Internasional
Korban Demonstrasi Mengutuk Prilaku Polisi Moral Iran Terus Bertambah, Sembilan Orang Tewas
Bentrokan antara pasukan keamanan Iran dan demonstran yang marah atas kematian wanita muda berusia 22 tahun, Mahsa Amini dalam tahanan polisi moral
Protes telah berkembang dan menjadi tantangan terbuka bagi pemerintah.
Dimana, demonstran perempuan melepas dan membakar jilbab di jalan-jalan dan membakar tempat sampah serta menyerukan kejatuhan Republik Islam itu sendiri.
"Matilah diktator!" telah menjadi seruan umum dalam protes.
Demonstrasi telah mengguncang kampus universitas di Teheran dan kota-kota barat yang jauh seperti Kermanshah.
Meskipun meluas, kerusuhan tampak berbeda dari putaran protes nasional sebelumnya yang dipicu oleh masalah dompet karena ekonomi Iran terhuyung-huyung di bawah sanksi berat AS.
Baca juga: Demo Protes Kematian Mahsa Amini di Iran, Lima Demonstran Tewas Ditembak dan Puluhan Terluka
Kerusuhan yang meletus pada tahun 2019 atas kenaikan harga bensin yang tiba-tiba oleh pemerintah memobilisasi massa kelas pekerja di kota-kota kecil.
Ratusan orang tewas saat pasukan keamanan menindak, menurut kelompok hak asasi manusia, kekerasan paling mematikan sejak Revolusi Islam 1979.
Media pemerintah Iran pekan ini melaporkan demonstrasi ratusan orang di setidaknya 13 kota, termasuk ibu kota, Teheran.
Video online menunjukkan pasukan keamanan menembakkan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan protes.
Amnesty International yang berbasis di London melaporkan petugas juga menembakkan birdshot dan pelet logam serta memukuli pengunjuk rasa dengan tongkat.
Rekaman di media sosial dari kota utara Tabriz menunjukkan seorang pemuda yang diduga ditembak oleh pasukan keamanan berdarah di jalan ketika pengunjuk rasa berteriak minta tolong.
Setidaknya sembilan orang tewas dalam konfrontasi, menurut hitungan AP berdasarkan pernyataan dari media pemerintah dan kantor semi resmi Iran.(*)