Mental Health, Kisah JA, Penyintas Mental Illness yang Ingin Akhiri Hidup, Urungkan Niat karena Ini
Cerita JA tentang mental health, wanita penyintas mental illness (gangguan kesehatan mental) yang ingin bunuh diri dan mengurungkan niatnya karena ini
Penulis: Sara Masroni | Editor: Mursal Ismail
Wanita asal Lhokseumawe ini bercerita melalui masa-masa sulitnya dalam menjaga kesehatan mental atau mental health.
SERAMBINEWS.COM - Cerita tentang penyintas mental illness atau gangguan kesehatan mental datang dari JA (23).
Wanita asal Lhokseumawe ini bercerita melalui masa-masa sulitnya dalam menjaga kesehatan mental atau mental health.
JA beberapa kali ingin memilih jalan singkat dengan bunuh diri, namun mengurungkan niatnya dan berbagi cerita mengenai cara menghadapi kondisi tersebut.
Berikut cerita JA, penyintas mental illness yang ingin bunuh diri, namun mengurungkan niatnya karena beberapa hal ini.
JA Bercerita Mental Health
Bukan waktu yang singkat, wanita asal Lhokseumawe itu melalui kondisi gangguan kesehatan mental (mental illness) sejak 13 tahun lalu.
Penyakit ini mulai dirasakan JA ketika masih duduk di bangku SD.
Ia mengalami penurunan kesehatan psikis sejak saat itu, namun karena belum mengetahui gejala awal mental illness maka dilalui saja.
Setelah merasa lebih baik dalam beberapa bulan, ia pun kembali bersekolah.
Namun tiba-tiba ia kembali ke fase yang ia sebut sebagai 'kegelapan', dimulai dengan berubahnya suasana hati yang sangat tidak wajar.
JA kerap mengalami halusinasi yang berat seperti mendengar suara yang sebenarnya tidak ada, merasa ada yang mengendalikan tubuhnya tanpa diperintah.
Kondisi ini membuatnya benar-benar kesulitan membedakan antara khayalan dan kenyataan.
Bahkan tak jarang JA mengalami pingsan jika mental illness yang diidapnya kambuh dan tak terkontrol.
Seiring berjalannya waktu, JA bercerita tidak pernah terbayangkan akan semenderita ini.
"Sering dikatai gila, mencari sensasi hingga disebut mencari perhatian publik agar dikasihani," kata JA bercerita kepada Serambinews.com, Minggu (3/7/2022).
"Pada akhirnya membuat saya menjadi takut untuk berhadapan dengan dunia," tambahnya.
Mengenai percobaan bunuh diri, JA pernah beberapa kali hampir melakukan hal bodoh itu.
Mulai dari sayatan hingga mencoba menggantungkan diri pernah dilakukannya karena JA merasa tidak mampu lagi mengatasi masalahnya.
Ia pernah terpikir tidak pantas untuk hidup.
"Banyak hal yang tidak bisa saya utarakan hingga memutuskan lebih baik mengakhiri hidup saya," ucapnya.
Baca juga: Tips Menjaga Kesehatan Mental dan Menghilangkan Stres
Cara JA Hadapi Gangguan Kesehatan Mental
Berbagai cara dilakukan JA untuk meredakan kondisi yang dialaminya, mulai dari terapi ke psikiater hingga minum obat yang diberikan oleh dokter.
"Akhirnya saya menemukan beberapa orang yang saya sebut rumah," ungkapnya bercerita.
Rumah dimaksud yakni orang-orang yang dipercaya JA dan tempat yang membuatnya merasa nyaman saat mengungkapkan keluh kesahnya, baik itu psikiater maupun orang terdekat.
"Bukan saya tidak percaya Tuhan, namun Tuhan telah memberi jalan terbaik melalui orang-orang tersebut dan membuat saya merasa tidak kesepian," tambahnya.
Ini pula yang membuat JA mulai mencoba berdamai tanpa harus mengakhiri hidup dengan cara-cara singkat semisal bunuh diri.
Baca juga: Miris, Pencarian Cara Bunuh Diri Ramai, Berikut Tips Cegah Perbuatan Dilarang Keras dalam Islam Ini
Dalam menjaga kesehatan mental, ia mengaku selama ini melakukannya dengan cara-cara yang sifatnya lebih kepada mencoba untuk memahami dan mencintai diri sendiri.
"Mencintai diri sendiri melebihi orang-orang mencintai kita, contohnya seperti tidak membandingkan sendiri dengan orang lain dan sebagainya," ungkap JA.
Selain itu, ia juga mengisi aktivitas dengan hal-hal yang bersifat positif seperti menulis jurnal, meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah hingga melakukan meditasi di malam hari.
"Termasuk juga jalan-jalan sambil melihat langit dan laut, karena itu semua bisa meredakan," ucapnya lagi.
Baca juga: Aksi Pengemudi Transjakarta Selamatkan Wanita Hendak Bunuh Diri di Flyover Tuai Penghargaan
Ia berpesan, kepada siapa pun yang mengalami gangguan kesehatan mental, percayalah bahwa Anda tidak sendirian.
Jika memilih menyerah karena mengira diri tidak mampu, maka setiap penderita akan selalu menyalahkan dirinya sendiri.
Semakin banyak masalah yang dihadapi, kata JA niscaya membuat setiap orang semakin mengerti akan kehidupan.
"Buat siapa pun kamu. Terima kasih sudah berusaha bertahan dan hidup di dunia ini," ungkapnya.
"Kamu tidak sendiri di sini, ada aku dan mereka yang sangat menyayangimu di mana pun kamu berada," tambahnya.
Baca juga: Pernah Ingin Bunuh Diri, Manny Pacquiao Akhirnya Buka Suara Mengenai Karier Tinjunya ke Depan
Menurut JA, siapa pun berhak bahagia terlepas dari para penderita gangguan kesehatan mental ini menjalani hari-harinya dengan lebih berat.
"Aku tahu mungkin harimu jauh terasa berat dari biasanya karena harus berperang dengan pikiran sendiri. Iya, sama denganku, aku juga merasakan hal tersebut," ungkap JA.
"Kamu berhak mengekspresikan segala hal yang kamu rasakan, maka dari itu please still alive and i'm proud of you," pungkasnya.
Demikian cerita JA tentang mental health, wanita penyintas mental illness atau gangguan kesehatan mental yang ingin bunuh diri dan mengurungkan niatnya karena hidup terlalu berharga tanpa harus memilih mengakhirinya secara sia-sia. (Serambinews.com/Sara Masroni)
Catatan redaksi:
Depresi bukanlah soal yang sepele. Jika kalian mempunyai tendensi untuk bunuh diri atau butuh teman curhat, kalian dapat menghubungi kontak di bawah ini:
LSM Jangan Bunuh Diri (021 9696 9293)
Kesehatan jiwa merupakan hal yang sama pentingnya dengan kesehatan tubuh. Jika semakin parah, disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.
LSM Jangan Bunuh Diri adalah Lembaga swadaya masyarakat yang didirikan sebagai bentuk kepedulian terhadap kesehatan jiwa.
Tujuan dibentuknya komunitas ini adalah untuk mengubah perspektif masyarakat terhadap mental illness dan meluruskan mitos serta agar masyarakat paham bahwa bunuh diri sangat terkait dengan gangguan atau penyakit jiwa.
Kalian dapat menghubungi komunitas ini melalui nomor telepon (021 0696 9293) atau melalui email janganbunuhdiri@yahoo.com.