Berita Pidie
Kisah Nenek Penjual Rujak Cincang Asal Batee, Jajakan Dagangan dari Warkop ke Warkop Demi Keluarga
Setiap hari, wanita ini dengan cekatan memikul beban aneka rujak buah yang telah dicincang dalam baskom plastik.
Penulis: Idris Ismail | Editor: Saifullah
Laporan Idris Ismail I Pidie
SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Namanya Halimatussakdiah (60), asal Gampong Kulee, Kecamatan Batee, Pidie.
Setiap hari, wanita ini dengan cekatan memikul beban aneka rujak buah yang telah dicincang dalam baskom plastik.
Seperti halnya rujak salak campuran bumbu pliek ue, campuran buah timun, kendondong, serta jambu.
Tak hanya itu saja, didampingi itu juga turut menyertakan paket buah jamblang dan kacang rebus.
Semua paket aneka rujak cincang itu dikemas dalam paket plastik.
Soal harga, sangatlah terjangkau bagi para pelanggan setia yaitu hanya Rp 5.000 saja.
Rata-rata, ia memboyong 50 sampai 60 paket.
Baca juga: Kisah Inspiratif, Pemuda Gayo di Jakarta Ini Sukses Kembangkan Penjualan Kopi Gayo Secara Online
'Saban hari, saya hanya memperoleh keuntungan yang hanya cukup untuk membeli beras satu are serta minyak makan (goreng), serta lauk lainnya atau ditaksir sekitar Rp 50.000 sampai Rp 60.000,"ujar Halimatussakdiah kepada Serambinews.com, Selasa (30/8/2022).
Meski telah sepuh, rutinitas ini telah ia lakoni sejak 17 tahun terakhir, atau tepatnya pasca bencana alam gempa dan tsunami akhir tahun 2004 lalu yang menerpa Aceh.
Bagi nenek enam cucu ini, pekerjaan itu yang terus dilakukan semata-mata untuk menutupi kebutuhan hidup bagi keluarga tercintanya. Terik mentari tidak menjadi soal.
“Sepanjang halal, ini pekerjaan mulia ketimbang jadi peminta-minta, maka menjadi penjual rujak lebih baik," tuturnya seraya melayani pembeli di sebuah sudut di Kota Sigli, Pidie.
Perjalanan cemilan ini ia datangkan secara langsung dari Batee ke Kota Sigli dengan menumpang kendaraan umum jenis labi-labi.
Selebihnya, perjalanan dengan menyisir warung kopi dan perkantoran untuk menawarkan aneka rujak cincang di segenap pusat ibu kota penghasil emping melinjo itu.
Baca juga: Kisah Inspiratif, Mislina Dosen Poltas Peduli Sampah
“Jelang sore hari, saya 'pamit' pulang ke kediaman (Kulee Batee)," terangnya seraya menyeka keringat.(*)