Luar Negeri
Pengikut Aliran Sesat Ini Makan Kotoran Pemimpinnya Selama 4 Tahun, Percaya Sebagai Obat Mujarab
Pengikut aliran sesat di Thailand telah mengejutkan masyarakat dunia karena rela memakan kotoran pemimpinya untuk alasan kesehatan.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Amirullah
Tawee ditangkap dalam penggerebekan tersebut, dengan tuduhan menggunakan tanah negara tanpa izin, menyelundupkan jenazah, dan melanggar protokol Covid-19.
Para pejabat juga menemukan lima peti mati di luar gubuk tersebut.
Pengikut Tawee mengatakan mayat-mayat itu dibawa ke sana untuk ritual untuk membawa mereka ke surga dan disuntik dengan bahan kimia yang kuat untuk menghentikan mereka membusuk.
Polisi juga mengungkap fakta mengejutkan dimana sebagian besar makanan sehari-hari seperti ikan, sayur tumis, atau cumi kering juga dilapisi kotoran.
Ini adalah produk makanan yang akan dijual ke masyarakat luar.
Baca juga: Ritual Mandi Bersama Pria, Wanita dan Anak-anak Aliran Hakekok Diklaim Bersihkan Dosa, MPU: Sesat
Tawee bersikeras bahwa para pengikutnya memakan kotorannya atas kemauan mereka sendiri.
Dia mengatakan dia tidak pernah memaksa mereka untuk melakukannya. Pernyataan Tawee mungkin benar.
Menurut pernyataan polisi, pihak berwenang menghadapi tentangan keras dari pengikutnya selama penggerebekan.
Beberapa dari mereka dilaporkan meminum air kencing pemimpinnya dan kulit mati di depan polisi.
Sebelas jenazah yang ditemukan di gubuk tersebut merupakan mantan pasien yang sempat berobat ke Tawee.
Menurut anggota sekte, mayat-mayat itu sengaja tidak dikubur dengan keyakinan bahwa Tawee akan membawa jiwa mereka ke surga.
Bagian bawah peti mati bahkan dilubangi sehingga para pengikut dapat mengambil cairan dari pembusukan mayat dan menggunakannya sebagai pencuci muka.
Baca juga: Termakan Informasi Sesat, Keluarga Ini Bongkar Makam Tetangga Lalu Potong Kepala Mayat Untuk Hal Ini
Cairan tersebut kembali dipercaya memiliki manfaat kesehatan.
Gubernur provinsi Chaiyaphum Kraisorn Kongchalad "sangat terkejut" dengan kehadiran kelompok itu.
"Ini bukan lagi soal kepercayaan pribadi," katanya, dikutip dari The Voket.