Kupi Beungoh

Miris, Pencarian Cara Bunuh Diri Ramai, Berikut Tips Cegah Perbuatan Dilarang Keras dalam Islam Ini

Kabar baik bagi orang dengan kecenderungan bunuh diri adalah, bahwa tindakan bunuh diri dapat dicegah.

Editor: Mursal Ismail
Fatimah Zuhra 

Oleh Fatimah Zuhra *)

BUNUH DIRI sedang ramai dicari di mesin pencarian internet. Kata bunuh diri masuk di pencarian populer atau Google Trends Indonesia, Rabu (25/5/2022) lalu.

Kasus bunuh diri menjadi tak asing lagi, baik di Indonesia bahkan di Aceh sekali pun.

Beberapa orang, terutama didominasi oleh anak-anak muda, ingin mengakhiri hidupnya dengan cara yang tak bijak itu.

Berita tentang kasus bunuh diri kerap menghiasi headline koran dan layar kaca.

Belum lama ini, kabar terkait kasus bunuh diri sempat membuat heboh warga Kecamatan Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah.

Baca juga: VIDEO VIRAL Aksi Heroik Bhabinkamtibmas Berhasil Gagalkan Percobaan Bunuh Diri

Dikutip dari Serambinews.com, seorang gadis asal Takengon ditemukan meninggal dunia bunuh diri di kamar rumahnya.

Gadis berusia 20 tahun itu sempat meninggalkan surat berisi pesan kepada keluarganya.

Kenapa Bunuh Diri?

Definisi bunuh diri adalah usaha, pikiran atau tindakan yang bertujuan untuk mengakhiri hidup sendiri yang dilakukan dengan sengaja.

Mulai dari berfikir pasif akan melakukan bunuh diri sampai akhirnya benar-benar melakukan tindakan yang mematikan itu.

American Psychiatric Association (APA) menyebut perilaku bunuh diri sebagai bentuk tindakan mematikan dari individu dengan cara membunuh dirinya sendiri.

Baca juga: Terungkap Fakta Ayu Aulia Ingin Bunuh Diri hingga Dilarikan ke RS Bukan Aku yang Menyayat

Hal ini paling sering terjadi diakibatkan adanya penyakit mental pada diri pelaku seperti stres, depresi atau penyakit psikologis lainnya.

Keparahan bunuh diri bervariasi, mulai dengan ancaman bunuh diri, keinginan bunuh diri, percobaan bunuh diri hingga melakukan bunuh diri (completed suicide).

Bunuh diri adalah satu fenomena kompleks.

Ia tidak sepenuhnya menjadi kesalahan atau keinginan personal si pelaku.

Menurut penelitian, tidak ada faktor tunggal yang dapat memberikan penjelasan secara holistik atas tindakan bunuh diri.

Tindakan mematikan tersebut dianggap sebagai perilaku yang muncul dari interaksi beberapa faktor seperti karakteristik sosial budaya, pengalaman traumatis, dan riwayat psikiatri.

Menurut laporan WHO, 77 % kasus bunuh diri global terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Baca juga: Tersangka Hidup Serangan Mematikan Paris 2015 Mengaku Berubah Pikiran, Tidak Mau Bom Bunuh Diri

Masyarakat kecil yang hidup dalam ketidakstabilan ekonomi rentan mengalami tekanan akibat tidak bisa memenuhi keperluan sehari-hari, hingga memicu pada pelbagai permasalahan kehidupan.

Masalah kehidupan yang muncul seperti pertengkaran keluarga, kasus pencurian, tekanan emosi, hingga hilangnya motivasi untuk meneruskan hidup.

Bunuh diri kemudian dianggap ‘jalan pintas’ untuk mengakhiri tekanan yang dialami.

Kelompok Rentan Bunuh Diri

Tingkat bunuh diri juga tinggi di kalangan kelompok yang rentan mengalami diskriminasi, seperti imigran, pelarian, suku asli, lesbian, gay, transgender dan mantan narapidana.

Pengalaman traumatis atau dalam istilah psikologi dikenal dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah gangguan mental yang terjadi setelah seseorang mengalami trauma yang berat.

Trauma yang muncul dapat disebabkan oleh kejadian yang dialaminya dan mengancam keselamatan diri.

Contoh kejadian antara lain adalah bencana alam seperti Tsunami, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kejadian menakutkan hingga peristiwa tragis yang bahkan saat sulit diingat kembali.

Pengidap PTSD umumnya akan mengalami stres dan kecemasan berlebihan yang mengganggu dan sering berkaitan dengan trauma yang dialami sebelumnya.

Gangguan PTSD termasuk dalam gangguan kecemasan akut yang membuat penderitanya tidak bisa melupakan peristiwa traumatis di masa lalu.

Oleh karena itu, penderita kerap berpikir negatif terhadap dirinya sendiri dan lingkungan di sekitarnya.

Akibat fatal dari gangguan PTSD adalah, penderitanya memilih untuk mengakhiri hidup demi menghapus pikiran negatif dalam dirinya dengan cara bunuh diri.

Menurut psikiater, Prof Kay Redfield Jamison dalam salah satu bukunya menuliskan bahwa, rata-rata individu yang melakukan tindakan bunuh diri mengalami gangguan psikologis atau setidaknya memiliki riwayat psikiatri.

Pertolongan Pertama pada Tindakan Bunuh Diri

Kabar baik bagi OKBD atau orang dengan kecenderungan bunuh diri adalah, bahwa tindakan bunuh diri dapat dicegah.

Pertolongan pertama bunuh diri dapat dimulai dengan diri sendiri.

Pertama, sadari apa yang sedang terjadi dengan memikirkan trigger-nya, sensasi fisik dan emosi yang muncul pada diri.

Kedua, mengalihkan pikiran saat muncul keinginan untuk bunuh diri. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat daftar aktivitas yang disenangi untuk mengalihkan ide melukai diri sendiri.

Ketiga atau terakhir adalah dengan menulis jurnal (diary) dan mencari bantuan dari orang terdekat yang dipercayai seperti keluarga dan sahabat.

Selain diri sendiri, masyarakat publik juga juga dapat menjadi penolong pertama pada penderita OKBD dengan melakukan prinsip dasar Psychological First Aid (PFA) yaitu:

Pertama, look atau amati perilaku kompulsif mereka, kemudian berikan bantuan secukupnya. Tidak terlalu berlebihan, tidak terlalu mengabaikan.

Kedua, listen atau menjadi pendengar yang baik jika mereka bercerita, tetapi tidak memaksa mereka untuk bercerita.

Dan ketiga, link atau pada situasi yang memungkinkan, ajak mereka untuk menemui profesional (psikolog) dan menemani mereka jika ingin ditemani.

Bunuh Diri dalam perspektif Islam

Islam melarang keras tindakan bunuh diri.

Dalam Islam, bunuh diri adalah perbuatan dosa besar yang dilarang oleh syariat.

Allah melarang hamba-Nya bunuh diri karena sesungguhnya manusia adalah milik-Nya, bukan milik mutlak diri mereka sendiri.

Maka, hanya Allah yang berhak atas hidup dan mati seseorang. Membunuh diri berarti ‘mengambil’ hak Allah dan mengkhianati amanah yang diberikan Allah kepadanya.

Dalil tentang bunuh diri tercantum dalam surat An Nisa ayat 29, yang artinya.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu."

Membunuh diri dengan alasan apapun adalah bukti putus asa dari rahmat Allah dan seolah-olah menentang takdir yang sudah ditentukan Allah kepadanya.

Oleh karena itu, diharamkan memasuki Surga bagi siapa saja yang memilih jalan hidup dengan cara bunuh diri.

Jundab bin 'Abdullah RA berkata Rasulullah SAW bersabda: "Ada seorang lelaki di antara umat sebelum kalian menderita luka parah, namun dia tidak sabar lalu dia mengambil sebilah pisau kemudian menggelar tangannya yang mengakibatkan darah mengalir tidak berhenti hingga dia mati. Lalu Allah berfirman: "Hamba-Ku mendahului-Ku dengan membunuh dirinya, maka Aku haramkan baginya Surga." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Solusi Menghindari Tindakan Bunuh Diri

Pikiran untuk bunuh diri bisa sangat sulit untuk dihadapi atau dipahami.

Kadang bisa cepat berlalu, namun di waktu berbeda, pikiran seperti ini bisa saja datang menjadi dorongan dan fantasi kuat karena dianggap menjanjikan kelegaan atas rasa sakit yang tampaknya tak tertahankan selama ini.

Langkah awal untuk menghindar dari tindakan bunuh diri adalah dengan menjauhi tempat-tempat yang berpotensi melakukan hal demikian.

Tempat-tempat itu seperti gedung tinggi, rel kereta api atau alat yang dapat mematikan seperti tali, pisau dan alat-alat tajam lainnya saat pikiran sedang kacau.

Pikiran negatif sering muncul saat siapa pun sedang berada dalam keadaan sendirian.

Oleh karena itu, ketika merasa sedih, cemas atau depresi, segera menemui keluarga atau rekan yang dapat membantu menenangkan penderita, sebelum sampai pada kondisi psikologis yang semakin buruk.

Kemudian penderita juga diminta untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kepada Allah SWT.

Perlu diingat bahwa segala masalah dan kesulitan yang dihadapi di dunia adalah ujian dan tantangan yang perlu dihadapi dengan penuh sabar dan tawakal.

Setiap orang mendapat ujian yang berbeda-beda. Sebagai muslim, kita perlu mempersiapkan diri dengan aqidah dan iman yang mantap kepada Allah dari tindakan yang merugikan tersebut.

Keyakinan yang teguh kepada Allah mampu menenangkan batin dan jiwa tiap-tiap individu.

Setiap kita dituntut untuk meyakini bahwa semua yang berlaku di dunia ini adalah ketentuan Allah dan kita wajib ridha atau menerima semuanya.

Dan seorang muslim yang waras tidak akan berpikir bunuh diri mengingat besarnya dosa yang dibebankan kepadanya, sampai-sampaikan diharamkan Surga baginya bila melakukan hal yang demikian.

*) PENULIS adalah alumnus Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh dan kini sedang mengajar di Pine Hills International School, Malaysia.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved