Internasional
Korea Utara Mobilisasi Tentara dan Petugas Kesehatan DistribusikanVaksin Covid-19 dan Calon Pasien
Korea Utara memobilisasi tentara untuk mendistribusikan vaksin Covid-19 dan mengerahkan 10.000 petugas kesehatan untuk membantu melacak calon pasien.
SERAMBINEWS.COM, SEOUL - Korea Utara memobilisasi tentara untuk mendistribusikan vaksin Covid-19 dan mengerahkan 10.000 petugas kesehatan untuk membantu melacak calon pasien.
Negara terisolir sedang berupaya memerangi gelombang virus Corona, kata outlet media pemerintah KCNA, Selasa (17/5/2022).
Korut mulai bergulat dengan wabah Covid-19 pertama yang diakui, yang dikonfirmasi pekan lalu.
Sehingga, memicu kekhawatiran atas krisis besar karena kurangnya vaksin Covid-19 dan infrastruktur medis yang memadai.
Markas besar pencegahan epidemi darurat negara melaporkan 269.510 lebih banyak orang dengan gejala demam, sehingga totalnya menjadi 1,48 juta orang.
Sedangkan jumlah kematian bertambah enam menjadi 56 orang pada Senin (16/5/2022) malam, kata KCNA.
Baca juga: Kasus Virus Corona Korea Utara Meledak, Setengah Juta Orang Sakit dan 27 Orang Meninggal
Tidak disebutkan berapa banyak orang yang dinyatakan positif Covid-19.
Negara tersebut belum memulai vaksinasi massal dan memiliki kemampuan pengujian yang terbatas.
Dimana, akan meningkatkan kekhawatiran, mungkin sulit untuk menilai seberapa luas dan cepat penyakit ini menyebar dan memverifikasi jumlah kasus dan kematian yang dikonfirmasi.
“Jumlahnya tidak dapat diandalkan, tetapi jumlah orang yang mengalami demam sangat mengkhawatirkan,” kata Lee Jae-gap, seorang profesor penyakit menular di Hallym University School of Medicine.
Dia mengatakan jumlah kematian akan melonjak dari waktu ke waktu.
Tetapi Pyongyang mungkin tergoda untuk menjaga jumlah yang tersedia untuk umum tetap rendah untuk menghindari krisis politik.
Baca juga: Korea Utara Hadapi Gelombang Pertama Covid-19, Negaranya Tak Punya Persedian Vaksin
“Saya tidak berpikir rezim Korea Utara mampu merilis jumlah korban tewas yang melonjak, yang akan merusak sentimen publik," tambahnya.
Mengukur kematian Covid-19 dari luar Korea Utara akan membutuhkan perbandingan angka kematian yang berlebihan lama setelah gelombang mereda.
Tetapi Korea Utara tidak melakukan studi sensus tahunan, kata Eom Joong-sik, seorang profesor penyakit menular di Gachon University Gil Medical Center di Korea Selatan.