Seekor Gajah Ditemukan Mati di Aceh Tenggara

KUTACANE - Seekor gajah Sumatera (Panthera tigris sumatrae) ditemukan mati di kawasan pedalaman Desa Bunbun Indah, Kecamatan Leuser, Kabupaten Aceh Tenggara (Agara), Selasa (10/5/2022).

Belum diketahui pasti penyebab kematian gajah betina tersebut.

Kepala Resort Konservasi Wilayah 15 Kutacane-Gayo Lues, Suherman P, kepada Serambi, Rabu (11/5/2022) mengatakan, informasi adanya satwa gajah yang mati di Bunbun Indah diterima pihaknya dua hari lalu.

“Dugaan awal, gajah Sumatera tersebut mati sekitar 10 hari lalu dan sudah menimbulkan bau busuk,” katanya.

Namun, untuk memastikan lebih lanjut penyebab matinya gajah, pihaknya masih menunggu tim medis dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh untuk melakukan autopsi terhadap bangkai gajah.

Kepala BKSDA Aceh, Agus Arianto, kepada kantor berita Antara, Selasa (10/5/2022) juga membenarkan adanya satu ekor gajah yang mati di kawasan hutan, wilayah Bunbun, Kecamatan Leuser.

"Kami menerima informasi temuan gajah mati pada Selasa.

Jadi kami belum mengetahui detail, bagaimana kondisi gajah serta di mana titik koordinat lokasi temuan satwa dilindungi tersebut," katanya.

BKSDA dikatakan Agus, sudah memberangkatkan tim ke lokasi untuk memastikan laporan kematian gajah, termasuk juga tim medis guna memeriksa penyebab kematian satwa dilindungi tersebut.

"Tim masih bergerak ke lokasi.

Baca juga: Mencegah Gangguan Kamtibmas, Polsek Timang Gajah Patroli di Objek Wisata

Baca juga: Fakta Kematian Gajah Jantan di Peunaron, Kaki Kiri Masih Terlilit Jerat Tali Nilon

Jadi kami belum mendapatkan informasi apapun, bagaimana kondisi gajah dan dimana lokasinya, apakah masuk Taman Nasional Gunung Leuser atau tidak," tambah dia.

Berdasarkan The IUCN Red List of Threatened Species, gajah sumatra yang hanya ditemukan di Pulau Sumatra ini berstatus spesies yang terancam kritis, berisiko tinggi untuk punah di alam liar.

BKSDA Aceh mengimbau masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian alam khususnya satwa liar gajah Sumatera dengan cara tidak merusak hutan yang merupakan habitat berbagai jenis satwa, serta tidak menangkap, melukai, membunuh.

Selain itu juga menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup ataupun mati serta tidak memasang jerat ataupun racun yang dapat menyebabkan kematian.

"Semua perbuatan terhadap satwa liar dilindungi tersebut yang dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku," demikian Agus Arianto.