Budaya Gayo

Gelar Budaya Gayo Jakarta: Teruna Jaya Toweren Unggul Empat Angka dari Kemara Bujang Kung

Ketua Musara Gayo Jakarta, Ahyar Gayo  dan Ketua Panitia Aris Nosar menyampaikan penghargaan kepada kedua grup didong yang sudah hadir di Jakarta

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS.COM
Dari kiri, Aris Nosar, Armizan, Kabri Wali, dan Ahyar Gayo. 

Laporan Fikar W Eda l Jakarta

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Klop atau grup didong Gayo Teruna Jaya unggul empat angka dari lawannya Kemara Bujang dalam pertunjukan Didong Jalu di Gedung Perpustakaan Nasional Jakarta, Sabtu (23/7/2022) malam.

Dewan juri terdiri dari Zul Syeh Kilang, Jamaluddin Meri, dan Tgk Ilyas kemudian menetapkan Klop Teruna Bujang dari Kampung Toweren sebagai pemenang. Sedangkan Kemara Bujang dari Kampung Kung,  juara 2.

Pertunjukan Didong Jalu diselenggarakan Musara Gayo Jakarta bekerjasama dengan Pemkab Aceh Tengah dan Perpustakaan Nasional. Dimaksudkan sebagai bagian dari usaha pelestarian kesenian didong.

Didong Jalu akan Meriahkan Pentas Budaya Gayo, Kesenian Gayo Ini Sudah Tampil di Jakarta Sejak 1961

Rangakaian kegiatan lain dari gelar budaya Gayo itu adalah bazar kuliner dan pameran kerajinan Gayo, dialog menata masa depan Gayo dan pentas  "Doani Kupi" bersama Sanggar Sastra Balai Pustaka, Sanggar Matahari, Sanggar Pegayon, dan seder penyair Indonesia, yakni Kurnia Effendi, Rinti Intama, Devie Matahari, Ireng Halimun, Ira Yusup, Fikar W.Eda, Moktavianus Masheka dan lain-lain. Seluruh kegiatan dipusatkan di Gedung Perpustakaan Nasional.

Kakankemenag Galus Disambut Tarian Didong Nalo dan Peusijuek di Gayo Lues

Grup Teruna Jaya dimotori  Ceh Kabri Wali, Ruhdan, Miko, Rizki, Johansyah. Sedangkan Kemara Bujang dimotori Ceh Armizan, Hamka Kung, Suhada, Armansyah dan As Syura.  

Didong Jalu adalah bentuk kesenian tradisional Gayo yang mempertemukan dua grup didong dalam satu panggung pertunjukan. Kedua grup saling sindir dengan puisi atau "tep onem" yang harus dijawab secara spontan saat itu juga. Kemahiran menjawab puisi  itu  menjadi salah satu keunggulan dalam Didong Jalu, selain orisinalitas lagu dan keindahan  "tepok"  serta tidak menggunakan bahasa Bahasa Indonesia.

Selain puisi "tep onem" kedua grup juga melantun didong tentang filsafat kehidupan, kisah tragedi, perjalanan dan sebagainya. 

Teruna Jaya dan Kemara  Bujang "berjalu didong" sampai pukul 23.00 WIB, dimulai sejak pukul 20.00 WIB. Biasanya "Didong Jalu" berlangsung sampai pagi, namun karena ada pembatasan kegiatan masyarakat, pertunjukan hanya dilakukan sampai 23.00 WIB.

Ketua Musara Gayo Jakarta, Ahyar Gayo  dan Ketua Panitia Aris Nosar menyampaikan penghargaan kepada kedua grup didong yang sudah hadir di Jakarta. 

Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar mengatakan bahwa di Aceh Tengah terdapat 144 ceh atau penyair didong, yang keberadaannya harus tetap dipertahankan. "Para ceh didong inilah merawat bahasa Gayo sehingga tetap ada. Kalau bahasa Gayo terawat baik maka suku bangsa Gayo juga akan tetap eksis," kata Shabela pada saat penutupan.

Ia berjanji akan terus melestarikan didong. "Kalau saya diberi dua kali hidup di dunia, maka saya juga akan tetap menjaga didong," kata Bupati Shabela.(*)

VIDEO Pj Bupati Aceh Besar Buka Turnamen Sepak Bola HUT PSKB Ke-XI

Prajurit TNI bersama Komponen Warga Gotong Royong Susun Nisan Kuno Diduga Sempat Terhempas Tsunami

Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Bireuen Rakor dengan Kepala SMA/SMK/SLB, Polisi Saweu Sikula Dimulai

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved