Internasional

Pasukan Penjaga Perdamaian Asing di Filipina Selatan Akhiri Tugas, Perdamaian Hampir Tercapai

Pasukan Penjaga Perdamaian asing telah mengakhiri tugas di wilayah Filipina Selatan.

Editor: M Nur Pakar
SERAMBINEWS.COM/Hand over
Peneliti Centre of Terrorism and Radicalism Studies (CTRS), Ulta Levenia, Ulta Levenia (baju putih jilbab hitam) bersama tentara Moro Islamic Liberation Front (MILF) di Main Camp MILF, Darapanan, Mindanao, Filipina Selatan pada 24 Maret 2018. 

Pada Maret 2022, panel perdamaian pemerintah Filipina mengatakan kepada kepala pasukan penjaga perdamaian asing, Mayor Jenderal Datuk Hamdan Ismail dari Malaysia.

Dimana, mereka tidak lagi bermaksud untuk memperpanjang mandat IMT, seperti dilansir The Associated Press (AP), Jumat (15/7/2022).

Hampir tidak ada pertempuran kecil antara pasukan pemerintah dan pemberontak Front Pembebasan Islam Moro dalam beberapa tahun terakhir ini.

Sehingga, peran dan tanggung jawab IMT berkurang secara substansial,” kata panel pemerintah kepada Hamdan dalam sebuah surat yang salinannya dilihat oleh AP.

Di masa lalu, bentrokan mematikan menimbulkan kerusakan parah di seluruh kota di selatan dan membuat puluhan ribu orang mengungsi.

Baca juga: Departemen Keamanan Malaysia Bantah Pertemuan 19 Walikota Filipina Selatan untuk Invansi Sabah

Departemen Luar Negeri di Manila memberi tahu negara-negara yang terlibat dalam pasukan penjaga perdamaian pada Mei 2022 tentang keputusan pemerintah.

Dimana, tidak lagi memperbarui mandat IMT setelah 30 Juni 2022 mengingat pencapaian signifikan dalam proses perdamaian.

Ini mengutip penegakan perjanjian damai, termasuk pembentukan daerah otonom Muslim baru, yang sekarang dikelola oleh mantan komandan pemberontak Muslim di bawah masa transisi.

Para pejabat Filipina berterima kasih kepada Malaysia, Brunei, Uni Eropa dan negara-negara mantan anggota IMT atas bantuan memulihkan perdamaian dan mendorong pembangunan di selatan.

Tumah bagi minoritas Muslim negara itu di negara yang sebagian besar beragama Katolik Roma.

Pemberontak, bagaimanapun, keberatan dengan keputusan panel pemerintah.

Mereka mengatakan berdasarkan perjanjian yang ditandatangani, pasukan IMT harus tetap menjaga perjanjian gencatan senjata di Filipina selatan sampai penonaktifan penuh.

Sebuah eufemisme untuk melucuti senjata dan kembali ke kehidupan normal dari semua 40.000 pejuang Front Pembebasan Islam Moro, kata kedua pejabat itu.

Lebih dari 12.000 pemberontak Muslim telah dinonaktifkan dan meletakkan sekitar 2.000 senjata api dan senjata lainnya.

Sebuah kelompok baru yang terdiri dari 14.000 pemberontak sedang menjalani proses ketika masa jabatan Duterte berakhir pada 30 Juni dan Marcos Jr. menjabat.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved