Internasional
Seratusan Anggota Parlemen Prancis Kecam Kebijakan Perang Erdogan ke Kurdi
Seratusan anggota parlemen Prancis dari sayap kiri mengecam kebijakan perang Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melawan Kurdi di Suriah Utara.
SERAMBINEWS.COM, PARIS - Seratusan anggota parlemen Prancis dari sayap kiri mengecam kebijakan perang Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melawan Kurdi di Suriah Utara.
Saat ini, dunia masih terfokus pada Ukraina, ketika kejahatan perang Rusia berlipat ganda di sana.
Tetapi, Erdogan berencana meluncurkan serangan berdarah kesekian kalinya terhadap Kurdi di Suriah utara, kata anggota parlemen dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh JDD.
Presiden Turki memanfaatkan” status penting Turki, sebagai anggota NATO yang berhubungan baik dengan Moskow dan Kiev.
“Erdogan ingin mendapatkan cek kosong dari Aliansi Atlantik guna mengintensifkan serangannya di Suriah utara,” menurut senator Komunis, Laurence Cohen, seperti dilansir AFP, Senin (1/8/2022).
Baca juga: Erdogan Kembali Rencanakan Operasi Militer Baru di Suriah Utara, Kurdi Masih Jadi Ancaman Negara
“Negara-negara Barat tidak boleh lagi melihat ke arah lain,” katanya.
Mereka bergabung dengan beberapa dari Partai Republik sayap kanan dan partai yang berkuasa Presiden Emmanuel Macron.
Mereka meminta Barat untuk menjamin perlindungan aktivis dan asosiasi Kurdi yang hadir di tanah Eropa.
Para penandatangan mendesak Prancis merujuk masalah itu ke Dewan Keamanan (DK) PBB.
Khususnya, mendeklarasikan zona larangan terbang di Suriah utara dan menempatkan Kurdi Suriah di bawah perlindungan internasional.”
Mereka juga menyerukan Administrasi Otonomi Suriah Utara dan Timur untuk diberikan pengakuan internasional.
Baca juga: Turki Tegaskan Tidak Perlu Izin dari Siapapun, Operasi Militer Baru Tumpas Militan Kurdi di Suriah
Erdogan mengancam akan melancarkan serangan militer baru terhadap daerah-daerah yang dikuasai Kurdi di Suriah utara.
Dimana dia ingin membangun zona penyangga sedalam 30 km.
Turki telah meluncurkan serangkaian serangan di Suriah dalam enam tahun terakhir.
Terakhir pada 2019 ketika Turki melakukan serangan udara dan darat yang luas terhadap milisi Kurdi setelah mantan Presiden AS Donald Trump menarik pasukan Amerika.
Erdogan telah mendesak Rusia dan Iran untuk mendukung upayanya.
Dia mengatakan pada pertemuan puncak tiga arah pekan lalu.
“Kami akan melanjutkan perjuangan kami melawan organisasi teroris Kurdi," ujar Erdogan.(*)
Baca juga: Khamenei Tegur Keras Erdogan, Soal Kurdi Harus Diselesaikan Melalui Dialog