Kupi Beungoh
Aceh dan Kepemimpinan Militer (IV) - Alaiddin Riayat Syah, Sang Penakluk dan Armadanya
Salahudin dimakzulkan, dan Alaiddin Riayatsyah mulai berperan sebagai raja Kerajaan Aceh Darussalam yang ketiga.
Bujukan itu gagal, dan kedua pasukan kerajaan kemudian berperang.
Karena serangan endemi- dalam catatan ditulis sebagai wabah-, yang tidak diketahui namanya, pasukan Aceh menjadi korban, dan cukup banyak menderita kematian.
Serangan penyakit itu membuat Aceh kehilangan tentaranya, dan Aceh kalah.
Kedua pihak membuat kesepakatan damai, dimana Aceh diwajibkan membayar ganti rugi kepada Kerajaan Batak.
Alaidin yang merasa tidak puas, tiga bulan kemudian memerintahkan penyerangan kembali ke Padang Lawas.
Serangan yang dilancarkan oleh 300 pasukan itu akhirnya mengalahkan Kerajaan Batak.
Padang Lawas mengakui kekalahannya, dan kini Aceh tidak hanya menguasai pesişir Sumatera bagian Utara, tetapi juga sudah merasuk ke pedalaman.
Keperkasaan Alaidin teruji lagi ketika Aru kembali memberontak melawan Aceh.
Pemberontakan itu hanya terjadi kurang dari setahun setelah Aru dikalahkan Aceh pada tahun 1539.
Kali ini Aru tidak sendiri.
Aru mengalang kerjasama dengan kerajaan-kerajaan lainnya di Sumatera seperti Bintan, Indragiri, dan Siak.
Lebih dari itu Aru juga berhasil mengajak sejumlah Kerajaan di Semenanjung Melayu, seperti Pahang, Perak, dan Johor.
Ketika perang kedua dengan Aru itu, Alaudin berperang tidak lagi hanya mengggunakan pasukan Kerajaan Aceh.
Ia menurunkan pasukan elite dari Turki, berikut dengan serdadu bayarannya dari Malabar dan Ethiopia.
Catatan sejarah Turki menyebutkan pasukan elite Turki dimpimpin oleh Hamid Khan. (Azra 2004)