TKW Aceh Disiksa

Wanita Caleue yang Dijual Sepupunya ke Malaysia Dijemput Langsung Ketua DPRK Pidie di Kuala Namu

Mahfuddin menyebut dirinya bersama staf akan membawa langsung keluarga WD untuk menjemputnya langsung di Bandara Kuala Namu, Sumatera Utara.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
FOR SERAMBINEWS.COM
Ketua DPRK Pidie, Mahfuddin Ismail (tengah) bersama istri, Hetti Zuliani (dua kiri) dan tim mengunjungi langsung rumah orang tua WD, Senin (30/5/2022). Turut di dampingi Cek Wan (kiri ujung) dan Kepala Desa, Mustafa (dua kanan), dan paman korban (kanan). 

Warga Caleue yang Dijual Sepupunya ke Malaysia Akan Dijemput Langsung Ketua DPRK Pidie di Kuala Namu

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Pidie, Mahfuddin Ismail dijadwalkan akan menjemput langsung WD di Bandara Kuala Namu, Sumatera Utara pada Selasa (28/6/2022) pagi.

WD merupakan warga Kecamatan Indrajaya, Kabupaten Pidie yang diduga dijual oleh sepupunya sendiri dan disikasa majikan di Malaysia.

Saat dihubungi Serambinews.com, Senin (27/6/2022) siang, Politisi Partai Aceh itu akan bertolak menuju Sumatera Utara pada hari ini, Senin (27/6/2022).

Mahfuddin menyebut dirinya bersama staf akan membawa langsung keluarga WD untuk menjemputnya di Bandara Kuala Namu, Sumatera Utara.

“Alhamdulillah WD sudah bisa pulang ke Aceh, karena Bandara Sultan Iskandar Muda belum di buka untuk penerbangan international, maka kami sepakat bersama keluarga korban untuk menjemput langsung korban ke Medan,” ujarnya.

Ketua DPRK Pidie, Mahfuddin Ismail SPdi MAP
Ketua DPRK Pidie, Mahfuddin Ismail SPdi MAP (For Serambinews.com)

Baca juga: Wanita Asal Caleue Pidie yang Diduga Dijual Kakak Sepupunya ke Malaysia, Besok Pulang ke Aceh

Biaya kepulangan WD ke kampung halamannya sepenuhnya ditanggung oleh Mafuddin Ismail.

“Dengan Izin Allah semua biaya terkait dengan pemulangan ini saya tanggung semuanya,” ucapnya yang begitu fokus pada kasus ini.

WD bisa dipulangkan ke Aceh setelah dirinya berkomunikasi intens dengan keluarga korban, Ketua Sosialiasai Ummah Bansigom Aceh Tgk Bukhari Ibrahim dan Ketua Komunitas Bireuen Bersatu Aceh-Malaysia Haikal.

“Bahwa korban WD sudah bisa di bawa pulang ke Aceh setelah semua proses administrasinya selesai dilakukan oleh ketua dan relawan SUBA Malaysia,” ujar Ketua DPRK Pidie, Mahfuddin Ismail.

Karena itu, atas nama Masyarakat Pidie ia mengucapkan terima kasih kepada Tgk Bukhari, Haikal, serta seluruh warga Aceh yang ada di Malaysia.

“Kami berharap kepada persatuan rakyat Aceh di Malaysia untuk terus bersatu untuk membantu masyarakat Aceh di Malaysia terutama mengadvokasi kasus - kasus yang menimpa rakyat  Aceh di Malaysia,” ucapnya.

“Kepada masyarakat Pidie mohon doanya semoga korban WD selamat sampai ke Pidie dan bisa bersama masyarakat dalam meniti masa depan yang lebih baik kedepan,” sambung Mahfuddin.

Baca juga: Gadis Caleue Pidie Jadi Koban Perdagangan Manusia, Dijual Sepupu Sendiri Hingga Disiksa di Malaysia

Sementara itu, terkait ‘janji’ yang diutarakan pihak Dinas Sosial Aceh beberapa waktu lalu yang menyebut siap untuk memfasilitasi kepulangan WD ke Aceh, ia merasa kecewa.

"Hasil Komunikasi saya dengan Ketua SUBA dan Haikal di Malaysia disebutkan bahwa maksud fasilitasi oleh Dinsos Aceh yaitu menjemput korban WD sesampainya di Indonesia,"

“Saya pikir kalau hanya memfasilitasi sampai ke dalam negeri, saya dan keluarga bisa menjemput langsung sampai di bandara, tidak perlu bantuan dinas sosial sama sekali,” tegasnya.

Biaya kepualangan WD ini tidak ditanggung sama sekali oleh Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) maupun Dinas Sosial Aceh.

“Kalau mau membantu ya semua proses difasilitasi baik dari luar negari sampai ke dalam negeri,” ujar Mahfuddin.

Hal itu, kata dia, sangat memerlukan biaya yang besar dan administrasi dalam memproses pemulangan WD dari Malaysia hingga ke kampung halaman.

Ketua DPRK Pidie ini mengatakan, pihaknya harus mengurus proses administrasi di imigrasi, kelengkapan dokumen hingga membekikan tiket pesawat, yang semuanya ditanggunng olehnya.

“Jadi kedepan Dinsos Aceh gak usah umbar-umbar janji mau memfasilitasi karena semua hanya nihil saja,” pungkas dia.

Terpisah, Ketua SUBA, Tgk Bukhari Ibrahim sangat mengapresiasi langkah Ketua DPRK Pidie, Mahfuddin Ismail yang memberi perhatian khusus terhadap WD hingga menanggung sepenuhnya biaya kepulangan.

Baca juga: Detik-detik Penyelamatan TKW Aceh yang Disekap 8 Tahun oleh Majikannya di Malaysia

Lagi, Tgk Bukhari juga menaruh rasa kecewanya terhadap Dinas Sosial Aceh,

“Kalau mereka niat bantu silahkan lakukan dan jangan kasih janji atau harapan,” tegas Tgk Bukhari.

 “Sangat kita sayangkan. Tetapi kita mengucapkan terima kasih kepada Ketua DPRK Pidie, Pak Mahfuddin yang sudah membantu biaya kepulangan WD ini,” pungkasnya.

WD, Gadis Aceh yang Dijual Sepupunya

Nasib malang menimpa seorang gadis asal Kabupaten Pidie yang bekerja di Malaysia.

Dirinya menjadi korban perdagangan manusia (human trafficking) yang diduga dijual oleh sepupunya sendiri.

Bahkan, ia juga mendapat penyiksaan dari majikannya selama bertahun-tahun bekerja di Malaysia.

Adalah WD, gadis asal Caleue, Kecamatan Indra Jaya, Kabupaten Pidie yang berusia 34 tahun mengalami kisah tragis nan memilukan dalam kehidupan mudanya.

Ketua Sosialisasi Ummah Bansigom Aceh (SUBA), Tgk Bukhari Ibrahim mengatakan, WD menjadi korban perdagangan manusia yang dilakukan oleh kakak sepupu korban kepada sebuah agen.

Itu terjadi pada 6 tahun belakang atau tepatnya 2016 silam.

Mulanya, korban dijanjikan oleh kakak sepupunya untuk bekerja di Lhokseumawe atau Langsa.

Namun, pelaku malah membuatkan paspor untuknya di Lhokseumawe dan kemudian dibawa ke Malaysia dengan menggunakan kapal fery.

Baca juga: Kisah Tragis Herawati, TKW Aceh yang Disekap dan Dipukul oleh Majikan: Gigi Copot, Kepala Lebam

“Dari Sigil (dia) diserahkan ke agen yang ada di Lhokseumawe untuk dibuatkan paspor. Setelah itu dibawa ke Medan dan pergi naik fery,” kata Tgk Bukhari.

Selama di Malaysia, WD bekerja di Melaka, sebuah kota yang terletak 150 kilometer dari Ibukota Kuala Lumpur.

Selama bekerja di sana, dia mendapat penyiksaan oleh majikannya.

Kepada Ketua SUBA Tgk Bukhari, korban mengaku hanya bekerja pada majikan tersebut.

Korban juga mengaku selama bekerja di Melaka, dirinya ditampar dan dipukuli oleh majikan hingga hidungnya mengeluarkan darah.

Tak hanya itu, ia harus kehilangan sejumlah giginya akibat dipukul dengan sepatu.

 “Di Melaka ada (dipukul), dengan sepatu ke muka sampai-sampai berdarah. Setiap hari,” pengakuan korban kepada Tgk Bukhari.

Bahkan kakinya juga terdapat banyak bekas luka akibat kekerasan yang dilakukan sang majikan.

Tgk Bukhari mengatakan, korban kemudian lari dari tempatnya bekerja yang dibantu oleh supir taksi.

Kemudian diserahkan kepada warga Malaysia keturunan India yang berada di Kuala Lumpur.

Di sana, korban di rawat dan dijaga selama setahun sembari mencari komunitas relawan masyarakat Aceh di Kuala Lumpur.

“Yang menjaga dia dijaga sebaik mungkin, sambil mencari orang Aceh di sana untuk dibawa pulang ke kampung,” kata Tgk Bukhari.

Namun, baru Minggu (29/5/2022) warga keturunan India itu dapat bertemu dengan komunitas masyarakat Aceh di Malaysia.

Korban bahkan sudah dianggap meninggal oleh keluarganya karena selama 11 tahun tidak ada kabar sama sekali.

Kendati demikian, Tgk Bukhari mengatakan korban sudah terhubung dengan keluarganya yang berada di Kabupaten Pidie. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved