Berita Subulussalam

Harga TBS Kelapa Sawit di Subulussalam Makin Anjlok, Hanya Rp 1.470/Kg

Harga TBS sawit di Subulussalam telah merosot sejak dua bulan terakhir dan hingga kini tak kunjung membaik.

Penulis: Khalidin | Editor: Taufik Hidayat
Serambinews.com
TANDAN Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit milik petani di Kota Subulussalam dalam proses untuk dimuat ke truk pengangkutan 

Laporan Khalidin | Subulussalam

SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Para petani kelapa sawit di Kota Subulussalam makin terpukul lantaran Harga Tandan Buah Segar (TBS) di daerah ini yang terus merosot sehingga harga jual tidak sebanding dengan biaya yang telah mereka keluarkan.

”Sekarang harga TBS kembali merosot sementara harga pupuk naik terus,” kata Malim Sabar Maha, salah seorang petani kelapa sawit di Kota Subulussalam kepada Serambinews.com Kamis (19/5/2022).

Malim mengatakan, harga TBS di Subulussalam telah merosot sejak dua bulan terakhir dan hingga kini tak kunjung membaik. Hal ini akibat kebijakan pemerintah pusat yang melarang ekspor Crude Palm Oil (CPO).

Dikatakan, terkini dia menjual TBS dengan harga  hanya Rp. 1.470  perkilogram. Padahal, tiga bulan lalu harga TBS di sana mencapai Rp 2.900 per kilogram di level petani.

Selama dua tahun terakhir petani di Subulussalam dan di Indonesia sempat menikmati kenaikan harga namun kini mulai terpuruk. 

Harga paling merosot terjadi pada bulan ini karena hampir setiap hari mengalami penurunan. 

Anjloknya harga TBS di Subulussalam sangat memukul para petani di sana mengingat berbagai kebutuhan meningkat terutama biaya perawatan.

Pasalnya, di saat harga TBS naik berbagai perlengkapan perawatan seperti pupuk dan pestisida ikut meroket. "Sementara ketima harga TBS anjlok, harga pupuk dan pestisida tetap mahal," timpal Umar petani lainnya.

Kini, derita petani bertambah karena suasana anak masuk sekolah dan kuliah yang membutuhkan biaya untuk anak-anak mereka.

Kondisi tersebut juga amat merugikan para petani setempat. Pasalnya, biaya yang dikeluarkan cukup untuk pemeliharaan tanaman termasuk membeli pupuk seperti urea, KCL, dan NPK.

Harga pembelian pupuk dan pestisida serta lainnta tidak sebanding dengan harga jual TBS sawit.

Soal ketidakstabilan harga TBS di Subulussalam memicu reaksi sejumlah kalangan masyarakat dan petani di kota Subulussalam

Hal ini lantaran mayoritas masyarakat di kota tersebut menggeluti usaha kelapa sawit. Bahkan berdasarkan data statistik ada 85 persen lebih masyarakat Kota Subulussalam yang terlibat di dunia kelapa sawit dengan berbagai bidang.

Sehingga anjloknya harga TBS dalam dua bulan terakhir ini membuat para petani di Subulussalam kian menderita. Apalagi, penurunan terjadi secara beruntun bahkan hampir setiap hari. 

Selain itu, penurunan yang terjadi menjelang pertengahan tahun ini paling drastis dibanding sebelumnya. Petani pun mendesak Pemerintah pusat khususnya presiden Joko Widodo segera mencabut kebijakan larangan ekspor CPO.(*)

Baca juga: Selamatkan Petani Sawit, Perbaiki Tatakelola Migor

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved