Breaking News

Budaya

"Kekeberen," Cara Orang Tua Gayo Berkisah Sebelum Tidurkan Anak

Penjelasan tentang "kekeberen" ini disampaikan Dr. Asdiana, M.A., dalam bincang sastra lisan Gayo diselenggarakan Pusat Kajian Kebudayaan Gayo secara

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS.COM
Penjelasan tentang "kekeberen" ini disampaikan Dr. Asdiana, M.A., dalam bincang sastra lisan Gayo diselenggarakan Pusat Kajian Kebudayaan Gayo secara virtual, Jumat (22/7/2022) malam. 

Laporan Fikar W Eda I Jakarta

SERAMBINEWS COM, JAKARTA - Dalam khasanah sastra lisan Gayo, ada yang dikenal dengan istilah "kekeberen." Juga ada saer, didong, dan itik-itiken, ure-ure dan ragam sastra lisan Gayo lainnya.

"Kekeberen" berasal dari kata "keber" berarti kisah atau berita yang disampaikan orang tua kepada anaknya. Seorang "awan" atau "anan" kakek atau nenek, berkekeberen kepada cucunya dan ibi (saudara perempuan bapak) kepada untilnya (keponakan).

Biasanya, dilakukan sebelum tidur. Jadi "kekeberen" adalah cerita lisan yang disampaikan kepada anak-anak oleh orang tua, menjelang tidur.

Gelar Budaya Gayo Jakarta: Teruna Jaya Toweren Unggul Empat Angka dari Kemara Bujang Kung

Penjelasan tentang "kekeberen" ini disampaikan Dr. Asdiana, M.A., dalam bincang sastra lisan Gayo diselenggarakan Pusat Kajian Kebudayaan Gayo secara virtual, Jumat (22/7/2022) malam.

Perbincangan dipandu Ketua Pusat Kajian Kebudayaan Gayo, Yusradi Usman al-Gayoni. Dr. Asdiana, Akademisi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Takengon.

Dr. Asdiana, meneliti kekeberen Atu Belah, Putri Pukes, dan Putri Ijo untuk disertasinya dan sudah dibukukan dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Kekeberen” yang diterbitkan Mahara Publishing tahun 2022.

Pada tahun 2000-an, ungkap Dr. Asdiana, M.A., kekeberen masih eksis di Tanoh Gayo. “Yang disampaikan, biasanya nasihat. Perumpamaan-perumpamaan dikemas melalui kekeberen. Di daerah lain, kekeberen dikenal dengan istilah dogeng. Belakangan, kekeberen di Gayo sudah dikalahkan dengan televisi. Saya sendiri yang lahir 1982, masih mengalami adanya kekeberen dari orang tua,” aku Dr. Asdiana.

Satu kekeberen berisi banyak hal. Ada nilai pendidikan, seni, budaya. Pendidikan pun, ada pendidikan anak, pendidikan karakter. Tergantung, dari sisi mana kekeberen dilihat.

VIDEO Perempuan Gayo Berkelubung Warnai Gedung Perpustakaan Nasional Jakarta

“Penyebaran 'kekeberen', secara lisan. Kemudian, disampaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Istilahnya 'ara ilang, ara ijo, ara jemen, ara besilo,” jelas Dr. Asdiana, M.A., terkait ciri-ciri kekeberen.

Romansa, ungkapnya, terdapat dalam kekeberen Putri Pukes.

“Karakter bapak, ibu, dan anak tergambar dalam Atu Belah. Bagaimana seharunya menjaga amanah, mujege keben. Seorang ibu tidak tega melihat anaknya, lalu berkorban. Karakter ayah, tidak mengklarifikasi terlebih dahulu, langsung tidak bertindak terhadap istrinya,” sebutnya prihal karakter yang terdapat dalam kekeberen Atu Belah.

Bincang Kekeberen Pusat Kajian Kebudayaan Gayo berlangsung selama 1.5 jam, diikuti berbagai peserta dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari mahasiswa, dosen, guru, penulis, peneliti, widyaiswara, birokrat, tokoh masyarakat, sampai pemerhati sejarah. Bincang ke-23 Pusat Kajian Kebudayaan Gayo itu dibantu pembawa acara (MC) Farhan Rezeki, alumnus SMA IT Fajar Hidayah Aceh.(*)

Sahrul Gunawan Dekati Ayu Ting Ting Disindir Raffi Ahmad: Penyanyi Dangdut atau Pemain Sinetron?

Sekda Aceh Tengah Subhandhy Buka Sosialisasi Fatwa MPU Aceh

VIDEO Viral Sering Dikira Model Wanita Cantik Ini Ternyata Seorang Cleaning Service

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved