Berita Aceh Tengah
Berawal dari Kain Sarung, Jembolang Gayo Inovasi Paya Tumpi Baru Semakin Diminati
Dulunya, orang gayo menggunakan kain sarung untuk pelindung kepala saat bekerja di luar rumah.
Penulis: Romadani | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Romadani | Aceh Tengah
SERAMBINEWS.COM, TAKENGON - Dataran tinggi tanah Gayo terletak pada wilayah tengah Aceh, Kabupaten Aceh Tengah yang memiliki banyak potensi budaya dan seni.
Selain itu, jantung provinsi Aceh ini terkenal dengan kopi arabika Gayo. Ragam budaya dan kerajinan di kabupaten berhawa sejuk itu mulai ditampilkan pada event nasional dan internasional.
Baru-baru ini, muncul salah satu kerajinan tangan yang dicetus oleh Kepala Desa (Reje) Paya Tumpi Baru Idrus Syahputra, bersama warganya untuk merevisit penutup kepala yang dinamakan jembolang gayo.
Penemuan karya jembolang gayo memiliki sejarah dan filosofi sendiri bagi Reje Paya Tumpi Baru untuk mengembangkan kembali budaya Gayo yang pernah ada.
Pada sejarahnya, Idrus Syahputra mengingat bahwa penutup kepala orang gayo terdahulu mengunakan kain sarung untuk pelindung kepala saat bekerja diluar rumah.
Kain sarung sebagai pelindung kepala digunakan saat musim panas dan hujan kerap digunakan masyarakat untuk bersawah atau berkebun. Hai itu menjadi landasan Paya Tumpi Baru mengembangkan jembolang sebagai topi pelindung kepala.
"Saya melihat belum ada ciri khas, atau pengenal kerawang Gayo dalam bentuk topi penutup kepala selain peci kerawang gayo yang digunakan untuk beribadah," kata Idrus.
Atas dasar itulah, masyarakat Kampung Paya Tumpi Baru memiliki inovasi yang sangat penting dalam menciptakan Topi Etnik Gayo yakni adalah menambahkan “Motif Kerawang Gayo” pada bagian sisi jembolang.
Karena dulunya, Jembolang itu memakan kain sarung tidak ada motif kerawang gayo hanya kain polos biasa.
Saat ini kombinasi motif kerawang gayo yang diterapkan pada topi “Jembolang Rebon” produksi Kampung Paya Tumpi Baru itu, semakin menambah kesan kemewahan dan Identitas bagi yang mengenakannya sebagai topi khas etnik suku gayo.
Dari kerajinan tangan jembolang gayo dijadikan sebuah daerah yang memiliki nilai budaya tinggi di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah.
Selain sejarah, dalam lilitan kepala yang diukir kerawang gayo mempunyai makna tersendiri bagi orang Gayo.
Idrus Syahputra menjelaskan makna pertama adalah dari warna kerawang gayo mulai dari hijau, merah, kuning, dan putih, keempat warna itu melekat pada jembolang gayo.
"Kalau kuning itu Raja atau Pemerintah, kalau putih itu Tengku atau Bapak Imam, merah itu adalah tokoh adat atau Petue dan hijau merupakan Rakyat Genap Mupakat (RGM)," terangnya.
Selain warna, Idrus juga menjelaskan bahwa jembolnga gayo harus dililit di kepala, sehingga lilitan itu sesuai dengan bentuk kepala pemakainya.
"Cara memakai jembolang gayo dililit dan dibentuk sendiri, itu juga memiliki filosofi tersendiri," jelas Idrus.
Saat ini, kerajinan tangan itu mulai berkembang luas dan dikenal oleh masyarakat. Para ibu-ibu pengrajin sudah mulai mendapatkan pesanan langsung terkait jembolang itu.
Amatan Serambinews.com, Kamis (9/6/2022) melihat langsung di salah satu rumah warga sebagai produksi jembolang Gayo.
Tiga mesin jahit tampak dua ibu rumah tangga sedang mengoperasikan mesin secara manual, benang warna merah Kuning, putih dan hijau mulai diukir pada kain dasar warna hitam.
Para pengrajin itu mulai menyelesaikan pesanan para peminat jembolang gayo yang berasal dari Aceh Tengah dan luar Aceh.
"Ibu-ibu disini masih tradisional, ini asli ukiran bukan sablon jadi dalam sehari satu ibu rumah tangga bisa menyelesaikan tujuh jembolang," kata Idrus.
Saat ini, Reje Kampung Paya Tumpi Baru bersama pengrajin di kampungnya, mencoba melakukan inovasi terhadap jembolang dengan bahan-bahan terkini.
Jembolang rebon ini lebih simpel dan tidak berat di kepala serta tidak lagi mengikat-ikat seperti jembolang kain sarung.
Jembolang model ini seluruh bahanya sudah dilakukan pembaharuan, menerapkan perekat dibagian kancing pengguna dapat menyesuaikan sesuai ukuran masing-masing.
Sejumlah tokoh baik pejabat daerah dan pejabat nasional sudah mengenal kerawang gayo, Idrus Syahputra terus mengembangkan pelindung kepala dengan ciri khas Gayo lebih modern
"Pimpinan daerah kita udah mengenal, tokoh nasional juga sudah mengenal jembolang gayo seperti, Nasir Djamil, Rafli Kande, Sekjend DPR RI, dan lainnya," katanya.
Pimpinan DPRK Aceh Tengah juga mengenakan Jembolang dalam acara memperingati HUT ke 445 Kota Takengon.
Ia mengenakan jembolang gayo saat Sidang Paripurna Istimewa Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Tengah pada Kamis 17 Februari 2022 lalu, para pimpinan dewan dan juga beberapa anggota dewan mengenakan Jembolang.
Hal itu tentunya menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Kampung Paya Tumpi Baru. Inovasi yang dilakukan dalam menciptakan jembolang berbahan baru ini sebagai bentuk upaya (Culture Revisit) memajukan Identitas budaya gayo serta memajukan ekonomi warga melalui pengembangan budaya.(*)
Baca juga: Paya Tumpi Baru, Gerbang Kota Siap dengan Jembolang