Ramadhan Mubarak
Ramadhan dan Kesadaran akan Pengawasan
Sebelum ini sudah diuraikan bahwa salah satu kelebihan bulan Ramadhan adalah keberadaannya sebagai bulan penyegaran dan pelatihan ulang
Hadis lain penuturan Abu Hurairah yang dirawikan oleh al-Bukhari, Rasulullah bersabda, orang yang tidak sanggup meninggalkan pekataan dusta dan malah mengerjakannya, maka Allah tidak merasa perlu untuk menghargai (kepada) rasa haus dan lapar yang dia tahan karena puasa.
Dalam hadis lain masih penuturan Abu Hurairah yang dirawikan oleh Ibnu Majah dan al-Hakim, Rasulullah bersabda, Puasa bukanlah sekedar menahan diri dari makan dan minum.
Akan tetapi, puasa hendaklah menahan diri dari perkataan lagwu (sia-sia) dan rafats (kotor, jorok).
Apabila ada orang yang mengejekmu atau mengusilimu, katakan padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa.
” Menurut penulis, paling kurang ada dua hal dalam hadis di atas yang layak untuk diperhatikan.
Pertama, puasa bukan sekedar menahan diri dari makan, minum dan hubungan suami istri tanpa memberi pengaruh kepada perilaku.
Puasa diharapkan lebih dari itu, dapat menjadikan pelakunya tidak melakukan perbuatan sia-sia dan perbuatan buruk, lebih-lebih lagi yang dapat merendahkan martabat dan dapat merugikan orang lain.
Hadis menyatakan bahwa kalau ada yang mengajaknya berbuat buruk, maka dia mesti dapat menahan diri, misalnya dengan menjawab bahwa dia sedang berpuasa.
Kedua, puasa mempunyai kedudukan khusus di sisi Allah SWT.
Dia menyatakan puasa itu untuk Dia dan Dia akan memberi pahala (khusus) kepada orang yang secara sungguh-sungguh menunaikannya karena Dia.
Sebetulnya semua ibadah mesti ditunaikan dan dipersembahkan kepada Allah, tidak boleh kepada sesuatu yang lain.
Kalau niat beribadah tidak ikhlas karena Allah, maka ibadah tersebut bisa jadi tidak akan diterima Allah walaupun secara formal sudah memenuhi syarat dan terlihat sudah sah.
Puasa dianggap berbeda dengan ibadah lain, karena pahala ibadah lain tidak terpengaruh dengan perbuatan buruk, sedangkan pahala puasa akan hilang apabila pelakunya melakukan perbuatn buruk.
Kesadaran bahwa dia tak boleh melakukan perbuatan buruk, lebih-lebih lagi karena dia sedang berpuasa, menurut penulis tak akan datang secara tiba-tiba.
Puasa hanyalah penyegaran dan pelatihan ulang bahwa seseorang mesti dapat menahan diri dari melakukan perbuatan buruk, apalagi yang merugikan orang lain.