Sri Mulyani: Butuh Tambahan Rp 198 Triliun Jika Tak Naikkan Harga BBM Subsidi, dari Mana Dananya?

Sri Mulyani menjelaskan, saat ini alokasi untuk anggaran subsidi dan kompensasi energi pada 2022 dipatok sebesar Rp 502,4 triliun.

Editor: Faisal Zamzami
Dok. Sekretariat Presiden
Menkeu Sri Mulyani Indrawati memberikan keterangan pers usai mengikuti sidang kabinet yang membagas Rancangan APBN di Kantor Presiden, Senin (8/8/2022). Sri Mulyani jelaskan kondisi anggaran subsidi BBM. 

 
Begitu pula dengan Pertalite yang harga keekonomiannya mencapai Rp 14.450 per liter, tetapi harga jual di masyarakat hanya sebesar Rp 7.650 per liter.

 Selisih inilah yang pada akhirnya ditanggung oleh pemerintah melalui subsidi dan kompensasi.

"Perbedaan Rp 8.300 untuk Solar dan Rp 6.800 untuk Pertalite itu yang harus kami bayar ke Pertamina. Itulah yang disebut subsidi dan kompensasi," ucapnya.

Adapun terkait konsumsi BBM, berdasarkan prognosis konsumsi Pertalite hingga akhir tahun akan mencapai 28 juta kiloliter (KL), melampaui kuota yang ditetapkan tahun ini sebanyak 23,05 juta KL.

Sementara konsumsi Solar diperkirakan mencapai 17,2 juta KL hingga akhir tahun, padahal kuota yang ditetapkan untuk tahun ini hanya sebesar 14,91 juta KL.

"Jadi kalau ikuti tren (konsumsi) ini, bulan Oktober habis kuotanya (Solar), bahkan kalau diikuti akhir September ini habis kuota untuk Pertalite," pungkasnya.

Baca juga: Di Tengah Kenaikan Harga Minyak Dunia, Malaysia Umumkan Penurunan Harga BBM RON 97

Subsidi BBM dalam APBN 2022 Capai Rp502,4 Triliun Ternyata Setara 4 Hal Ini

 

Pemerintah akan kembali mengambil kebijakan penyesuaian subsidi BBM setelah mengetahui kuota Solar dan Pertalite subsidi akan habis pada Oktober 2022.

Walaupun, sebelumnya dalam Perpres 98/2022, pemerintah telah memperbarui perhitungan kompensasi subsidi BBM, elpiji tiga kilogram, dan listrik dalam APBN 2022 dari Rp152,5 triliun menjadi Rp502,4 triliun.

Menurut Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, langkah ini harus diambil karena jika dibiarkan dengan tren subsidi seperti ini maka belanja subsidi dan kompensasi BBM akan semakin besar.

“Perlu ditambah lagi 195,6 triliun sehingga menjadi Rp698 triliun sampai akhir tahun,” ujarnya, dalam jumpa pers yang juga dipantau KOMPAS.TV, Jumat (26/8/2022) petang.

Sri Mulyani memaparkan nominal Rp502,4 triliun subsidi energi ternyata setara dengan pembangunan di daerah tertinggal dan terluar.

Jika dianalogikan, Rp502,4 triliun bisa digunakan untuk membangun empat hal sebagai berikut:

1. Pembangunan 3.333 rumah sakit (asumsi biaya Rp150 miliar per rumah sakit)

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved