Kadis: Petani tak Diizinkan Tanam Padi Gadu, jangan Nekad Debit Air Bendungan Irigasi Mulai Turun

Petani yang menanam padi di areal yang tidak diizinkan pada musim tanam gadu ini, menurut Marzuki, resiko ancaman kekeringannya cukup besar. Pada saat padi di tanam, memang masih turun hujan.

Tapi setelah tanaman padi butuh air untuk peranakan dan buah padi, ungkap Marzuki, dua pekan kemudian, hujan sudah tidak turun lagi dan air irigasi sudah mulai menyusut, di situ masalahnya, daun padi mulai menguning, sehingga ancaman kekeringan akan tiba.

Said Arifin mengatakan, petani padi di lintasan jaringan saluran Bendung Tiro, yang berada pada ujung saluran utama, pada setiap musim tanam gadu, mereka gambling atau berspekulasi tanam padi.

“Maksudnya, kalau tanaman padinya bisa panen sampai bulan September dan Oktober mendatang, alhamdulillah. Tapi, bila dua pekan ke depan tidak turun hujan lagi, mereka juga sudah siap menerima ancaman resiko kekeringan dan fuso,” ujar Said Arifin.

Mengapa petani padi nekad tanam padi, di areal sawah yang tidak diizinkan pihak pengelola air irigasi, kata Said Arifin, terdorong oleh harga padi yang mahal pada saat panen padi gadu bisa mencapai di atas Rp 5.000/Kg.

Produktivitas lahan sawah irigasi tehnis di Tiro ini, sebut Said Arifin, sekitar 6 ton per hektar. Dikali dengan harga gabah Rp 5.000/Kg, pendapatan kotor petani dalam satu hektar bisa mencapai Rp 30 juta.

“Karena hasilnya besar dan masa tunggu panen hanya 100 hari, makanya petani padi yang sawahnya berada di lintasan ujung saluran jaringan Bendung Irigasi Tiro ini meliputi enam kecamatan, Tiro, Mutiara Timur, Kembang Tanjong, Gelumpang Tiga, Gelumpang Baro, Bandar Baro, setiap musim gadu, banyak yang berspekulasi atau gambling,” ujar Said Arifin.(*)

• NIK Jadi NPWP, Semua Transaksi Pajak Pakai NIK Mulai 1 Januari 2024

• NIK Jadi NPWP, Semua Transaksi Pajak Pakai NIK Mulai 1 Januari 2024

• Terungkap Pemilik Honda Beat Terparkir Sebulan di Terminal Langsa, Ternyata Anggota Kodim 0119/BM