Disdikbud Banda Aceh Apresiasi Upaya Asyraf Tata Kembali Makam Era Kesultanan Aceh Darussalam
Kecuali itu, Husni juga mengaku akan meneliti kembali makam era kesultanan Aceh itu sehingga berpeluang menjadi situs cagar budaya.
Oleh sebab itu, Asyraf Aceh berinisiasi untuk melakukan pembersihan dan penataan kembali makam-makam tersebut sejak 20 Juli 2022 sampai dengan 10 Agustus 2022.
Kompleks makam yang dibersihkan dan ditata kembali terletak di sisi barat makam Teungku Anjong dengan tipologi nisan abad ke-17 M dan Abad ke-18 M.
Diperkirakan terdapat puluhan nisan dalam kondisi yang sudah patah dan terbenam di dalam tanah serta sejumlah batu badan.
Tim Asyraf menemukan bahwa tokoh utama dalam kompleks tersebut adalah seorang bangsawan Aceh yang diperkirakan bergelar Maharaja Setia Muda (w.1096 H).
Kondisi makamnya sudah terbenam dalam tanah, banyak terdapat akar pohon yang sudah menjalar dan menembus batu badan makam.
Tokoh ini diperkirakan hidup pada zaman pemerintahan para sultanah dan meninggal seratus tahun lebih awal daripada tahun kembali ke rahmatullah Teungku Anjong (w.1196 H).
Berdasarkan data hasil pengukuran fisik makam Maharaja Setia Muda, panjang makam 2.98 m, lebar 60 cm, dan tinggi 52 cm.
Selain itu, kompleks makam ini juga terdapat diwai atau tembok makam yang panjangnya 21.5 m dengan lebar 14 m. Tetapi sayang, dalam kompleks makam tersebut terdapat juga makam-makam baru yang bukan berasal dari era kesultanan Aceh Darussalam.
Pada sisi sebelah selatan makam, dijumpai beberapa nisan tiplogi abad ke-16 M dalam kondisi rusak, namun beberapa nisan masih dalam kondisi baik.
Diantaranya adalah nisan Syarifah Nur binti Abdurrahman Al-Ahdal yang kembali ke rahmatullah pada abad ke-19 M.
Pada sisi sebelah utara ditemukan beberapa batu badan yang sudah tidak utuh.
Banyak juga ditemui makam-makam keluarga Arab Hadrami di sekitar kompleks Makam Teungku Anjong yang berhijrah ke Aceh pada akhir abad ke-19 M.
Kegiatan pembersihan dan penataan makam ini juga didukung oleh berbagai LSM seperti Mapesa, masyarakat setempat serta juga dari instansi pemerintah.
“Harapan kami, situs makam tersebut dapat ditetapkan sebagai salah satu situs cagar budaya oleh instansi terkait, sehingga nilai-nilai historis dari komplek makams tersebut dapat dijadikan hikmah dan pelajaran bagi generasi penerus yang akan datang,” kata Murthada.
Asyraf Aceh Darussalam merupakan lembaga pendataan dan pengkajian sejarah serta nasab keluarga Habaib Aceh.
Selain mendata dan mengkaji nasab, Asyraf juga memiliki beberapa program sosial diantaranya adalah membangun fasilitas MCK bagi keluarga Sayid dan Syarifah Aceh yang kurang mampu melalui Program Akrab, pembagian paket sembako di bulan Ramadhan bagi fakir miskin dan anak yatim di seluruh Aceh, dan program-program sosial lainnya.(*)