Inflasi
Ini 10 Komoditi yang Pengaruhi Angka Inflasi di Aceh
Pj Gubernur Aceh, kata Achris Sarwani, berharap 10 arahannya itu ditindaklanjuti segera, dalam upaya pengendalian angka inflasi Aceh bulan September
Penulis: Herianto | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Herianto l Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Bank Indonesia Perwakilan Aceh mengungkapkan, ada 10 komoditi yang akan mempengaruhi angka inflasi Aceh pada bulan September 2022 ini.
Ke 10 komoditi itu, adalah telur ayam ras, cabe merah, cabai hijau, minyak goreng, ikan tuna, daging sapi, jeruk, beras, bawang merah dan udang basah.
“Kalau bulan Agustus lalu, Indeks Harga Konsumen (IHK) Aceh mengalami deflasi sebesar 0,51 persen, pada bulan depan IHK Aceh bisa sebaliknya jadi inflasi, dampak dari kenaikan BBM dan faktor lainnya, ” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Aceh, Achris Sarwani, dalam paparannya pada acara rapat pembahasan Inflasi Aceh bulan September ini, di Pendopo Gubernur Aceh, Selasa (6/9/2022).
• Pj Bupati Aceh Besar Ikuti Rakor Pengendalian Inflasi Bersama Pj Gubernur
• Inflasi Aceh Peringkat Lima Besar Nasional, Dipicu Kenaikan Harga
Dalam acara pembahasan Inflasi Aceh bulan September 2022 di Pendopo, Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki, kata Achris Sarwani, menyampaikan 10 arahan yaitu komunikasi publik, aktifkan TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota, aktifkan Satgas Pangan, BBM subsidi digunakan bagi orang tidak mampu, lakukan Gerakan energi, gerakan tanam cepat panen, kerja sama antar daerah, jalankan jaring pengaman sosial (BTT, Bansos Daerah, Anggaran Desa, DAU, Bansos Pusat), umumkan inflasi dan jadikan isu prioritas dan utama.
Pj Gubernur Aceh, kata Achris Sarwani, berharap 10 arahannya itu ditindaklanjuti segera, dalam upaya pengendalian angka inflasi Aceh bulan September dan bulan-bulan berikutnya, sampai akhir tahun, bisa terkendali.
Sebagai Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Aceh, kata Achris Sarwani, dirinya sependapat dengan Pj Gubernur Aceh, 10 arah tersebut di atas, harus dijalankan oleh semua pihak yang terlibat dalam pengendalian angka inflasi daerah, terutama para bupati dan wali kota di tiga daerah yang Indeks Harga Konsumen (IHK) menjadi ukuran bagi IHK Provinsi Aceh, yaitu Kota Banda Aceh, Kota Lhokseumawe dan Kota Meulaboh.
“IHK ketiga daerah itu digabung menjadi satu, kemudian menjadi IHK Aceh. Jadi jika kita ingin pengendalian angka inflasi Aceh, maka kita perlu mengendalikan harga komoditi yang mempengaruhi dan yang menjadi andil penyumbang inflasi di ketiga daerah itu,” ujar Achris Sarwani.
Cabai merah, kata Achris Sarwani, memberi andil penyumbang angka inflasi terbesar mencapai 2,71 persen, beras 0,23 persen, cabe hijau 0,21 persen, bawang merah 0,11 persen dan jeruk 0,007 persen.
Jadi, kata Achris Sarwani, supaya sumbangan angka inflasi cabai merah bisa rendah, caranya adalah meningkatkan pasokan cabai merah ke Kota Lhokseumawe, Kota Meulaboh dan Kota Banda Aceh, agar harga cabai merah di tiga daerah itu bisa berada di bawah Rp 90.000 – Rp 100.000/Kg. Pasokannya bisa dari luar Aceh dan dari petani cabai merah lokal
Karena, kenapa sumbangan angka inflasi dari cabai merah mencapai sebesar 2,71 persen, sebut Achris Sarwani, karena harganya sudah lima bulan tidak pernah turun di bawah Rp 60.000/Kg dan terus berada pada harga Rp 90.000 – Rp 100.000/Kg, bahkan pernah mencapai Rp 120.000/Kg.
Begitu juga beras, pada musim tanam padi gadu ini, harganya terus bergerak naik dan perlu diwaspadai, agar kenaikan harganya tidak memberikan andil yang besar bagi pembentukan angka inflasi Aceh.
Kecuali itu, masih ada beberapa faktor laiannya, lanjut Achris Sarwani, diantaranya adalah ongkos angkutan udara, bahan bakar rumah tangga, BBM, rokok filter, rokok putih, selanjutnya sewa rumah, sepeda motor, mie, nasi dan lauknya, mobil.
Untuk menekan kenaikan harga kebutuhan pangan yang dipasok dari luar Aceh, kata Achris Sarwani, supaya harga jualnya kepada masyarakat tidak mahal, maka distribusi barangnya ke Aceh, terutama ketiga kota yang menjadi pengukuran IHK bulanan, harus bisa terjamin volumenya, agar barangnya tidak langka, sehingga harganya stabil.
Suatu barang harganya akan naik, menurut Acris Sarwani, bila volume pasokannya jauh di bawah kebutuhan. Misalnya di Banda Aceh butuh cabe merah per harinya 2 – 3 ton, tapi yang masuk hanya 500 Kg, sudah pasti harga jual ecerannya mencapai Rp 90.000 – Rp 100.000/Kg. Tapi jika volume cabe merah yang masuk di atas 3 ton, dalam waktu beberapa minggu, harganya akan jatuh di bawah Rp 60.000/Kg.