Berita Aceh Tengah
Anan Maimunah Jelaskan Tata Busana Gayo Masa Lalu yang Sudah Dilupakan di Masa Kini
Anan Maimunah, (80-an tahun) menjelaskan banyak hal tentang tata cara busana orang Gayo masa lalu, yang sekarang sudah banyak ditinggalkan
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Fikar W.Eda | Jakarta
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Anan Maimunah, (80-an tahun) menjelaskan banyak hal tentang tata cara busana orang Gayo masa lalu, yang sekarang sudah banyak ditinggalkan.
Penjelasan itu disampaikan dalam Bincang Busana Pusat Kajian Kebudayaan Gayo melalui virtual, Minggu (17/7/2022) malam.
Ia menyarankan agar tata cara busana Gayo itu dihidupkan kembali sebagai bagian dari warisan kebudayan Gayo kepada generasi muda.
Salah satu yang dijelaskan Anan Maimunah adalah model dan bentuk kalung, bahan dan penggunaannya.
Dalam masyarakat Gayo, katanya, ada yang dikenal dengan sebutan “tangang ringit, tangang rante, tangang biramsantani” dan sebagainya.
Baca juga: Seniman Muda Gayo Ini Ciptakan Alat Musik Ulu Wih, Terbuat dari Bambu, Munculkan Suara Gemercik Air
“Tangang” dalam bahasa Gayo artinnya kalung. Ada yang terbuat dari perak, suasa dan lain-lain.
Anan Maimunah menyampaikan selain “tangang” dalam busana perempuan juga ada yang disebut “ketawak” terbuat dari kain yang dililitkan di pinggang, sekaligus berfungsi sebagai “ikat pinggang.”
Selanjutnya juga dijelaskan mengenai kain Gayo yang disebut “upuh ulen-ulen, upuh jerak, upuh kio.”
“Upuh ulen ulen” digunakan untuk “menyatukan” pengantin setelah akad nikah.
“Pengantin itu diselimuti dengan upuh ulen-ulen yang bersulam motif kerawang,” kata Anan Maimunah.
Sementara “upuh jerak” adalah kain yang berwarna dasar merah, dan “upuh kio” kain berwarna dasar “biru” yang dalam bahasa Gayo disebut “ijo.”
Baca juga: Selama Tiga Hari Masyarakat Gayo Jakarta Kenakan Pakaian Kerawang Gayo, Ini Alasannya
Menurut Anan Maimunah, baik “upuh ulen-ulen, upuh jerak,” maupun “upuh kio” dulu sering dijadikan sebagai bahan permintaan pengantin perempuan kepada pengantin pria, selain mahar dan alat perlengkapan rumah tangga lainnya.
Anan Maimunah yang mengaku tidak terlalu fasih berbahasa Indonesia, menjelaskan pengetahuan tentang busana Gayo dalam bahasa Gayo yang diterjemahkan oleh pegiat budaya Kamaruddin.
Untuk aksesoris pria, Anan Maimunah menyampaikan tentang bentuk topi, ikat kepala, dan tempat penyimpanan barang berharga seperti emas, uang dan lain-lain yang dikenal dengan “puro.”