Webinar Sejarah
Webinar Sejarah Masjid Asir-Asir Takengon dan Kaitannya dengan Ulama Asal Mekah
Habib Syarif adalah orang Arab, berasal dari Mekkah, bukan berasal dari Yaman atau Hadramaut.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Fikar W Eda | Jakarta
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Bagaimana asal muasal dibangunnya Masjid Kampung Asir-Asir Tepi Sungai Peusangan Aceh Tengah?
Inilah yang dibahas dalam webinar "Sejarah Masjid Asir-Asir dan Kaitannya dengan Habib Abdillah bin Isa Alhabsyi" diselenggarakan Pusat Kajian Kebudayaan Gayo, Jumat (29/4/2022k) pkl13.30 WIB melalui platform Zoom Meeting ID, dengan tautan https://us02web.zoom.us/j/81732782790?pwd=SWZsd0U4YkFSQ1Rmb1hjcEtaV3gwdz09; Meeting ID: 817 3278 2790; Passcode: 217879
Para pembicara terdiri dari T. Said Lidansyah (turunan kelima Habib Syarif dan Keluarga Habib Abdillah bin Isa Alhabsyi), Reje Kampung Asir-Asir, Ampera, Abdul Wahab Daud (Pengurus Masjid Aljihad Asir-Asir), dan Yusradi Usman al-Gayoni (peneliti Masjid Quba Bebesen). Webinar dipandu Dr. Shaumiwaty (Wakil Rektor I IAIN Takengon).
Ketua Pusat Kajian Kebudayaan Gayo Yusradi Usman al-Gayoni mengatakan, dengan penyelenggaraan ini berarti sudah menggelar empat kali webinar tentang keberadaan beberapa masjid dan kaitannya dengan kedatangan Habib Syarif, ulama asal Mekkah Arab Saudi ke Gayo pada kurun waktu awal 1800-an.
Seperti diberitakan dari tiga Webinar sebelumnya, bahwa ketika hijrah ke Gayo, ulama asal Mekkah, Habib Syarif datang bersama istri, dan dua orang putranya bernama Habib Muhammad (belakangan dikenal dengan nama Habib Muhammad Jalung) dan Habib Yusuf. Keduanya juga datang bersama istri. Seorang lagi penghafal Quran, Syech Mahmud juga didampingi istri.
Habib Syarif adalah orang Arab, berasal dari Mekkah, bukan berasal dari Yaman atau Hadramaut.
Awalnya rombongan kecil ini menetap di Ie Leubeu, Pidie. Setelah menguasai bahasa Aceh, dari Pidie, Habib Syarif dan rombongan ke Ulim, Paya Tui, Pidie Jaya. Kemudian, meneruskan perjalanannya sampai ke Peudada, lalu mengikuti aliran sungai Peudada, sampai ke Pantan Lah.
Dari Pantan Lah, lanjutnya, Habib Syarif ke Jalung (sebelumnya bernama Kala Ali-Ali), sampai ke Serempah, Ketol.
Di Serempah, Habib Syarif lama menetap, sempat bercocok tanam, bersawah. Karena ada warga dan pemukiman, Habib Syarif kemudian membangun masjid, untuk lebih menyiarkan Islam. Akibatnya, orang berdatangan ke Ketol, dari Bebesen, Tunyang, dan lain-lain. Orang ingin tahu kesosokkan Habib Syarif dan mendalami agama Islam.
Di antara jemaah yang datang dari Bebesen, ada yang mengajak Habib Syarif untuk ke Bebesen. Habib Syarif pun kemudian mengiyakan ajakan jamaah asal Bebesen tersebut dan pindah ke Bebesen. Sampai di Bebesen, Habib Syarif awalnya tinggal di Pejebe. Dari Pejebe, Habib Syarif pindah ke Kampung Bebesen. Baru kemudian Habib Muhammad, Syech Mahmud, dan keluarga menyusul dari Ketol ke Bebesen.
Karena melihat aliran air yang bagus di sebelah utara masjid sekarang, Habib Syarif membuat sumur untuk kebutuhan masyarakat Bebesen dan sekitarnya, dikenal dengan Telege Monyeng (Monyeng atau Munyang dalam Bahasa Gayo, merujuk ke Habib Syarif).
Habib Syarif membawa serta tiga buah Alquran. Yang satu dibawa Habib Yusuf. Yang dua tinggal di Bebesen, satu dipegang oleh cucu Habib Syarif, yaitu anak Habib Muhammad, Syarifah Nurullah (kuburannya di Bur Ucak, Bur ni Kercing). Syarifah Nurullah mengajar ngaji khusus kaum perempuan di Bebesen.
Belakangan datang lagi satu kelompok dari Yaman, salah seorang diantaranya bernama Habib Abdillah bin Isa Al Habsy, yang kemudian menikah dengan Syarifah Khadijah, putri dari Habib Muhammad Jalung. Habib
Abdillah bin Isa Al Habsy inilah yang merintis pembangunan Masjid Asir Asir Takengon.
Habib Syarif meninggal dunia pada 1850 dan Habib Muhammad Jalung pada 1887. Makam Habib Syarif ada di kompleks Masjid Bebesen dan makam Habib Muhammad Jalung ada di Kampung Jalung, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Bener Meriah.(*)
Baca juga: Sebelum ke Gayo, Ulama Mekkah Habib Syarif Menetap di Ie Leubeu Pidie, Begini Sejarahnya