Ramadhan Mubarak

Cara Menggapai Takwa

Sebelum ini sudah dijelaskan bahwa takwa hendaknya dipahami sebagai kesadaran akan kemahahadiran Allah dan keinginan seseorang untuk menjadikan

Editor: bakri
FOR SERAMBINEWS.COM
Prof Dr Al Yasa’ Abubakar MA, Guru Besar UIN Ar-Raniry 

Sebetulnya, semua ibadah sekiranya dilakukan dengan benar dan sungguh-sungguh karena Allah, akan menjadikan pelakunya mencapai derajat takwa.

Namun pada puasa, Al-Qur’an menyebutkannya secara relatif eksplisit, sehingga mendorong ulama untuk meneliti dan merenungkan apa kira-kira yang menjadi alasannya.

Sekiranya ayat dan hadis tentang tuntunan berpuasa diteliti dan direnungkan, maka puasa sangat diharapkan mampu menghasilkan dua dari ciri takwa.

Ciri pertama, puasa diharapkan dapat menjadikan pelakunya mampu menahan diri dari menyakiti dan merugikan orang lain.

Orang yang berpuasa diharapkan mampu mengendalikan emosinya, sehingga tidak melakukan sesuatu yang merugikan dirinya, orang lain, atau masyarakat dalam arti luas.

Ciri kedua, kemampuan mengendalikan emosi di atas, diharapkan mampu mendorong orang yang berpuasa untuk secara aktif membantu orang lain mengatasi berbagai kesukaran yang dihadapinya.

Orang yang berpuasa diharapkan mampu membantu dengan bersedekah uang, bersedekah nasehat (jalan keluar mengatasi kesukaran yang dihadapi), sedekah ketenteraman, dan bahkan perlindungan.

Kemampuan anggota masyarakat untuk secara bersama-sama menahan diri dari perbuatan buruk dan kesediaan mereka membantu pihak lain, menurut penulis akan menjadikan masyarakat tersebut tangguh dan solid, tidak mudah terprovoksi oleh berbagai isu negatif.

Sebagaimana sebelumya sudah disinggung, dua ciri takwa di atas tidak muncul secara tiba-tiba.

Ciri ini akan diperoleh setelah melalui pelatihan dan perenungan mendalam selama waktu tertentu yang relatif panjang.

Puasa dan ibadah lainnya, terutama shalat malam yang dilakukan sungguh-sungguh untuk mendekatkan diri kepada Allah, merupakan latihan untuk hal tersebut sekaligus juga sarana untuk perenungan mendalam mengenai untuk apa hidup ini dan apa yang akan dituju dengan hidup ini.

Apa yang dimaksud dengan bahagia dan bagaimana cara mencapainya.

Al-Qur’an menyatakan bahwa muslim yang baik (yang bertakwa) adalah orang yang berbahagia dalam hidup di dunia dan juga berbahagia dalam hidup di akhirat nanti (ingat “doa sapu jagat”).

Di antara ciri berbahagia di dunia adalah mampu untuk hidup mandiri sehingga tidak menjadi beban orang lain dan lebih dari itu tidak melakukan sesuatu yang berakibat menyusahkan dan merusak orang lain.

Lebih tinggi dari itu, sekiranya mampu, dia bersedia membantu orang lain meningkatkan kualitas hidup mereka.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved