Info Kesehatan
Menyebabkan Jaringan Parut di Paru-Paru
Saya sudah beberapa kali menemukan pasien TBC yang jaringan parutnya di paru cukup luas dan berdampak ke jantung
"Paru kita terdiri dari banyak saluran-saluran pernapasan, jadi dia (kuman) akan merusak jaringanjaringan paru kita itu dan menggantinya dengan jaringan parut"
DOKTER Spesialis Paru Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh, Dr dr Budi Yanti Sp P (K) FAPSR, menjelaskan, TBC merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman atau bakteri ini paling banyak menyebabkan penyakit TBC di paru.
Manifestasi penyakit TBC dapat terjadi di paru dan di luar paru. Khusus untuk TBC paru, sebutnya, merupakan penyakit yang sangat menular karena penularannya terjadi melalui udara.
“Jadi kalau kita duduk dekat atau ngobrol dengan orang-orang yang punya penyakit TBC, apalagi kalau orang sakit itu batuk, bersin atau tertawa keras sehingga kita terkena percikan ludahnya, maka 80-90 persen kita pasti tertular,” terangnya.
Baca juga: Penderita TBC di Aceh Terus Meningkat
Itulah mengapa orang-orang dengan TBC wajib dan harus memakai masker, agar tidak menularkan penyakit kepada orang-orang yang ada di sekitarnya.
Penyakit ini tergolong sangat berbahaya, karena disaat daya tahan tubuh menurun, kuman TBC akan berkembang biak di dalam paru-paru, melipatgandakan dirinya sehingga dapat merusak jaringan-jaringan yang ada di paru-paru.
“Paru kita terdiri dari banyak saluran-saluran pernapasan, jadi dia (kuman) akan merusak jaringanjaringan paru kita itu dan menggantinya dengan jaringan parut. Jadi itu menjadi sangat berbahaya,” kata dr Budi Yanti.
Dengan kondisi tersebut, apabila tidak segera diobati, maka akan menyebabkan susah bernafas. Selain itu, jaringan parut yang semakin meluas juga akan berdampak ke jantung, karena letak kedua organ ini yang saling berdekatan.
Baca juga: Ayo Periksa TBC Sekarang
“Saya sudah beberapa kali menemukan pasien TBC yang jaringan parutnya di paru cukup luas dan berdampak ke jantung, sehingga yang sakit bukan saja paru tapi juga jantungnya, sehingga angka bertahan hidupnya kecil,” ungkap Budi Yanti.
Di luar negeri, sambung dia, pasien dengan penyakit ini disarankan untuk mengganti paru-parunya dengan organ yang baru atau istilahnya transplantasi paru.
“Namun kita di sini belum ada. Karena itu terkadang saya sedih melihat kondisi pasien TBC, kenapa manusia yang sebesar ini bisa kalah dengan kuman yang sangat kecil, hanya gara-gara kita tidak memberi kekuatan daya tubuh kita, karena sebenarnya kita bisa menang dari kuman TBC itu,” ujar Dosen Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala ini.
“Kalau daya tahan tubuh kita maksimal, kita minum obat dengan tuntas dan selalu memakai masker, maka ini dapat menjadi strategi jitu pengendalian penyakit TBC di level individu dan masyarakat,” tambah dokter Budi Yanti. (*)
