Putin Batasi Ekspor Gas, Negara Uni Eropa Mulai Teriak Kebijakan Pengurangan Gas Dihitung Ulang

Krisis gas yang dirasakan negara-negara Uni Eropa kian parah dengan adanya pemberlakuan pembatasan konsumsi.

Editor: Amirullah
Supplied
Jaringan pipa gas Gazprom Rusia menuju Uni Eropa. 

Penulis: Firmauli Sihaloho

SERAMBINEWS.COM - Konflik Rusia vs Ukraina masih berlangsung.

Berbagai sanksi dijatuhkan dunia barat untuk Rusia untuk menenkan tindakan negera yang dipimpin Vladimir Putin tersebut.

Namun, Rusia membalas sanksi barat dengan membatasi pasokan energi ke Eropa.

Kini, Eropa merasakan dampak dari pembatasan tersebut.

Krisis gas yang dirasakan negara-negara Uni Eropa kian parah dengan adanya pemberlakuan pembatasan konsumsi.

Diberitakan Rusia Today, kini negara-negara Uni Eropa mencari pengecualian terhadap rencana Komisi Eropa untuk mengurangi konsumsi gas alam, tulis surat kabar Financial Times , mengutip rancangan dokumen.

Menurut publikasi itu, anggota Uni Eropa mendesak untuk memperhitungkan tingkat ketergantungan masing-masing negara pada gas Rusia, serta volume yang sudah dikirim ke penyimpanan.

Juga perlu untuk mengecualikan beberapa sektor yang dianggap penting untuk pasar serikat tunggal dari persyaratan yang ketat.

Baca juga: Pasukan Rusia Hancurkan 4 Roket HIMARS yang Dipasok Amerika Serikat ke Ukraina

Perlu dicatat bahwa pengecualian harus dibuat untuk mereka yang memiliki kemampuan untuk memasok bahan bakar gas.

"Negara-negara harus bebas memilih langkah-langkah yang tepat untuk mencapai pengurangan permintaan," FT mengutip dari dokumen tersebut.

Menurut rancangan tersebut, setidaknya lima negara harus meminta agar indikasi yang diusulkan oleh Uni Eropa menjadi wajib, namun, sebagian besar negara harus menyetujui persyaratan ini.

Pada hari Rabu, Komisi Eropa mengusulkan rencana baru untuk mengurangi permintaan gas. Pada tahap pertama, melibatkan pengenalan target sukarela untuk semua anggota UE untuk mengurangi permintaan gas sebesar 15 persen dari 1 Agustus 2022 hingga 31 Maret 2023. Ini setara dengan 45 miliar meter kubik bahan bakar.

Setelah dimulainya operasi khusus Rusia untuk demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina, Barat meningkatkan tekanan sanksi terhadap Moskow. Banyak negara telah mengumumkan pembekuan aset Rusia, seruan semakin keras untuk meninggalkan energi dari Rusia.

Semua ini telah berubah menjadi masalah bagi Amerika Serikat dan Eropa telah menyebabkan peningkatan harga pangan dan bahan bakar.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved