Luar Negeri

Sri Lanka Bangkrut, Pengunjuk Rasa Kuasai Istana Presiden dan Temukan Banyak Uang

Para pengunjuk rasa yang menyerbu Istana Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa pada Sabtu (9/7/2022) mengeklaim menemukan uang dalam jumlah yang besar

Editor: Faisal Zamzami
AFP/ARUN SANKAR
Penduduk Sri Lanka berkerumun di dalam istana kepresidenan Sri Lanka, di Colombo pada Minggu (10/7/2022), sehari setelah diserbu oleh pengunjuk rasa anti-pemerintah. Istana kepresidenan era kolonial Sri Lanka telah mewujudkan otoritas negara selama lebih dari 200 tahun, tetapi pada 10 Juli itu adalah simbol baru pulau kekuatan rakyat setelah penghuninya melarikan diri. 

Kekacauan politik dapat mempersulit upaya untuk menarik Sri Lanka keluar dari krisis ekonomi terburuknya dalam tujuh dekade.

Sri Lanka menghadapi krisis ekonomi terparah yang dipicu oleh habisnya devisa, membuat impor kebutuhan pokok seperti bahan bakar, makanan, dan obat-obatan terhenti.

Krisis keuangan mulai berkembang saat pandemi Covid-19, menghantam Sri Lanka yang bergantung pada pariwisata dan memangkas pengiriman uang dari pekerja di luar negeri.

Kondisi tersebut telah diperparah oleh utang pemerintah yang besar dan terus bertambah, kenaikan harga minyak, dan larangan mengimpor pupuk kimia yang menghancurkan pertanian.

Bahan bakar minyak (BBM) sangat dijatah di sana dan antrean panjang mengular di depan toko-toko yang menjual gas untuk memasak.

Pemerintah telah meminta masyarakat untuk bekerja dari rumah dan menutup sekolah dalam upaya menghemat bahan bakar.

Inflasi di negara berpenduduk 22 juta itu mencapai 54,6 persen bulan lalu, dan bank sentral telah memperingatkan bahwa inflasi bisa naik menjadi 70 persen dalam beberapa bulan mendatang.

 
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, pemerintah mana pun yang berkuasa harus bekerja cepat.

“Untuk mencoba mengidentifikasi dan menerapkan solusi yang akan mengembalikan prospek stabilitas ekonomi jangka panjang, mengatasi ketidakpuasan rakyat Sri Lanka, yang begitu kuat dan gamblang,” ujar Blinken.

"Kami akan mendesak parlemen Sri Lanka untuk melakukan pendekatan ini dengan komitmen untuk kemajuan negara, bukan salah satu partai politik," sambung Blinken dalam konferensi pers di Bangkok.

India, tetangga Sri Lanka yang telah memberikan dukungan sekitar 3,8 miliar dollar AS selama krisis, mengatakan sedang mengamati peristiwa dengan cermat.

Dana Moneter Internasional (IMF), yang telah melakukan pembicaraan dengan pemerintah untuk kemungkinan bailout senilai 3 miliar dollar AS, juga tengah memantau peristiwa dengan cermat.

“Kami berharap resolusi situasi saat ini yang akan memungkinkan dimulainya kembali dialog kami tentang program yang didukung IMF,” kata IMF dalam sebuah pernyataan.

 

Baca juga: Selama Melatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong Belum Mampu Kalahkan Vietnam dan Thailand

Baca juga: Timnas U19 Indonesia Tersingkir dari Piala AFF, Shin Tae-yong Tuding Vietnam dan Thailand Main Mata

Baca juga: Amalan Sunnah yang Dianjurkan Dilakukan di Hari Raya Idul Adha, Apa Saja?

Kompas.com: Negara Bangkrut, Pengunjuk Rasa Temukan Banyak Uang di Istana Presiden Sri Lanka

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved