Berita Banda Aceh
Nova Presentasi Inovasi Pelayanan Publik, Dua SKPA Masuk Finalis Top Inovasi 2022
Tim Juri Independen Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (IPP), terkesan dengan dua inovasi bidang kesehatan yang dipresentasikan oleh Gubernur Aceh
Gubernur menambahkan, kualitas Layanan TAGTO terbukti setara bahkan lebih baik dibandingkan dengan layanan ablasi gondok di negara maju.
Perbandingan hasil terapi ablasi gondok di Indonesia, Taiwan, Turki, Iran dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa, persentase penurunan volume gondok 1 bulan, 6 bulan dan 12 bulan untuk gondok dengan ukuran di atas 2 cm dengan Layanan TAGTO adalah lebih baik dibandingkan dengan 4 negara lainnya.
"TAGTO diberikan menggunakan pembiusan lokal di ruang tindakan rawat jalan, sedangkan di Turki dan Amerika Serikat menggunakan bius umum dan dilakukan di kamar operasi," imbuh Nova.
Prof Kriatiadi kembali mengapresiasi cara Gubernur Aceh memaparkan bahan presentasinya terkait TAGTO.
"Terima kasih atas presentasi Pak Gubernur, dari cara Bapak mempresentasikan, semua orang akan percaya jika Bapak adakah seorang dokter," kata Kristiadi.
Teumuleh Jeut Bagah Puleh
Pemaparan inovasi kedua, Gubernur Aceh mempresentasikan program "Teumuleh Jeut Bagah Puleh" (Menulis Agar Cepat Pulih) yang diaplikasikan di Instalasi Rehabilitasi Napza Rumah Sakit Jiwa Aceh.
"Teumuleh Jeut Bagah Puleh merupakan penyempurnaan program yang sudah dilakukan selama ini di Instalasi Rehabilitasi Napza RSJ Aceh, yang terdiri dari terapi religi, psikoedukasi, konseling individu, latihan keterampilan hidup, morning mee ting, narcotics anonymous, terapi aktivitas kelompok, olahraga, Saturday night activity, Voluntary Counseling and Testing (VCT), family therapy dan pendidikan kesehatan keluarga," ujar Nova.
"Program menulis bagi residen ini merupakan sarana mengungkapkan perasaan, mengembangkan kreatifitas, mengisi waktu luang dan menghilangkan kejenuhan, juga merupakan bagian dari terapi untuk proses pemulihan dan mengurangi kekambuhan atau relapse," imbuh Nova.
Gubernur mengungkapkan, program menulis ini berprinsip bahwa semua orang dapat melakukannya tanpa harus berpendidikan tinggi, mempunyai keahlian menulis, memerlukan waktu khusus dan tidak memerlukan teknologi tinggi.
"Residen diberikan kebebasan untuk mengekspresikan potensi yang dimilikinya dengan menulis tentang perasaan yang dicurahkan terhadap orang yang mereka rindukan, pengalaman kelam ketika menyalahguna Napza, hingga direhabilitasi dan harapan setelah selesai rehabilitasi.
Nova menambahkan, residen diajarkan menulis dari satu baris menjadi satu paragraf, dari paragraf menjadi satu halaman yang akhirnya dirangkum menjadi sebuah buku berupa kisah-kisah inspiratif yang menggugah.
"Buku tersebut berjudul "Menyibak Tabir Korban Penyalahguna Napza," dan hingga saat ini belum ada informasi ataupun laporan adanya Instansi atau lembaga rehabilitasi Napza lainnya yang memiliki program menulis sampai menghasilkan sebuah buku seperti di Instalasi Rehabilitasi Napza Rumah Sakit Jiwa Aceh," ungkap Nova.
Gubernur menjelaskan, sebelum penerapan program inovasi ini dijalankan, umumnya residen masih kurang percaya diri dalam mengekspresikan perasaan, ide kreatif dan pengakuan aktualisasi dirinya. (sak)
Baca juga: Berawal dari Kain Sarung, Jembolang Gayo Inovasi Paya Tumpi Baru Semakin Diminati
Baca juga: Selamat! USK Masuk 10 Besar Perguruan Tinggi dengan Inovasi Terbaik Se-Indonesia