Kasus Dugaan Korupsi Tsunami Cup
Setelah M Zaini Yusuf, Giliran Bendahara Tsunami Cup Ditahan Jaksa Kejari Banda Aceh
Ia ditahan di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Banda Aceh di kawasan Kajhu, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar, Kamis (22/9/2022).
Penulis: Masrizal Bin Zairi | Editor: Mursal Ismail
2. Negara-negara Korban Tsunami
Empat negara berlaga pada turnamen sepakbola internasional ‘Aceh World Solidarity’ ini.
Keempat negara itu adalah Indonesia, Brunei Darussalam, Mongolia, dan negara pecahan Uni Soviet, Republik Kirgistan.
Sebelumnya, panitia ingin agar turnamen ini diikuti negara-negara yang menjadi korban tsunami seperti Jepang, Thailand, Malaysia, serta Indonesia sebagai tuan rumah.
“Karena bersamaan dengan kalender FIFA, sejumlah negara tak dapat mengikuti turnamen ini. Mereka kita undang melalui PSSI Pusat," kata Irwandi Yusuf.
"Untuk edisi pertama, saya pikir sudah cukup memadai. Saya berjanji selama pemerintahan saya, turnamen ini akan terus berlanjut,” tambahnya saat launching turnamen itu.
Irwandi secara terbuka mengakui kalau ajang tersebut dilaksanakan sebagai tanda bahwa Aceh saat ini sudah aman dan kondusif, bukan seperti penilaian orang luar.
Malahan, tingkat kriminalitas di Tanah Rencong tergolong rendah dibanding daerah lain.
“Aceh harus berkelas, sudah bukan waktunya lagi Aceh melekat dengan stempel tidak aman. Kita harus buktikan kepada dunia, kalau Aceh aman dan bisa mementaskan even internasional. Ke depan, kita juga akan adakan maraton di Sabang,” kata Irwandi.
Selain itu, perhelatan turnamen internasional ini juga merupakan program Aceh Teuga (Aceh Kuat-red).
Di mana target dan misi dari program tersebut adalah ingin mengembalikan dan meningkatkan prestasi olahraga di Tanah Rencong termasuk cabang sepakbola.
“Inilah salah satu latar belakang untuk pementasan Aceh World Solidarity,” pungkas Irwandi.
3. Total Hadiah Rp 550 Juta
Turnamen Aceh World Solidarity Cup berhadiah total Rp 550 juta.
Hal itu disampaikan Pembina Aceh World Solidarity Cup, HM Zaini Yusuf.
"Untuk edisi pertama dari turnamen ini, kita memang menyediakan hadiah juara Rp 550 juta," katanya usai lauching turnamen ini di Hermes Palace Hotel, Minggu (12/11/2017) pagi.
Seperti diketahui, Aceh World Solidarity tersebut akan mendatangkan empat kesebelasan timnas, yakni Indonesia, Mongolia, Brunei Darussalam, dan Republik Kirgizstan.
Ketiga negara itu diundang melalui PSSI Pusat.
Pada kesempatan itu, Zaini menyebutkan, turnamen selama sepekan tersebut akan menganut sistem gugur.
Artinya, setiap tim memainkan tiga pertandingan.
"Setiap hari akan ada dua partai, yakni sore dan malam. Tiap selesai melakoni duel, mereka langsung istirahat," demikian Presiden Klub Aceh United itu.
4. Kirgistan Juara Aceh World Solidarity Cup
Kirgistan tampil sebagai juara pada turnamen Aceh World Solidairy Cup 2017.
Timnas Kirgistan kampiun setelah menaklukkan tuan rumah Timnas Indonesia 1-0 di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, Rabu (6/12/2017) sore WIB.
Timnas Indonesia sebetulnya mengancam gawang Kirgistan lebih dulu lewat serangan balik pada menit kedua.
Namun, Ilham Udin Armaiyn gagal menuntaskan peluang jarak dekat tersebut.
Hujan deras yang sempat mengguyur lapangan pada menit-menit awal, membuat kedua tim kesulitan membangun serangan.
Mesi begitu, Kirgistan mampu unggul pada menit ke-20 lewat bek Saliev Askarbek.
Askarbek sukses memanfaatkan bola liar di dalam kotak penalti Indonesia setelah rekannya mengirimkan umpan datar dari sisi kanan.
Tersentak, Indonesia mendapatkan peluang bagus via akselerasi Febri Hariyadi yang kembali memanfaatkan serangan balik.
Namun, peluang gol pupus setelah Febri kehilangan momentum mengoper bola kepada Hargianto yang berdiri lebih bebas.
Tidak ada kesempatan berarti untuk kedua tim setelah itu. Skor 0-1 untuk keunggulan Kirgistin menutup babak pertama.
Pada paruh kedua, Indonesia tetap mendominasi serangan. Namun, lagi-lagi penyelesaian akhir masih menjadi pekerjaan rumah pelatih Luis Milla.
Tendangan Evan Dimas masih mampu diamankan kiper Kirgistan, Mathias Pavel, pada menit ke-51.
Meskipun dominan dalam penguasaan bola, timnas Indonesia tetap kesulitan saat memasuki area sepertiga akhir pertahanan lawan.
Pada menit tambahan babak kedua, Febri yang berdiri bebas gagal menendang bola dengan sempurna.
Alhasil, tidak ada perubahan skor yang terjadi dan Indonesia tetap gagal menyamakan kedudukan hingga akhir pertandingan.
Dengan hasil ini, Indonesia berada di urutan kedua klasemen akhir turnamen dengan enam poin.
Menjadi runner-up, Evan Dimas dkk hanya berhak mendapatkan medali perak.
Sementara Kirgistan menjadi juara setelah menempati posisi puncak dengan poin sempurna dari tiga kemenangan.
5. Jaksa Periksa Panitia Aceh World Solidarity
Beberapa bulan setelah penyelenggaraan turnamen tersebut, Penyidik Kejaksaan Negeri (Kejari) Banda Aceh memeriksa panitia penyelenggara Aceh World Solidarity atau Tsunami Cup 2017.
Pemeriksaan berlangsung di kantor kejaksaan setempat, pada Kamis (18/10/2018).
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui apakah ada tindak pidana atau tidak dalam kegiatan olahraga itu.
Kepala Seksi Intelijen (Kasi Intel) Kejari Banda Aceh kala itu, Himawan SH yang dikonfirmasi Serambi, Jumat (19/10/2018) membenarkan pemeriksaan terhadap panitia Aceh World Solidarity Cup.
“Iya ada pemeriksaan. Ini masih proses penyelidikan dan sekarang kita masih mencari ada tindak pidana atau tidak,” kata Himawan.
Namun, terkait siapa saja yang diperiksa oleh penyidik, Himawan tidak menyebutkan secara rinci.
Dia hanya menyebutkan secara umum bahwa yang diperiksan adalah panitia pelaksana kegiatan turnamen sepakbola bertaraf internasional.
“Yang diperiksa panitia Tsunami Cup untuk dimintai keterangan,” ungkap dia.
Kasi Intel Kejari Banda Aceh, Himawan juga menyampaikan bahwa pemeriksaan terhadap panitia penyelenggara Aceh World Solidarity atau Tsunami Cup 2017 dilakukan untuk menindaklanjuti laporan masyarakat.
“Pemeriksaan ini atas laporan masyarakat,” kata Himawan.
Himawan menyatakan, hingga kini pihaknya masih melakukan penyelidikan untuk mengumpulkan keterangan dengan memanggil panitia.
Ketika ditanya, sejak kapan pemeriksaan itu dilakukan, Himawan mengaku tidak tahu karena kasus itu ditanggani langsung oleh Kasi Pidana Khusus (Pidsus) Kejari setempat.
“Kalau ditanya banyak, jujur saja tidak banyak tahu, karena berkasnya sama Pidsus. Saya membenarkan ada penyelidikan. Ini masih proses penyelidikan. Inti penyelidikan kita ingin mengetahui ada tindak pidana atau tidak dalam kegiatan turnamen tsunami cup itu,” demikian Himawan. (*)