Berita Banda Aceh
UIN Ar-Raniry dan UINSU Gelar Kuliah Umum , Dosen Australia Bahas Tentang Perpustakaan
Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh bersama dengan Prodi Ilmu Perpustakaan FIS UIN Sumatera Utara
Penulis: Muhammad Nasir | Editor: M Nur Pakar
Fauzi berharap kegiatan-kegiatan seperti ini ke depannya terus ditingkatkan sebagai salah satu upaya meningkatnya kolaborasi dosen dan Program Studi Ilmu Perpustakaan yang tergabung dalam ASDIP-PTKI.
“Saat ini kita sudah berada di sebuah masa di mana globalisasi menjadi trend yang tidak dapat lagi dihindari," jelasnya.
"Berbagai produk menarik yang diusung oleh globalisasi boleh dikatakan sangat menuntut kita untuk senantiasa kompeten di segala lini tanpa mengesampingkan interaksi sosial," jelasnya.
"Kita selalu bersinergi guna berkontribusi terhadap pendidikan terutama dalam dunia kepustakawanan,”kata Fauzi.
Sementara itu, dalam pemaparannya Prof Dr Jonner Hasugian MSi menjelaskan penggabungan istilah Library Science dengan Information Science menjadi Library and Information Science (LIS).
Tetapi, telah menjadi perdebatan panjang oleh para ilmuan terhadap ontologi dan espitomologi LIS.
Baca juga: Ketua Umum Dewan Dakwah Aceh Raih Gelar Profesor Bidang Ilmu Pendidikan Islam di UIN Ar-Raniry
Menurutnya, banyak ilmuan yang menolak keberadaan ilmu informasi dikaitkan dengan kepustakawanan.
Akan tetapi disisi lain banyak penelitian yang terus bermunculan terkait dengan kombinasi kedua istilah tersebut (LIS).
Pada sesi kedua, dalam materinya Putu Laxman Pendit PhD menjelaskan kajian ontologis dan filosofis tentang pustaka dan informasi masih menyisakan ruang diskusi.
Sehingga, perlu dijelajahi lagi tanpa harus mengubah perspektif atau posisi pandang masing-masing ilmuwan.
“Di tataran praktis memang terjadi perubahan mendasar akibat penggunaan teknologi informasi," katanya.
"Sehingga segala sesuatu dikaitkan dengan informasi," tambahnya.
Disebutkan, dalam situasi penuh perubahan ini, perlu dicermati melalui pemikiran Slavoj Zizek tentang "parallax ontology."
"Harus memahami berbagai perbedaan sisi-pandang dan isu ontologis tentang sesuatu yang sebenarnya sama,”kata Putu Laxman.
Baca juga: Usir Dubes India, Akademisi UIN Ar-Raniry Apresiasi Sikap Gubernur Aceh Nova Iriansyah
Lebih lanjut, Putu menjelaskan Ilmu Perpustakaan dan Informasi sebagai multidisiplin sudah dilengkapi dengan desain ilmiah yang membuka luas ruang diskusi di tingkat akademik.
“Berbagai perspektif dan orientasi dalam penelitian dapat digunakan untuk mengkaji pustaka dan informasi, sekaligus," ujarnya.
"Sehingga, akan memberikan kepastian ontologis tentang pustaka dan informasi dalam konteks sosial dan budaya,”kata Putu. (*)