Fakta Baru Penembakan Brigadir J, Ketua RT Sebut Polisi Ganti Dekoder CCTV Komples Tanpa Izin

Terungkap fakta yang ditemukan di mana seusai kejadian penembakan, CCTV kompleks yang berpusat di pos satpam sempat disabotase polisi.

Editor: Amirullah
Kloase Tribunnews.com
Rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo lokasi baku tembak ajudan yang menewaskan Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J dan Irjen Pol (Purn) Seno Sukarto, Ketua RT 05 RW 01 di Komplek Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan 

Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto

SERAMBINEWS.COM  - Fakta baru kasus baku tembak yang menewaskan ajudannya Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat.

Kasus baku tembak tersebut diketahui terjadi di kediaman Kepala Divisi Propam (Kadiv Propam) Irjen Ferdy Sambo.

Pihak keluaraga merasa ada banyak kejanggalan dari kasus meninggal anaknya.

Dari handphone keluarga inti disadap hingga rumahnya dikepung polisi.

Terbaru, terungkap fakta yang ditemukan di mana seusai kejadian penembakan yang terjadi pada Jumat (8/7/2022), CCTV kompleks yang berpusat di pos satpam sempat disabotase polisi.

Dikutip dari Tribun Jakarta, dekoder CCTV itu justru diganti oleh polisi tanpa izin dari pengurus lingkungan.

Hal ini diungkapkan oleh Ketua RT 5 RW 1, Seno Sukarto.

Dirinya mengatakan, penggantian decoder CCTV itu diketahuinya setelah bertanya kepada satpam yang bertugas di hari kejadian baku tembak itu.

Baca juga: Merasa Sedih, Putuskan Bercerai dengan Dewi Perssik, Angga Wijaya Mengaku Kehilangan Arah

Baca juga: Brigadir J Tewas Tertembak Rekan Kerja, Menurut SOP Bharada E Tak Boleh Bawa Senjata Api

Seno menjelaskan, decoder CCTV yang diganti berada di sekitar rumah dinas Ferdy Sambo pada Sabtu (9/7/2022).

"Maksudnya itu bukan CCTV di rumah Pak Sambo tapi CCTV alatnya (decoder) yang di pos. Hari Sabtu digantinya," ujarnya Rabu (13/7/2022).

Adapun, kata Seno, decoder CCTV itu diganti oleh polisi berseragam dan tidak berseragam.

"Iya dari mereka (polisi mengganti decoder), ada yang pakai seragam," tuturnya.

Kendati begitu, Seno menegaskan decoder CCTV di sekitar rumah dinas Ferdy Sambo tidak mengalami kerusakan baik sebelum atau saat terjadi baku tembak.

"Kalau (CCTV) yang di luar masih aktif. Yang di dalam saya enggak tahu, yang punya rumah. Kecuali CCTV yang punya rumah mati, kita yang perbaiki," kata Seno.

Di sisi lain akibat decoder CCTV kompleks yang diganti, maka Seno sebagai ketua RT tidak dapat memutar ulang rekaman beberapa jam setelah kejadian.

Hal ini mengakibatkan dirinya sekaligus tidak mengetahui apakah jasad Brigadir Yosua diangkut memakai mobil ambulans atau mobil pribadi.

Diwartakan Tribunnews, akibat peristiwa penggantian decoder CCTV ini, Seno geram lantaran tidak adanya laporan yang sampai kepadanya terkait insiden baku tembak itu.

"Sampai sekarang saya ketemu aja nggak, terus terang saya juga ya kesal. Saya ini dianggap apa sih, maaf saja saya ini Jenderal loh, meskipun RT," ujar Seno.

Kemudian, Seno pun juga mengaku tersinggung atas perlakuan aparat kepolisian yang tidak memandangnya sebagai ketua RT.

Seno juga mengungkapkan, pihak kepolisian kerap memerintah petugas keamanan di kompleksnya tanpa melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan pengurus RT termasuk dirinya.

Baca juga: Sosok Putri Candrawathi, Istri Ferdy Sambo yang Diduga Dilecehkan Brigadir J, Ini Foto-fotonya

Baru Tahu Insiden Baku Tembak dari YouTube

Seno menegaskan insiden baku tembak ini baru diketahuinya justru ketika dirinya menontonnya di YouTube.

Sehingga tidak adanya laporan insiden ini begitu disesalkan oleh Seno.

"Sebetulnya terus terang saya justru membaca YouTube itu. Itu saya baru tahu loh, itu ada kaitannya dengan itu. Meskipun sebetulnya saya sudah agak ragu-ragu ada apa sih ini sebetulnya," tegasnya.

"Itulah yang saya sesalkan kenapa enggak dilapori soal kejadian itu," imbuh Seno.

Rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo lokasi baku tembak ajudan yang menewaskan Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J dan Irjen Pol (Purn) Seno Sukarto, Ketua RT 05 RW 01 di Komplek Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan
Rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo lokasi baku tembak ajudan yang menewaskan Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J dan Irjen Pol (Purn) Seno Sukarto, Ketua RT 05 RW 01 di Komplek Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan (Kloase Tribunnews.com)

Sementara terkait peristiwa baku tembak itu, Seno mengatakan petugas keamanan kompleks yang sedang bertugas memang sempat mendengar bunyi letusan.

Hanya saja suara tersebut disangka berasal dari petasan lantaran saat itu menjelang adanya Hari Raya Idul Adha.

"Di sini ini biasanya menjelang Idul Adha atau tahun baru itu biasanya membunyikan kembang api. Jadi semuanya pada saat itu menyadari bahwa mereka itu menganggap petasan, bukan tembakan."

"Sehingga tidak ada tindak lanjut setelah mendengar itu tidak ada tindak lanjut, biasa-biasa saja," ujar Seno.

Diwartakan Tribunnews sebelumnya, peristiwa baku tembak terjadi di kediaman Kadiv Propam Ferdy Sambo di Duren Tigas, Jakarta Selawata dan menewaskan ajudannya, Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat.

Menurut keterangan dari Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan, insiden diduga berawal ketika Brigadir Yosua ditembak oleh Bharada E karena diduga melakukan pelecehan seksual kepada istri Ferdy Sambo diikuti dengan penodongan pistol.

"Yang jelas gininya, itu benar melakukan pelecehan dan menodongkan senjata dengan pistol ke kepala istri Kadiv Propam itu benar," ujarnya Senin (11/7/2022).

Brigadir J yang tewas tertembak di rumah Irjen Ferdy Sambo berencana menikah 7 bulan lagi
Brigadir J yang tewas tertembak di rumah Irjen Ferdy Sambo berencana menikah 7 bulan lagi (Tribun Jambi)

Setelah itu, kata Ramadha, akibat diduga dilecehkan oleh Brigadir Yosua, kemudian istri Ferdy Sambo pun berteriak.

Teriakan tersebut pun membuat Brigadir Yosua panik dan sekaligus didengar.

Lantas, Brigadir Yosua pun justru melepaskan tembakan ke Bharada E.

"Pertanyaan Bharada E direspon oleh Brigjen J dengan melepaskan tembakan pertama kali ke arah Bharada E," kata Ramadhan.

Singkat cerita, insiden penembakan itu membuat adanya total 12 tembakan yang dilesatkan oleh keduanya.

Adapun tujuh kali tembakan dilakukan oleh Brigadir Yosua sedangkan Bharada E melesatkan lima tembakan.

Namun, seluruh tembakan Brigadir Yosua tidak ada yang mengenai Bharada E.

Hanya saja, semua tembakan Bharada E mengenai tubuh Brigadir Yosua.

Bahkan akibat lima tembakan yang dilesatkan, terdapat tujuh luka yang berada di tubuh Brigadir Yosua.

"Walaupun lima tembakan ada satu tembakan yang mengenai tangan kemudian tembus ke badan, jadi kalau dibilang ada tujuh lubang tapi lima tembakan itu ada satu tembakan yang mengenai dua bagian tubuh termasuk luka sayatan itu," jelasnya.

Ramadhan berujar, tidak terkenanya seluruh tembakan Brigadir Yosua lantaran Bharada E berposisi di lantai dua rumah Ferdy Sambo yang memiliki tinggi 10 hingga 12 meter.

"Tidak ada (terkena tembakan), kan posisi dia lebih tinggi dan dia posisinya dalam keadaan yang terlindung," pungkas Ramadhan.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Abdi Ryanda Shakti)(Tribun Jakarta/Annas Furqon Hakim)

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Soal Kasus Polisi Tembak Polisi, Ketua RT: CCTV Diganti Aparat hingga Tahu Kejadian dari YouTube

Baca juga: VIDEO Brigadir J Pernah Bercerita ke Keluarga Soal Suasana Kerjanya di Rumah Irjenpol Ferdy Sambo

Baca juga: Brigadir J Tewas Tertembak, Rumah Orangtuanya Malah Dikepung Ratusan Polisi, Masuk Tanpa Izin

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved