Perbankan
Isu Kembali ke Bank Konvensional Mencuat Usai Turis Sulit Tarik Uang, Akademisi: Gak Ada Gigi Atrek
Heboh video soal turis asing kesulitan menarik uang di Aceh karena ketidaktersediaan bank konvensional, akademisi sebut gak ada gigi 'atrek'
Penulis: Sara Masroni | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM - Baru-baru ini publik dihebohkan video soal turis asing kesulitan menarik uang di Aceh karena ketidaktersediaan bank konvensional.
Pembahasan mengenai bank konvensional pun kembali mencuat karena diketahui hanya perbankan syariah yang boleh beroperasi di Aceh saat ini.
Bahkan usai kejadian tersebut, ada yang membuat petisi untuk mengembalikan bank konvensional ke Aceh di situs change.org.
Dilihat media ini, sudah 64 orang yang menandatangani petisi tersebut sejak dibuat pada Minggu (28/8/2022) kemarin hingga Senin hari ini.
Akademisi yang juga Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Ar-Raniry, Dr Zaki Fuad menyampaikan, sejauh ini belum ada hal yang substansial untuk dikembalikannya bank konvensional ke Aceh.
Menurutnya, mengembalikan bank konvensional ke Aceh merupakan jalan mundur dari penerapan Qanun Lembaga Keuangan Syariah (LKS), dan itu tidak boleh terjadi.
"Saya menyebutnya, tidak ada istilah gigi atret (mundur)," kata Dr Zaki kepada Serambinews.com, Senin (29/8/2022).
Ia menilai dalam proses implementasi, Qanun LKS diakui mendapat sejumlah hambatan dan kekurangan di dalamnya.
Namun semua itu sudah berjalan sesuai di jalurnya dan sedang berproses menuju ke arah yang lebih baik ke depan.
"Kami sempat ribut-ribut juga di grup (akademisi) soal ini, tapi setelah ditelusuri ternyata semuanya on processing," jelasnya.
Dekan FEBI UIN Ar-Raniry itu sudah melakukan penyelidikan terkait hal dikeluhkan turis asing yang kesulitan menarik uang beberapa waktu lalu di Aceh.
Salah satunya mengenai izin acquirer (pengakuisisi) dengan bank luar negeri.
Menurutnya, proses izin acquirer dengan bank di luar negeri memakan waktu serta tahapan yang tak semudah membalikkan telapak tangan.
"Ketika berhadapan dengan misal BI, OJK langsung bisa memberikan izin," kata Dr Zaki.
"Tapi kalau berhubungan dengan bank luar negeri itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Itu persoalannya, perlu antre karena bukan cuma kita yang sedang daftar dari seluruh dunia," tambah akademisi UIN Ar-Raniry itu.
Ia juga menyampaikan, pihak bank sebenarnya sudah tahu duduk masalah ini.
Dan mereka sudah berusaha sejak enam bulan lalu sebagaimana sejak diberlakukannya Qanun LKS,
"Jadi mereka tidak tinggal diam di telan masa. Ini sudah on the track," kata Dr Zaki.
"Makanya saya dan kita akademisi khususnya di Dewan Syariah Aceh sudah komit. Tidak ada penarikan ulang pemberlakukan lembaga keuangan konvensional di Aceh," tandasnya.
Baca juga: Turis Asing Sulit Tarik Uang di ATM Aceh, Pengamat Komunikasi: Jangan Melihat Ini Sesuatu Negatif
BSI Sedang Proses Izin Acquirer Mesin ATM dari VISA
Sementara Regional CEO Bank Syariah Indonesia (BSI) Aceh, Wisnu Sunandar, mengakui bahwa ATM BSI saat ini belum bisa digunakan untuk transaksi dengan penggunaan kartu ATM bank luar negeri.
Kendati demikian, kata Wisnu, saat ini BSI sedang memproses izin acquirer mesin ATM dari VISA.
“Kami sampaikan bahwa saat ini BSI sedang memproses Izin Acquirer mesin ATM dari VISA agar seluruh mesin ATM BSI dapat melayani penarikan uang tunai dari Kartu ATM milik bank-bank luar negeri,” ujar Wisnu dalam pernyataan tertulis yang diterima Serambinews.com, Sabtu (27/8/2022).
Ia menambahkan, BSI saat ini hanya memiliki Izin Issuer Kartu yaitu: Pertama, Kartu Debit VISA BSI dapat digunakan untuk menarik uang dari mesin-mesin ATM berlogo VISA di luar negeri (worldwide).
Kedua, Kartu Kredit Syariah Mastercard BSI (Hasanah Card) juga dapat digunakan worldwide.
Ketiga, Mesin EDC merchant BSI yang saat ini tersebar di seluruh Aceh dapat digunakan untuk transaksi non tunai dari kartu yang berlogo VISA dan Mastercard.
“Mohon doa agar kami terus dapat memberikan layanan terbaik kepada seluruh nasabah dan segenap stakeholders,” tutup Wisnu Sunandar.
Baca juga: Fraksi PKS DPRA Sayangkan Peristiwa Turis Asing tak Bisa Tarik Uang di Aceh
Sebelum mendapat penjelasan dari Regional CEO BSI Aceh, Wisnu Sunandar, Serambi melalui pesan WhatsApp (WA) kemarin juga menginformasikan tentang kesulitan untuk melakukan transaksi keuangan karena bank tersebut belum menyediakan ATM berlogo VISA di Aceh ke Komisaris BSI, Arief Rosyid.
“Sdh sy teruskan sejak pagi td ke RCEO dan tmn2 manajemen u ditindaklanjuti, terimakasih masukannya bang,” tulis Arief Rosyid via pesan WA menjawab Serambi.
Lalu, dia mengirimkan jawaban dari Regional CEO BSI Aceh seperti di atas.
Informasi yang diperoleh Serambi, respons pihak BSI Aceh terhadap video viral tersebut lahir atas pengaduan yang dilakukan oleh warga Aceh bernama Hulaimi kepada Komisaris BSI, Arief Rosyid, yang diteruskan ke pihak BSI Aceh.
Baca juga: Ade Armando Singgung Perbankan di Aceh Usai Viral Turis Asing Kesulitan Berwisata, Begini Katanya
Bank Aceh Kembangkan Transaksi Lintas Negara
Sementara Bank Aceh saat ini sedang melakukan proses pengembangan transaksi lintas negara (crossborder) melalui ATM dengan bekerja sama pihak ketiga penyedia jasa transaksi baik Visa, Mastercard, maupun lainnya, baik sebagai issuer maupun acquire.
Hal itu dikatakan Direktur Utama Bank Aceh, Haizir Sulaiman, melalui Kabid Humas, Ziad Farhad, kepada Serambi, Minggu (28/8/2022).
“Bank Aceh saat ini sudah menyediakan transaksi antarnegara secara nontunai melalui mesin Electronic Data Capture atau EDC Bank Aceh di sejumlah merchant yang tersebar di seluruh Aceh, bagi pengguna kartu debit dan kredit yang berlogo Visa maupun Master,” jelasnya.
Menurut Ziad, wisatawan mancanegara yang ingin berbelanja di supermarket atau melakukan pembayaran penginapan di sejumlah destinasi wisata di Aceh sudah dapat dilayani secara nontunai menggunakan mesin EDC Bank Aceh.
“Awal Agustus lalu, Bank Aceh sudah melakukan kerja sama penggunaan EDC dengan sejumlah penginapan yang ada di Sabang seperti Olala Bungalow dan Star Resort," ujar Ziad.
"Penyerahan secara simbolis saat itu turut melibatkan Kadis Pariwisata Sabang yang diwakili Muhammad Hendrik Friasayani ST MT,” tambahnya.
Pemilik Olala Bungalow, Eka Sartika, mengatakan, kehadiran EDC Bank Aceh sangat membantu jasa penginapan yang dimilikinya dalam meningkatkan hunian dari wisatawan mancanegara.
"Kehadiran EDC Bank Aceh memberi kemudahan sekaligus berdampak positif bagi kami dan wisatawan dalam melakukan transaksi. Selain itu tentunya meningkatkan potensi pariwisata yang ada di Sabang," ujarnya. Hal senada juga dikatakan oleh Teuku Rizki Juanda selaku pemilik Star Resort.
Ziad menambahkan, penyerahan mesin EDC ini sebagai bukti kepedulian Bank Aceh untuk mendukung potensi pariwisata yang ada di Aceh sekaligus meningkatkan kemudahan transaksi.
Kemudahan tersebut baik kepada pemilik resort/penginapan di kawasan wisata dalam melayani wisatawan lokal maupun mancanegara untuk melakukan transaksi pembayaran melalui mesin EDC menggunakan kartu debit atau kartu kredit berlogo Visa dan Mastercard.
“Saat ini Bank Aceh sudah memiliki EDC sebanyak 250 unit yang tersebar di seluruh Aceh. Dalam waktu dekat akan kembali dilakukan aktivasi 260 mesin EDC,” katanya.
Sejak beberapa tahun terakhir, sambung Ziad, kartu ATM Bank Aceh juga sudah dapat melakukan penarikan tunai di Malaysia melalui sejumlah bank yang tergabung dalam Malaysian Exchange Payment System (MEPS).
MEPS menyediakan jaringan switch ATM Bersama yang memungkinkan nasabah mudah untuk mengakses dana mereka di mana saja dari salah satu ATM bank mitra.
Selain itu, kata Ziad, layanan ini juga menawarkan layanan transfer, pembayaran, dan transaksi lainnya dengan menggunakan ATM di negara-negara peserta MEPS. “Bank Aceh akan terus melakukan pengembangan terhadap layanan transaksi baik di tingkat regional maupun global,” imbuh dia.
Ditambahkan, butuh dukungan semua pihak dalam rangka mendukung pariwisata di Aceh melalui diseminasi informasi yang positif dan relevan bagi wisatawan yang berkunjung di Aceh melalui sejumlah media.
Melalui hal tersebut, diharapkan wisatawan yang berkunjung di Tanah Rencong memperoleh informasi yang komprehensif.
Turis Asing Kesulitan Berwisata di Aceh
Sebelumnya diberitakan, Seorang turis asing asal Australia, Paul mengaku mengalami kesulitan saat berwisata di Aceh.
Hal itu terkait dengan transaksi keuangan di Aceh yang sama sekali tidak bisa ia gunakan bersama tiga rekannya.
Pasalnya, mereka tidak bisa melakukan penukaran uang (money changer) pada dua bank besar di Aceh dan tarik tunai di mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Diketahui, Paul bersama dua orang teman dari Amerika Serikat dan Australia datang ke Aceh untuk berwisata menikmati keindahan alam pegunungan dan pantai di barat selatan Aceh.
Kesulitan dalam transaksi keuangan itu dia ungkapkan dalam sebuah video curhatan seorang warga aceh di akun TikTok Fendra_trysanie.
Video curhatan itu beredar luas di media sosial dan grup-grup WhatsApps sejak Jumat (26/8/2022) malam.
Diketahui, dalam video berdurasi 2 menit 14 detik itu menjelaskan tiga turis asing kesulitan menukar uang di bank dan kartu ATM mereka tidak dapat digunakan di mesin ATM.
Bahkan, Paul dalam video tersebut sampai meminta tolong karena mereka tidak memiliki uang tunai sama sekali, sehingga kesulutan untuk membayar keperluan makan hingga mengisi BBM kendaraan.
“Fendra, here I no money, no bank, no food, no petrol in Aceh. Help me,” ujarnya.
(Fendra, disini saya tidak memiliki uang, tidak ada bank, tidak ada makanan, tidak ada bensin di Aceh. Tolong saya).
Hal itu diungkapkan setelah mereka kesulitan melakukan penarikan uang tunai pada sejumlah ATM di wilayah barat-selatan Aceh.
“Halo Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya ada sedikit cerita. Kita hari ini kesulitan mencari uang tukar karena bank di Aceh hanya ada Bank Aceh dan Bank Syariah Indonesia (BSI),” kata Fendra, yang bersama tiga turis asing itu.
Hingga kini, video tersebut sudah ditonton lebih dari 67 ribu dan dikomentari lebih dari 585 pengguna TikTok.
Dikonfirmasi Serambinews.com, Sabtu (27/8/2022), Fendra mengaku kesulitan itu sudah terjadi ketika mereka tiba di Kota Banda Aceh.
“Kita tidak ingin menyalahi siapapun karena kita juga salah. Kenapa kita salah? Saya pertama berfikir BSI di Banda Aceh bisa (tarik tunai di ATM) ternyata tidak. Kemudian kami ke Bank Aceh juga tidak bisa tarik. Akhirnya kita ke BCA (syariah),” jelasnya.
Berkat sejumlah uang yang mereka tarik di bank BCA Syariah tersebut, Fendra dan ketiga wisatawan itu melakukan perjalanan menyusuri keindahan alam pegunungan dan pantai barat selatan Aceh.
Dengan harapan mereka dapat melakukan penarikan uang tunai kembali di BSI atau Bank Aceh di Aceh Barat atau Aceh Selatan.
“Saya mikirnya BSI di Meulaboh atau Aceh Selatan bisa (tarik tunai). Yaudah kami jalan, ternyata tidak bisa (tarik tunai). ” ujar Fendra.
Ia mengatakan, kartu ATM ketiga wisatawan tersebut sama sekali tidak bisa digunakan pada dua bank tersebut.
“Akhirnya terpaksa untuk kebutuhan pakai uang saya,” tambahnya.
Hal ini menjadi notifikasi keras bagi para pemangku kebijakan.
Sebab, Aceh begitu gencar mempromosikan wisata namun tidak didukung dengan sistem keuangan bagi para wisatawan.
“Saya berharap bisa ada solusi dari pemerintah sehingga hal seperti ini tidak terjadi,”
Akibat tidak adanya bank konvensional di Aceh, wisatawan asing yang datang kemari tidak bisa mengambil uangnya di ATM dan mau tukar uang juga tidak bisa,” pungkasnya.
(Serambinews.com/Sara Masroni, Agus Ramadhan)