Berita Banda Aceh
Ternak Sakit Tak Bisa untuk Kurban, Kasus PMK Terus Bertambah
Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk H Faisal Ali, mengingatkan masyarakat yang ingin melaksanakan ibadah kurban
BANDA ACEH - Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk H Faisal Ali, mengingatkan masyarakat yang ingin melaksanakan ibadah kurban pada Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah, agar memilih hewan ternak yang sehat.
Sebab, menurut Tgk Faisal, ternak sakit seperti terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) tak bisa dijadikan hewan kurban atau tidak memenuhi syarat untuk dikurbankan.
Peringatan itu disampaikan Ketua MPU Aceh mengingat saat ini PMK yang menyerang ternak sedang mewabah di sejumlah kabupaten/kota di Aceh.
Seperti di Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara, Bireuen, Aceh Besar, dan Gayo Lues.
Dari beberapa daerah tersebut, kasus PMK terbanyak ditemukan di Aceh Tamiang.
"Herwan kurban harus sehat jiwa raga.
Karena itu, ternak yang dipastikan terjangkit PMK tidak boleh dijadikan hewan kurban," tegas Lem Faisal--sapaan akrab Tgk Faisal Ali--menjawab Serambi, Selasa (24/5/2022).
Ia mengatakan, melaksanan kurban merupakan ibadah.
Karena itu, hewan yang dipilih untuk dikurbankan harus memenuhi syarat antara lain terbebas dari sakit, benar-benar sehat, serta tidak ada cacat atau cedera di bagian tubuhnya.
Baca juga: Puluhan Petugas Peternakan Kecamatan Sosialisasi PMK di Aceh Utara
Baca juga: PMK Bisa Ancam Kebutuhan Daging Kurban, Pemerintah Aceh Harus Gerak Cepat
Meski daging hewan yang terjangkit PMK aman dikonsumsi, lanjut Tgk Faisal, tapi hewan tersebut tetap tidak bisa digunakan untuk hewan kurban karena secara fisik binatang itu tidak sedang dalam kondisi sehat.
"Ternak yang kakinya patah saja tidak bisa jadi hewan kurban.
Padahal, dagingnya layak dan aman dikonsumsi.
Apalagi ternak yang sakit seperti terjangkit PMK," kata Tgk H Faisal Ali.
Abu Sibreh--panggilan akrab lain Tgk Faisal Ali--juga mengingatkan pemerintah agar lebih serius melakukan penanganan PMK.
Sehingga masyarakat yang memelihara ternak--seperti lembu, kerbau, dan lain-lain--tidak merugi dan masyarakat tidak was-was untuk mengonsumsi dagingnya.
"Insya Allah, MPU Aceh juga akan mengkaji masalah PMK yang menjangkit pada hewan dalam beberapa hari ke depan," tutup Tgk Faisal Ali yang juga Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Aceh.
Seperti diketahui, PMK merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti dunia.
Namun, di Indonesia sudah hilang sejak tahun 1990 silam.
Tiba-tiba, pada awal Mei 2022 penyakit ini muncul lagi di Tanah Air.
Dua provinsi di Indonesia yang kembali ditemukan kasus PMK adalah Jawa Timur dan Aceh.
Adapun ciri-ciri hewan ternak terjangkit PMK antara lain demam tinggi (39-41°C), keluar lendir berlebihan dari mulut serta berbusa, luka-luka seperti sariawan pada rongga mulut serta lidah, hewan ternak mengalami pincang, luka pada kaki, kukunya terlepas, nafsu makan rendah, lemas, gemetar, pernapasan cepat, semakin kurus, dan produksi susu menurun.
Jumlah ternak di Aceh yang sakit dengan gejala terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) terus bertambah.
Penambahan kasus itu antara lain terjadi di Bireuen, Aceh Utara, Aceh Besar, dan Gayo Lues.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak dan Keswan) Bireuen, drh Liza Rozana, melalui Kabid Keswan, Kesmavet, Pengolahan dan Pemasaran, Safrizal SP, kepada Serambi, Selasa (24/5/2022), mengatakan, berdasarkan laporan tim Puskeswan dari masing-masing kecamatan, jumlah ternak yang sakit dengan dugaan terjangkit PMK pada Jumat (20/5/2022) sebanyak 409 ekor dan yang sembuh 34 ekor.
Sementara data terbaru pada Senin (23/5/2022), jumlah ternak yang sakit dengan gejala PMK sudah mencapai 571 ekor atau bertambah 126 ekor dari sebelumnya.
Demikian juga yang sembuh bertambah dari 34 ekor menjadi 43 ekor.
“Kalau yang mati tidak ada penambahan, masih tetap dua ekor,” katanya.
Menurutnya, peternak bersama tim kesehatan hewan terus berusaha melakukan pencegahan dengan
memberi vitamin dan antibiotik kepada ternak serta penyemprotan desinfektan pada kandangnya.
Penyemprotan desinfektan itu untuk menjaga kebersihan kandang dan mencegah penyebaran virus PMK.
Safrizal juga berharap peternak hendaknya setiap pagi, siang, dan sore rutin melihat kondisi ternaknya dan untuk sementara waktu ternak tersebut tidak dilepas.
Dengan selalu dipantau akan memudahkan penanganan bila ada ternak yang sakit.
“Bila ada ternak yang sakit segera beritahu ke petugas keswan, sehingga petugas bisa segera turun untuk melihat serta memberi vitamin dan antibiotik kepada ternak tersebut,” harapnya.
Aceh Utara
Jumlah ternak yang terindikasi PMK di sejumlah kecamatan dalam wilayah Aceh Utara juga terus meningkat dan meluas dibanding beberapa hari sebelumnya.
Sampai Selasa (24/5/2022), menurut temuan petugas kesehatankHewan (Keswan) Dinas Perkebunan Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disbunnak dan Keswan) Aceh Utara, ternak yang terindikasi terjangkit PMK di kabupaten itu sudah mencapai 696 ekor.
Jumlah itu terdiri atas sapi 522 ekor yang tersebar di 21 kecamatan dan kerbau 174 ekor yang tersebar di empat kecamatan.
“Jumlah ternak yang terindikasi PMK berdasarkan hasil rekap petugas sampai 23 Mei 2022 mencapai 696 ekor,” ujar Sekretaris Disbunnak dan Keswan Aceh Utara, drh Muzakir, kepada Serambi, kemarin.
Disebutkan, jumlah tersebut bertambah lagi dibandingkan sebelumnya.
Sebaran penyakit itu juga sudah meluas ke 21 kecamatan dari sebelumnya 19 kecamatan.
Kasus ternak terindikasi PMK di Aceh Utara terbanyak berada di Kecamatan Tanah Jambo Aye dengan 139 kasus dan Cot Girek 113 kasus.
“Di Cot Girek, selain sapi, kerbau yang terindikasi PMK juga sudah mencapai 160 ekor,” tutup Muzakir.
Aceh Besar
Dari Aceh Besar dilaporkan, jumlah sapi yang terjangkit PMK di 12 kecamatan sudah mencapai 383 ekor.
“Virus PMK terhadap sapi di Aceh Besar makin meningkat.
Ini harus diantisipasi dengan melakukan karantina ternak tersebut," ujar Kabid Peternakan dan Keswan Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Besar, Firdaus SP, kepada Serambi, Senin (23/5/2022).
Ia merincikan, sapi di kabupaten itu yang terjangkit PMK berasal dari Kecamatan Lhoknga 112 ekor, Indrapuri 73 ekor, Ingin Jaya 29 ekor, Sukamakmur 24 ekor, Krueng Barona Jaya 12 ekor, Kuta Baro 11 ekor, Darussalam dan Baitussalam masing-masing tiga ekor, Kuta Malaka 14 ekor, Seulimeum lima ekor, dan Kecamatan Kuta Cot Glie 15 ekor. (mas/yus/jaf/as)
Baca juga: Empat Ekor Sapi Warga di Gayo Lues Diduga Terjangkit PMK, Satu Ekor Dinyatakan Mati
Baca juga: Galaunya Hati Menghadapi Wabah PMK dan Cara Mengatasinya