Berita Jakarta

Posyandu Diminta Tak Sepelekan Bobot Anak, Kepala BKKBN: Protein Hewani untuk Cegah Stunting

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengingatkan seluruh posyandu untuk tidak menyepelekan pengukuran berat badan

Editor: bakri
Foto: Humas BKKBN
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. (H.C). dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG. (K) saat berkunjung ke timur Indonesia beberapa waktu lalu. 

JAKARTA - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengingatkan seluruh posyandu untuk tidak menyepelekan pengukuran berat badan dan tinggi badan anak agar pendataan yang digunakan dalam percepatan penurunan stunting semakin akurat.

“Saya minta para kader di posyandu untuk mengukur tinggi atau panjang serta berat bayi secara benar sehingga hasilnya akurat.

Sebab, hasil pengukuran tinggi serta berat bayi atau bobot akan digunakan untuk menentukan tingkat prevalensi stunting di Indonesia tahun 2022,” kata Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, Jumat (9/9/2022).

Dia meminta agar pengukuran berat badan dan tinggi badan yang dilakukan oleh bidan maupun tenaga kesehatan dapat dilakukan dengan benar dan sesuai tata laksana yang berlaku.

Sebab data-data itu akan disusun menjadi Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022.

Apabila pengukuran tidak dilakukan dengan benar dan terjadi kesalahan pengukuran, maka tidak akan menutup kemungkinan tenaga kesehatan dapat salah mendiagnosa seorang anak yang sehat, masuk dalam kategori mengalami kekerdilan atau stunting.

Sebab dalam salah satu kasus, kata Hasto, salah pengukuran disebabkan oleh kaki anak bergerak-gerak pada saat pengukuran.

Padahal untuk mengukur tinggi anak, badan harus lurus.

Kasus lain adalah pengukuran dilakukan saat anak tidak mau berbaring di tempat yang telah disediakan, sehingga pengukuran dilakukan saat anak berdiri.

Baca juga: Partisipasi Masyarakat Banda Aceh ke Posyandu Masih Rendah Sebabkan Masih Adanya Kasus Stunting

Baca juga: Aceh Darurat Stunting, Anggota DPRA Nora Idah Nita Desak Pemerintah Aceh Optimalkan Peran Posyandu

“Itu pasti hasil ukurnya akan lebih pendek.

Karena itu, petugas yang mengukur bisa dikumpulkan dahulu agar memiliki pemahaman cara pengukuran yang benar,” ucapnya.

Hasto berharap semua posyandu mau bekerja sama mengukur tumbuh kembang anak secara cermat.

Ia juga mengajak keluarga yang memiliki anak balita dan baduta datang ke posyandu untuk melakukan pengukuran.

“Apabila yang datang lebih dari 80 persen.

Kualitas data yang diperoleh akan semakin bagus,” katanya.

Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo juga mengatakan, pihaknya mendorong peran Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA) dan food bank untuk menyediakan protein hewani sebagai upaya pencegahan terjadinya kekerdilan pada anak (stunting).

“Mempercepat penurunan stunting butuh asupan gizi yang baik dan seimbang.

Makanya, percontohan makanan yang untuk mencegah stunting dengan bentuk gizi seimbang untuk anak di bawah dua tahun itu penting, tapi produk lokal,” katanya.

Hasto menyatakan jika UPPKA melalui Badan Pengurus Pusat Andalan Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Kelompok Akseptor (BPP AKU), dapat menggencarkan penggunaan protein hewani yang berasal dari pangan lokal.

Baca juga: Peduli Stunting, SKK Migas - Premier Oil Dukung Lima Posyandu

Sebagai kelompok usaha dalam keluarga, UPPKA dapat dijadikan sebagai wadah, untuk memperkenalkan makanan bergizi yang mudah dijangkau seperti penggunaan ikan, telur dan beras yang sudah terfortivikasi. (antaranews.com)

Baca juga: Bina Posyandu, Mifa Dapat Apresiasi dari Masyarakat

Baca juga: Pertamina dan HI Bantu Posyandu Dua Gampong di Kecamatan Mesjid Raya Aceh Besar 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved