Internasional

Gempa Ikut Guncang Chengdu, Pembatasan Covid-19 Tetap Diberlakukan

Pihak berwenang di Chengdu, China baratdaya tetap mempertahankan tindakan penguncian Covid-19 yang ketat di kota berpenduduk 21 juta jiwa itu.

Editor: M Nur Pakar
AFP/Hector RETAMAL
Seorang petugas berpakaian APD berjalan di Distrik Jing, Kota Shanghai, China yang kembali diberlakukan lockdown pada Selasa (12/4/2022). 

SERAMBINEWS.COM, BEIJING - Pihak berwenang di Chengdu, China baratdaya tetap mempertahankan tindakan penguncian Covid-19 yang ketat di kota berpenduduk 21 juta jiwa itu.

Meskipun terjadi gempa besar yang menewaskan sedikitnya 66 orang di daerah-daerah terpencil.

Rekaman yang beredar secara online pada Selasa (6/9/2022) menunjukkan pekerja yang mengenakan alat pelindung dari atas ke bawah.

Kemudian, mencegah penghuni gedung apartemen keluar melalui pintu lobi yang terkunci setelah gempa berkekuatan 6,8 SR pada Senin (5/9/2022) yang berpusat di Provinsi Sichuan.

Bangunan di Chengdu dan bagian lain dari Cina barat ikut terguncang oleh gempa.

Tidak ada kerusakan yang dilaporkan di kota.

Gempa tersebut melanda daerah pegunungan di daerah Luding, yang terletak di tepi Dataran Tinggi Tibet sekitar 200 kilometer dari Chengdu, di mana lempeng tektonik saling bergesekan.

Baca juga: Gempa Sichuan China, Tim Penyelamat Evakuasi 1000 Penduduk Desa yang Terjebak Longsor

Meskipun hanya mencatat beberapa kasus Covid-19 , penguncian Chengdu menjadi yang paling parah sejak kota Shanghai terbesar di China ditempatkan dalam isolasi selama musim panas.

Dilansir AP, tindakan itu telah memicu protes langka secara langsung dan online.

Secara keseluruhan, 65 juta orang China di 33 kota termasuk termasuk tujuh ibu kota provinsi saat ini berada di bawah berbagai tingkat penguncian.

Pemerintah telah melarang perjalanan kunjungan domestik selama liburan nasional mendatang.

Wabah telah dilaporkan di 103 kota, tertinggi sejak awal pandemi Covid-19 pada awal 2020.

Sebagian besar penduduk Chengdu dikurung di apartemen atau kompleks perumahan mereka.

Di kota pelabuhan timur Tianjin, kelas dipindahkan secara online setelah beberapa kasus baru dilaporkan.

Sistem politik Komunis China yang otoriter menuntut kepatuhan yang ketat terhadap langkah-langkah yang didiktekan oleh kepemimpinan pusat yang sangat didominasi oleh pemimpin partai Xi Jinping.

Baca juga: Gempa Susulan di Sichuan China Masih Terasa, Korban Tewas Bertambah Jadi 65 Orang

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved