Otomotif
Toyota Antisipasi Kelangkaan Baterai Mobil Listrik, Kasus Chip Semikonduktor Jadi Pelajaran
Toyota Indonesia mulai mengantisipasi jika terjadi kelangkaan baterai mobil listrik. Toyota mengambil pelajaran dari kelangkaan chip semikondutor
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Toyota Indonesia mulai mengantisipasi jika terjadi kelangkaan baterai mobil listrik.
Toyota mengambil pelajaran dari kelangkaan chip semikondutor selama Covid-19 dan perang Ukraina.
Toyota Indonesia telah memiliki rencana memproduksi mobil hybrid di Indonesia dalam waktu dekat ini.
Masih belum diketahui seperti apa produknya, namun diduga mobil tersebut adalah Innova Hybrid.
Nantinya, produksi akan dilakukan di pabrik Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) yang berada di Karawang.
Bahkan line produksi khusus mobil hybrid sudah dibuat di sana sambil mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM).
Untuk memproduksi mobil hybrid, salah satu komponen penting yang ada adalah baterai.
Baca juga: Mobil Listrik Jadi Calon Kendaraan Masa Depan, Baterai Tidak Terbuang Jadi Limbah
Baterai di mobil hybrid punya banyak peran, salah satunya sebagai penyimpan listrik yang bisa digunakan saat mobil bergerak.
Bob Azam, Direktur Corporate Affairs PT TMMIN mengatakan, nantinya baterai untuk mobil hybrid yang diproduksi di Indonesia masih didatangkan dari Jepang.
"Di sini (Karawang) masih belum produksi baterai, jadi kita pasang baterainya saja," ujarnya.
"Rencananya baterai ambil dari Jepang, di sini tinggal rakit," ucap Bob di Karawang beberapa waktu lalu.
Bob menambahkan, di masa depan, baterai untuk mobil hybrid ini sebisa mungkin datang dari berbagai sumber (multi sourcing).
"Jadi pabrik tidak hanya mengandalkan satu pabrik, antisipasi adanya lock down seperti saat pandemi akhir-akhir ini," ujarnya.
Baca juga: Toyota Indonesia Pilih Tidak Produksi Baterai Mobil Listrik, Bisa Didapat Dari Mana-Mana
"Pelajaran dari Covid-19 ini suplai, mobil listrik ini persoalannya di bagian suplai (komponen)," katanya.
"Semikonduktor aja pelajaran bagi kita, apalagi mobil listrik komponennya lebih banyak lagi," ucapnya.
Bob menjelaskan, untuk mobil konvensional, mungkin ada lebih dari 50 negara yang bisa menjadi suplier.