Kupi Beungoh
Tradisi Mak Meugang di Aceh, Masak Sie Reboh: Jangan Sampai Kalap Bisa Picu Penyakit
Tradisi ini bukanlah suatu kewajiban, akan tetapi sudah menjadi suatu keharusan bagi warga di Aceh khususnya yang apabila tidak dilakukan akan terasa
Di pedesaan sendiri Aceh, mereka memiliki suatu budaya pada saat meugang, mengumpulkan uang dalam satu kelompok dengan jumlah anggotanya sesuai dengan harga seekor sapi, membelikan seekor sapi, menyembelih bersama-sama dan dagingnya nanti setelah disembelih dibagi sesuai jumlah uang yang dikumpulkan tadi.
Nilai kebersamaan sangat terlihat di sini.
Mak meugang menjadi wadah silaturahmi
Tradisi mak meugang menjadi suatu wadah untuk dapat menjalin tali silaturahmi, karena semua warga Aceh yang sedang dalam perantauan umumnya mengupayakan diri untuk bisa mudik ke kampung halamannya supaya bisa merasakan masakan daging mak meugang dari ibu tercinta.
Dari yang jarang berjumpa dengan saudara dan tetangga karena ada momen mak meugang ini, orang-orang jadi bisa berkumpul untuk makan bersama menikmati daging meugang.
Di desa-desa di Aceh, biasanya setelah dimasak, daging meugang ini dibawa ke meunasah untuk disantap bersama sambil duduk bercerita menjalin kehangatan memupuk tali silaturahmi.
Daging mak meugang ini bisa dimasak dengan berbagai variasi menu tergantung wilayah dan adat istiadat setempat, umumnya sajian kuliner di kota Serambi Mekkah ini yang tidak pernah absen saat mak meugang adalah “sie reboh (Daging rebus)”.
Daging yang dimasak dengan menggunakan “cuka jok (cuka nira)” khas Aceh, ditambah campuran rempah-rempah tradisional Aceh, dimasak dengan “beulangong tanoh (kuali tanah liat)” yang menambah cita rasa dari sie reboh itu sendiri.
Uniknya, sie reboh ini bertahan sampai berbulan-bulan, konon masakan ini merupakan cara orang Aceh mengawetkan daging dengan cara kuali tanah liat tadi digantung di atas kompor kayu sebagai penyimpanan selayaknya kita memasukkan dalam lemari pendingin zaman sekarang.
Masakan sie roboh ini juga dijadikan sebagai “Peunajoh prang” (logistik perang) yang menjadi bekal orang Aceh saat berburu ke hutan dan juga banyak dibawa oleh warga Aceh saat melakukan perjalanan ke Tanah suci Mekkah saat melaksanakan ibadah haji karena itu tadi, bertahan lama tidak cepat basi.
Inilah yang membuat warga Aceh dalam perantauan selalu rindu kampung halaman saat tiba perayaan mak meugang.
Kalap konsumsi daging bisa picu penyakit
Daging mengandung lemak yang dibutuhkan oleh tubuh. Kendati demikian dalam mengonsumsinya harus dibatasi jangan kalap (berlebihan).
Sesuatu yang dikonsumsi dalam jumlah berlebihan tentunya akan berdampak negatif untuk tubuh.
Hal ini sejalan dengan ajaran Islam, “Makan saat lapar dan berhenti sebelum kenyang”. Dalam surat Al-A’raf ayat 31 juga disebutkan, “Wahai anak cucu adam! Pakailah pakaianmu yang bagus di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minum tetapi jangan berlebihan. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang berlebihan."