Internasional

Pemilu Filipina Ricuh, 3 Sekuriti TPS Tewas Ditembak

Kericuhan terjadi pada salah satu Tempat Pemungutan Suara (TPS) di wilayah bergejolak Filipina selatan, yang menewaskan tiga sekuriti

Editor: bakri
AFP
Kawasan insiden penembakan diberi garis polisi di Zamboanga, Filipina Selatan, Senin (6/12/2021). 

BULUAN - Kericuhan terjadi pada salah satu Tempat Pemungutan Suara (TPS) di wilayah bergejolak Filipina selatan, yang menewaskan tiga sekuriti pada Senin (9/5/2022).

Pemilihan umum memang biasanya bergejolak di Filipina, negara dengan undang-undang senjata yang longgar dan budaya politik yang keras, tetapi polisi mengatakan bahwa musim ini relatif damai.

Penembakan itu terjadi tak lama setelah pemungutan suara berlangsung di Kotamadya Buluan, Pulau Mindanao, sarang beberapa kelompok bersenjata mulai dari pemberontak komunis hingga milisi.

Mantan wali kota Ibrahim Mangudadatu kepada AFP mengatakan, orang-orang di dalam sekolah yang digunakan sebagai TPS berlari mencari perlindungan ketika penembakan dimulai.

Juru Bicara Kepolisian Provinsi Maguindanao, Mayor Roldan Kuntong, empat sekuriti terluka dalam serangan tersebut.

Sementara itu, lima granat meledak di luar TPS di Kotamadya Datu Unsay pada Minggu (8/5/2022) malam yang menyebabkan sembilan orang luka-luka.

Beberapa menit setelah serangan itu, sebuah granat meledak di kota Shariff Aguak yang berdekatan, tetapi tidak ada korban jiwa.

Kedua kota tersebut juga berada di Provinsi Maguindanao.

Polisi mengatakan, para korban ledakan granat sebelumnya berjalan dari desa pegunungan terpencil mereka untuk memberikan suara di balai kota di Datu Unsay saat TPS dibuka di seluruh negeri pada Senin (9/5/2022) pagi.

Baca juga: AS dan Filipina Bakal Bikin Marah China Gara-gara Ini

Baca juga: Capres Filipina Disambut Meriah di Wilayah Bangsamoro, Pakai Jilbab dan Berkunjung ke Masjid Agung

“Sudah kebiasaan mereka turun lebih awal dari desa yang jaraknya delapan hingga 12 jam berjalan kaki,” kata Kuntong.

Maguindanao adalah lokasi kekerasan politik paling mematikan di Filipina.

Sebanyak 58 orang dibantai ketika kelompok bersenjata yang diduga bekerja untuk seorang panglima perang lokal menyerang sekelompok orang guna menghentikan saingannya mengajukan pencalonannya.

Puluhan korban adalah jurnalis yang meliput pemilihan tersebut.

60 Ribu pasukan keamanan siaga Informasi lain, lebih dari 60.000 pasukan keamanan Filipina disiagakan pada Minggu (8/5/2022), untuk menjaga surat suara dan tempat pemungutan suara menjelang pemilihan presiden, setelah polisi melaporkan empat orang tewas dalam pecahnya kekerasan.

Juru Bicara Polisi, Brigadir Jenderal Roderick Alba, mengatakan, dalam salah satu insiden terburuk, empat orang tewas pada Sabtu (7/5/2022) dalam baku tembak antara pendukung bersenjata dari Wali Kota yang bersaing di Kota Magsingal Provinsi utara Ilocos Sur, Empat lainnya terluka.

Polisi di provinsi utara Nueva Ecija juga menangkap dua lusin orang dan menyita senjata, termasuk lima senapan M-16, senapan ukuran 12 dan 15 pistol, menyusul baku tembak antara pengawal dua calon Wali Kota General Tinio.

Lima orang terluka dalam insiden itu, yang juga menyebabkan sejumlah kendaraan penuh dengan peluru, kata Roderick Alba dilansir dari AFP.

Lebih dari 18.000 jabatan, dari presiden hingga anggota dewan kota, diperebutkan dalam Pemilu Filipina 2022.

Putra mantan diktator Ferdinand Marcos tampaknya akan memenangkan pemilihan presiden dengan telak, mengembalikan dinasti politik diktator Filipina ke puncak kekuasaan politik.

Kelompok hak asasi, pemimpin keagamaan, dan penentangnya melihat pemilu sebagai momen yang membuat atau menghancurkan demokrasi negara itu, di tengah kekhawatiran Marcos Junior bisa memerintah dengan “tangan besi”.

Personel dari polisi, angkatan bersenjata dan penjaga pantai telah disebar di seluruh nusantara untuk membantu mengamankan tempat pemungutan suara dan surat suara, mengawal petugas pemilu dan menjaga pos pemeriksaan.

Pengerahan keamanan melibatkan sekitar 48.000 tentara dan 16.000 polisi, kata para pejabat.

"Berdasarkan perencanaan kami, kami yakin bahwa kami akan mengadakan pemilihan yang aman dan tertib," kata juru bicara angkatan bersenjata Kolonel Ramon Zagala.

Ada 16 "insiden terkait pemilu yang disahkan" sejak 9 Januari, termasuk empat penembakan dan "sedikit penahanan ilegal", kata Alba.

Itu turun dibandingkan dengan 133 insiden selama pemilihan presiden 2016, dan 60 insiden dalam pemilihan paruh waktu 2019.

Juru bicara polisi Kolonel Jean Fajardo mengaitkan penurunan tajam insiden jelang pemilu dengan peningkatan kehadiran aparat, serta operasi militer dan polisi yang menargetkan "senjata api lepas" dan kelompok bersenjata swasta.

KPU Filipina sebagian besar melarang membawa senjata selama periode pemilu yang berlangsung hingga 8 Juni.

Para ahli mengatakan ledakan media sosial, yang mempermudah pelaporan insiden, dan meningkatnya dominasi dinasti politik, yang meredam persaingan pemilu, telah membantu meredam kekerasan pemilu.

Dalam satu insiden kekerasan politik paling mematikan di negara itu, 58 orang dibantai pada 2009.

Saat itu orang-orang bersenjata yang diduga bawahan seorang panglima perang lokal di Filipina selatan menyerang sekelompok orang, untuk menghentikan saingannya mengajukan pencalonannya dalam pemilihan.

32 dua korban adalah jurnalis yang meliput bentrokan tersebut, menjadikan serangan itu juga yang paling mematikan dalam catatan terhadap profesional media.

Pengenalan pemungutan suara elektronik pada tahun 2010 telah mempersulit kecurangan suara meluas, yang secara historis mengganggu pemilihan umum Filipina.

Tapi Marcos Junior, yang masih bersikeras dia ditipu dalam kemenangan pemilihan wakil presiden tahun 2016 lalu, telah memperingatkan kecurangan pemilu dalam jajak pendapat ini dan mendesak para pendukungnya untuk waspada.

"Kami akan menang selama Anda tetap terjaga pada Senin (9/5/2022), sehingga tidak akan ada tragedi lain," kata Marcos Junior kepada ratusan ribu pendukungnya pada kampanye terakhirnya pada Sabtu (7/5/2022).

"Banyak hal yang tidak diinginkan terjadi jika kita berhenti memperhatikan," tutupnya. (kompas.com)

Baca juga: Kehidupan Suku Agta di Pedalaman Hutan Filipina, Seperempat Populasi Pria Dimangsa Ular Raksasa

Baca juga: Presiden Filipina Rodrigo Duterte Tarik Diri dari Pencalonannya Menjadi Senator

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved