Kupi Beungoh

Aceh dan Kepemimpinan Militer (IV) - Alaiddin Riayat Syah, Sang Penakluk dan Armadanya

Salahudin dimakzulkan, dan Alaiddin Riayatsyah mulai berperan sebagai raja Kerajaan Aceh Darussalam yang ketiga.

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Ahmad Humam Hamid, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh (Foto Maret 2022). 

Oleh: Ahmad Humam Hamid*)

NAMA ujungnya Al-Qahar yang berarti sang penakluk.

Nama itu tidak diberikan oleh ayahnya Sultan Ali Mughayatsyah.

Nama yang diberikan semenjak ia lahir hanya Alaiddin Riayatsyah.

Sejarah menulis hanya dua orang anak Ali Mughayatsyah, yaitu Alaidin Riayat Syah, dan abangnya, Salahudin Riayatsyah.

Ketika Ali Mughayatsyah meninggal pada tahun 1530, Alaidin tidak berada pada lapis pertama untuk menggantikan ayahnya, sebagai raja Kerajaan Aceh Darussalam.

Posisi itu di jatuh kepada abangnya, Sultan Salahudin yang sempat memerintah sekitar 7 tahun.

Dalam sejarah disebutkan, berbeda dengan ayahnya yang tegas dan pemberani, Salahudin adalah pemimpin yang lemah dan cenderung tidak berani.

Salahauddin Riayatsyah dalam catatan banyak penulis disebutkan sangat lemah dalam menyelesaikan proyek besar ayahnya, “pengusiran Portugis dari Malaka.”

Sebagian pengamat, terutama Jayadinigirat (1911) menyebutkan Salahudin tidak sempat menyerang Malaka, sedangkan yang lainnya, seperti Lombard (1967) menyebutkan Salahidin memang menyerang Malaka, namun Aceh dikalahkan Portugis.

Kelemahan dan ketidakmampuannya mengurus kerajaan yang baru berumur 15 tahun itu membuat para ulama gundah, dan memberi kesan buruk, baik kepada Portugis maupun para Saudagar.

Portugis sudah mulai menganggap Aceh lemah, sedangkan para saudagar ragu-ragu, ingin memindahkan pusat perdagangan kawasan secara total ke Banda Aceh, karena tidak suka dengan kehadiran Portugis di Melaka.

Yang pasti, Salahuddin dipandang oleh elite Kerajaan Aceh Darussalam tidak mampu melanjutkan komitmen ayahnya untuk menjadikan Aceh kuat, maju, dan terpandang.

Membiarkan Portugis di Melaka adalah ancaman untuk Aceh, baik untuk keberlanjutan gerbang besar pelabuhan kawasan, dan bahkan untuk Aceh secara keseluruhan.

Kondisi pemerintahan Salahudin dan perasaan batin lingkaran pembesar kerajaan akhirnya mendapat respons dari Alaidin dengan mengambil alih kekuasaan abangnya.

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved