya pada tahun 1953.
Tetapi ruang menyusut dengan cepat karena harga pemakaman naik untuk 14 anggota keluarga yang dikebumikan selama bertahun-tahun.
Pada tahun 1967, keluarga Aslam membayar Rs 50 (Rp 10.000) untuk menguburkan kakeknya, tetapi seorang kerabat yang dikuburkan di tangan mafia pada tahun 2020 menelan biaya Rs33.000 (Rp 6,2 juta).
“Masalah dasarnya adalah infrastruktur tidak mencukupi,” kata Ali Hassan Sajid, juru bicara Karachi Metropolitan Corporation (KMC).
KMC mengelola 39 dari sekitar 250 kuburan di seluruh kota.
Dia secara terbuka mengakui keberadaan mafia penggali kubur yang melakukan penguburan di tempat tertutup dan mengklaim upaya untuk menangkap mereka sedang digalakan
Para mafia juga dilaporkan berkembang di kota Rawalpindi, Peshawar dan Lahore.
Baca juga: Kuburan Umum di Tangse Pidie Hancur Tergerus Erosi Hingga Tampak Kain Kafan, Tiga Makam Dipindahkan
Sebuah kenangan yang hilang
Sajid mengatakan keluarga yang ingin mengubur kerabat bersama mendiang mereka harus menawarkan harga tinggi ke mafia.
Ahmed si penggali kubur mengatakan bahwa dia menyediakan layanan penting di kota.
Sementara beberapa penduduk setempat melihat praktik ini sebagai bagian dari tatanan kehidupan yang salah di kota yang padat.
Ayah Muhammad Abdullah Saif dimakamkan di pemakaman PECHS beberapa dekade lalu.
Hari ini, makam tersebut telah hancur.Para mafia umumnya memilih kuburan yang tidak terawat untuk dibongkar.
“Kami harus datang dan mengunjungi secara teratur atau kuburan akan dirobohkan,” kata pria berusia 32 tahun itu.
Sementara itu, Muzammil Asif harus melangkahi sejumlah kuburan untuk mencapai makam adik perempuannya yang dimakamkan pada tengah tahun lalu.
“Kuburan di sini dinodai ketika seseorang berjalan di atasnya,” keluh pria berusia 21 tahun itu.
Dan di areal pemakaman Korangi, Muhammad Munir mengalami kehilangan yang paling menyedihkan.
Setiap tahun, dia datang untuk berdoa di pemakaman tempat ayahnya dimakamkan.
Tapi kuburan itu sudah lama hilang, dihancurkan lebih dari 20 tahun yang lalu dan diganti dengan yang lain.
Pengganti itu juga hilang, dan diganti dengan yang baru.
Sekarang dia tidak yakin persis di mana ayahnya terbaring. "Ini menyakitkan," katanya.
“Kuburan adalah tanda terakhir dari dia,” sedih Munir. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)