Opini
Orang Merugi di Bulan Ramadhan
BULAN Ramadhan adalah bulan yang agung, penuh keberkahan, dibukanya pintu-pintu surga, ditutupnya pintu-pintu neraka dan setan-setan dibelenggu
Oleh Dr Murni SPd I MPd, Wakil Ketua III STAI Tgk Chik Pante Kulu
BULAN Ramadhan adalah bulan yang agung, penuh keberkahan, dibukanya pintu-pintu surga, ditutupnya pintu-pintu neraka dan setan-setan dibelenggu.
Banyak pahala bagi orang yang mau melaksanakan ketaatan seperti membaca al-Qur’an dan memahami maknanya, shalat malam, tasbih dan istighfar dan lainnya.
Merekalah orang-orang yang menang dan beruntung.
Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, yaitu malam lailatul qadar.
Sehingga, berjumpa dengan Ramadhan merupakan nikmat yang sangat besar bagi umat Islam.
Ada beberapa golongan orang yang merugi di bulan suci Ramadhan.
Lalu, siapa sajakah mereka?
1). Orang yang tidak mendapat ampunan dari Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda: “ Bulan Ramadhan menemuinya kemudian keluar sebelum ia mendapatkan ampunan, ” (HR.Tirmidzi).
Baca juga: Santri Aceh Jalani Ramadhan di Amerika
Baca juga: Cuaca Sebagian Aceh Hingga Hari Ke-28 Ramadhan Dipreriksi Adem, Ini Data BMKG
Hadits di atas menjelaskan bahwa, manusia yang celaka di bulan Ramadhan yaitu manusia yang diberikan nikmat yang besar untuk dirinya adalah orang yang berjumpa dengan bulan Ramadhan namun ketika Ramadhan berakhir ternyata Allah SWT belum mengampuni dosa-dosanya.
2).Menganggap bulan Ramadhan seperti bulan biasa.
Orang yang menganggap bulan Ramadhan seperti bulan biasa, tidak ada yang berbeda seperti bulan-bulan lainnya, hingga Ramadhan berlalu, tentu sebuah kerugian yang besar.
Ia sama sekali tidak menganggap istimewa serta bahagia dengan hadirnya Ramadhan serta tidak merasakan manfaat bulan suci Ramadhan.
Juga tidak bersegera melakukan kebaikan, padahal di bulan suci Ramadhan inilah segala pahala dilipatgandakan.
3).Orang tiba-tiba berubah alim hanya pada bulan Ramadhan.
Imam Ahmad mengatakan, “Seburuk-buruk kaum adalah mereka yang hanya mengenal Allah di bulan Ramadhan saja.
” Tentu sangat terpuji, dari semua berperilaku tidak baik menjadi baik, dari tidak berjilbab kemudian berjilbab, dari yang tidak pernah shalat kemudian rajin shalat, baik yang wajib maupun sunnah.
Namun, sangat disayangkan juga, ketika Ramadhan berakhir, golongan manusia seperti ini akan kembali berbuat maksiat kepada Allah, melepas jilbabnya, tidak lagi ke masjid, bahkan meninggalkan shalat.
4).Sebatas menahan lapar dan dahaga.
Golongan ketiga adalah orang yang menahan perut dari makan dan minum saja.
Ia tidak merasa bersalah dan berdosa ketika melakukan kemungkaran, menggunjing, menyebar fitnah, menghina, sebuah perilaku yang biasa dilakukan di luar Ramadhan.
Akhirnya, saat Ramadhan tiba, kebiasaan buruk itu tidak juga berubah, sehingga Ramadhan tidak membawa pengaruh baik bagi kehidupan sehari-hari.
Dari Abu Hurairah ra meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan amalan dusta, maka Allah tidak butuh dengan makanan dan minuman yang ditinggalkannya yaitu (puasa).” (HR.Bukhari).
5).Tidak memanfaatkan waktu yang baik di bulan Ramadhan.
Mereka yang tidur berlama-lama dari pagi hingga sore hari di bulan Ramadhan serta begadang, berleha- leha, kelalaian dan melakukan hal yang sia-sia pada malam harinya, adalah golongan yang merugi.
Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda: “Betapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan haus dan lapar, dan betapa banyak orang yang shalat malam hanya begadang saja.” (HR.Ahmad).
6).Tetap melakukan maksiat di bulan Ramadhan.
Selama bulan Ramadhan terdapat banyak amal yang jika dikerjakan akan menyebabkan ampunan dari Allah SWT.
Semisal amal berupa puasa.
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, artinya, “Barang siapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Hadits di atas juga menunjukkan bolehnya kita mengharap pahala atau balasan dari Allah ketika menjalani suatu ibadah, itu tidak mengapa.
Dan itulah yang disebut ikhlas.
7).Mereka yang merusak puasanya dengan sengaja membuatnya batal.
Seperti jima’ pada siang hari, makan dan minum, istimna’, atau perusak pahala puasa seperti dusta, ghibah, namimah, hasad, mengejek, menghina, berkata kotor, tabarruj dan sebagainya.
Semua itu disebabkan lemahnya iman dan kurang dekatnya kepada Allah SWT.
8).Mereka yang meninggalkan al-Qur’an di bulan Ramadhan, tidak membacanya, tidak mempelajari maknanya serta tidak merenungi maknanya.
Allah berfirman: “Apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an atau hati mereka terkunci?” (QS.Muhammad [47], ayat: 24).
9).Mereka yang menyia-nyiakan shalat dan enggan berjamaah di masjid.
Mereka juga orangorang yang merugi di bulan Ramadhan.
Allah berfirman: “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang buruk) yang menyia-nyiakan shalat dan menuruti hawa nafsu.
Mereka kelakakan menemui kesesatan.” (QS.Maryam [19], ayat: 59).10).
Melewatkan shalat tarawih.
Mereka yang meninggalkan shalat tarawih karena malas dan merasa berat untuk menjalankan ketaatan.
Mereka menyia- nyiakan kesempatan untuk diampuni dosa-dosanya di bulan Ramadhan.
Dalam hadits menyebutkan orang yang mengerjakan shalat Tarawih akan mendapatkan ampunan dosa yang telah lalu.
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosadosanya yang telah lalu akan diampuni.”(HR.Bukhari).11).
Melewatkan malam Lailatul Qadar.
Maksudnya, keutamaan pada 1 (satu) malam itu tidak kurang dari 1000 (Seribu) bulan kebaikan.
Sementara seribu bulan, jika dikalkulasi dalam hitungan tahun maka sama dengan 83 tahun.
Jika dihitung satu jam saja pada malam diturunkannya Lailatul Qadar, maka sama dengan 8,3 tahun.
Bayangkan, jika kita lalai pada malam itu setengah malam saja atau sekitar lima jam, artinya kita kehilangan potensi kebaikan sekitar 41 tahun.
Allah berfirman, “ dan tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadaritu? Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan,.” (QS.Al-Qadar[97], ayat: 2-3).12).
Tidak meninggalkan perkataan dusta.
Mereka yang tidak meninggalkan perkataan dusta.
Puasa mereka tidak mencegahnya dari melakukan hal-hal yang diharamkan.
Dari Abu Hurairah ra: dari Nabi SAW bersabda: “Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengerjakannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang diatahan.” (HR.Bukhari).13).
Mereka yang kikir dengan hartanya untuk infak di jalan Allah.
Kikir di sini, Tidak memberikan makanan pada yang orang yang lapar, tidak memberikan makanan berbuka puasa pada orang miskin, tidak memberikan pakaian orang yang tidak punya pakaian, tidak ikut beramal baik.
Dalam hal ini, Allah SWT berfirman : Artinya: “Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) di jalan Allah.
Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hannyalah kikir terhadap dirinya sendiri.
Dan Allah lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berharap (kepada-Nya).
Jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu.” (QS.Muhammad [47], ayat: 38).14).
Mereka yang bersemangat di awal Ramadhan, berniat taubat dan istiqamah, kemudian berhenti karena lemah semangat, lalu berpaling dari niatnya itu dan hilang tidak berbekas, serta mulai membiasakan senda gurau dan sia-sia.
Seperti misalnya awal Ramadhan shalat wajib tepat waktu, shalat tarawih tiap malam ada, serta bersedekah.
Lalu di pertengahan dan akhir Ramadhan sudah melemah dan tidak termotivasi lagi.
Semoga kita selalu dalam lindungan Allah swt dan dalam keridhaan- Nya.
Amin Yarrabal’alamin.
Baca juga: Aktivitas Semarak Ramadhan, Mahasiswa Umuslim Bagi Sembako di 2 Kecamatan
Baca juga: 13.500 Masyarakat Aceh Kurang Mampu Terima Santunan Ramadhan