Internasional
Israel Rencanakan Pemukim Baru Yahudi dI Jerusalem Timur, Rumah Warga Palestina Bakal Terkurung
Israel akan segera membangun lagi pemukim baru Yahudi di kawasan Jerusalem Timur.
SERAMBINEWS.COM, JERUSALEM - Israel akan segera membangun lagi pemukim baru Yahudi di kawasan Jerusalem Timur.
Jika itu dilaksanakan, maka rumah warga Palestina akan terkurung tanpa jalan keluar.
Seperti rumah seorang warga Palestina, Farid Salman.
Dari rumahnya di Jerusalem timur yang dicaplok Israel, saat ini, dia masih menikmati pemandangan kota yang jelas dan tidak terhalang.
Tetapi blok menara tempat tinggal baru untuk pemukim Yahudi dapat mengurungnya.
Salman tinggal di lingkungan Arab Beit Safafa.
Di mana otoritas Israel baru-baru ini memberikan persetujuan awal untuk 700 rumah pemukim dalam pengembangan Givat Shaked yang diusulkan, termasuk empat bangunan 24 lantai.
Berdiri di atas bukit berumput yang berserakan di samping rumahnya, tukang kebun berusia 66 tahun itu mengatakan seperti orang Palestina lainnya, takut dengan apa yang akan terjadi di sini.
Baca juga: Jerman Pembantai Yahudi Dukung Israel, Kutuk Pernyataan Holokus ke Israel Oleh Presiden Palestina
Lebih dari selusin derek konstruksi sudah tersebar di seluruh pemandangan Jerusalem Barat, daerah sibuk di mana mobil berlomba di jalan raya di samping dua stadion dan daerah perumahan.
“Besok mereka akan berada di sini, di sisi perbatasan kita,” kata Salman.
Dia mengacu pada Garis Hijau, yang oleh sebagian besar masyarakat internasional dipandang sebagai demarkasi yang sah antara Jerusalem Barat dan timur kota.
Dimana, telah diklaim Palestina sebagai ibu kota negara merdeka di masa depan.
Rencana Givat Shaked telah menjadi sumber kontroversi sejak pertama kali diusulkan pada pertengahan 1990-an.
Dewan Keamanan (DK) PBB mengutuknya pada tahun 1995 sebagai ancaman bagi proses perdamaian Oslo yang baru lahir.
Bahkan, berisiko mengisolasi Beit Safafa dari sisa Jerusalem Timur dan Tepi Barat yang diduduki Israel.
AS memvetonya dan mendorong Israel untuk membatalkan rencana tersebut.
Baca juga: Pria Bersenjata Palestina Serang Bus Rombongan Yahudi Dekat Tembok Ratapan, Pelaku Serahkan Diri
Saat ini lingkungan berbukit dihiasi dengan tangki air putih di atas rumah-rumah bertingkat rendah, mengelilingi sebuah masjid dengan kubah emas.
Tidak jelas mengapa persetujuan Givat Shaked mendapatkan kembali momentumnya jelang pemilihan baru pada November 2022.
Beberapa politisi Israel secara terbuka merayu pemilih sayap kanan yang mendukung perluasan pemukiman dan kontrol Israel atas Jerusalem Timur.
Salah satu politisi itu, Menteri Dalam Negeri Ayelet Shaked, seorang nasionalis sayap kanan yang telah berjuang mendapatkan dukungan.
Sejak pemimpin partai dan mantan Perdana Menteri Naftali Bennett mengumumkan mundur dari politik.
“Tidak terpikirkan untuk mencegah pembangunan dan konstruksi di daerah ini, atau di mana pun di kota ini,” tambahnya.
Dia menggarisbawahi keyakinannya, seluruh Jerusalem menjadi ibu kota Israel dan menolak klaim kontrol Palestina atas timur kota.
Shaked juga menekankan perlunya untuk meningkatkan pasokan perumahan Yahudi di Jerusalem.
Baca juga: Ratusan Warga Yahudi Bersama Anggota Parlemen Kunjungi Komplek Masjid Al-Aqsa
Tetapi Daniel Seidemann, pendiri pengawas anti-pemukiman Ir Amim, mengatakan klaim seperti itu tidak jujur.
"Ini tidak ada hubungannya dengan kebutuhan perumahan asli Israel dan Palestina," kata Seidemann, seorang pengacara.
“Ini semua tentang perjuangan nasional antara Israel dan Palestina," tambahnya.
“Jika ini benar-benar tentang kebutuhan perumahan, daerah ini akan dikembangkan sebagaimana mestinya, sebagai bagian organik dari lingkungan Palestina," harapnya.
“Sebaliknya, tanah itu direnggut dari Beit Safafa dan diubah menjadi lingkungan Israel untuk tujuan geopolitik dan ideologis," jelasnya.
Beit Safafa, rumah bagi hampir 16.000 penduduk, terletak di Jalur Hijau dan terselip di sudut barat daya Jerusalem Timur, membuatnya sangat rentan terhadap isolasi.
Kawasan itu sudah dibatasi oleh dua pemukiman, Gilo dan Givat Hamatos, yang terletak di selatannya.
Menara Givat Shaked yang diusulkan dapat secara efektif memutuskan komunitas dari wilayah Palestina yang lebih luas.
Baca juga: Israel Peringatkan Serangan ke Gaza Bisa Seminggu, Jihad Islam Akan Terus Bombardir Pemukiman Yahudi
“Ini seperti pulau Palestina,” kata Seidemann, yang menuduh Israel berusaha menciptakan kehadiran Israel yang luar biasa di Jerusalem Timur yang akan memecah dan meminggirkan warga Palestina.
Rumah-rumah Palestina di Jerusalem Timur secara teratur dihancurkan oleh otoritas Israel yang bersikeras rumah-rumah itu dibangun tanpa izin.
Salman mengungkapkan rasa frustrasinya atas apa yang dia lihat sebagai standar ganda yang kotor, dengan pemukim diberi lampu hijau.
Tetapi, izin untuk rumah Palestina menghilang ke dalam birokrasi Israel.
“Kami tidak menentang pembangunan,” katanya.
"Tapi mereka harus memikirkan kami juga," ujarnya.(*)