Internasional

Korban Demonstrasi Mengutuk Prilaku Polisi Moral Iran Terus Bertambah, Sembilan Orang Tewas

Bentrokan antara pasukan keamanan Iran dan demonstran yang marah atas kematian wanita muda berusia 22 tahun, Mahsa Amini dalam tahanan polisi moral

Editor: M Nur Pakar
AFP/IRNA
Para demonstran Iran turun ke jalan-jalan di ibukota Teheran untuk memprotes kematian Mahsa Amini, dalam tahanan polisi moral pada Rabu (21/9/2022). 

SERAMBINEWS.COM, TEHERAN - Bentrokan antara pasukan keamanan Iran dan demonstran yang marah atas kematian wanita muda berusia 22 tahun, Mahsa Amini dalam tahanan polisi moral terus bertambah.

Tindakan keras pasukan keamanan Iran telah menewaskan sedikitnya sembilan orang sejak kekerasan meletus akhir pekan lalu, menurut penghitungan Kamis (22/9/2022) oleh The Associated Press (AP).

Ruang lingkup kerusuhan Iran yang sedang berlangsung, yang terburuk dalam beberapa tahun, masih belum jelas karena demonstrasi terjadi di puluhan kota.

Mereka melampiaskan kemarahan atas penindasan sosial dan krisis yang memuncak di negara itu dan menghadapi pasukan keamanan dan paramiliter yang bertindak keras.

Penutupan akses ke Instagram dan WhatsApp, yang digunakan pengunjuk rasa untuk berbagi informasi tentang tindakan keras pemerintah terhadap perbedaan pendapat, berlanjut pada Kamis (22/9/2022).

Pihak berwenang juga tampaknya mengganggu akses internet ke dunia luar.

Sebuah taktik yang menurut para aktivis hak asasi manusia sering digunakan oleh pemerintah pada saat terjadi kerusuhan.

Baca juga: Ayatollah Ali Khamenei Serukan Pemuda Iran Tidak Tertipu Bujukan Barat

Stasiun radio dan televisi sudah dikendalikan negara dan jurnalis secara teratur menghadapi ancaman penangkapan.

Bahkan, Pengawal Revolusi paramiliter mendesak pengadilan pada Kamis (22/9/2022) untuk menuntut siapapun yang menyebarkan berita palsu dan desas-desus di media sosial tentang kerusuhan tersebut.

Demonstrasi di Iran dimulai sebagai pencurahan emosi atas kematian Mahsa Amini.

Seorang wanita muda yang ditahan oleh polisi moral negara karena diduga melanggar aturan berpakaian yang diberlakukan secara ketat.

Kematiannya telah memicu kecaman tajam dari Amerika Serikat, Uni Eropa dan PBB.

Polisi mengatakan dia meninggal karena serangan jantung dan tidak diperlakukan dengan buruk, tetapi keluarganya meragukan hal itu.

Pakar independen yang berafiliasi dengan PBB, Kamis (22/9/2022) mengatakan laporan mengindikasikan dia dipukuli habis-habisan oleh polisi moral.

Baca juga: Seorang Aktivitas Wanita Iran Dihukum, Tanpa Jilbab Saat Muncul di Media Sosial

PBB juga menyerukan penyelidikan yang tidak memihak untuk meminta pertanggungjawaban pelaku.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved