Mihrab
Pesan Dakwah Dibalik Tarian Seudati
Seni sastra yang terdapat pada tarian Seudati tercermin dari syair-syair yang didendangkan dalam setiap gerakan tarian
SEUDATI merupakan tarian khas yang berasal dari daerah Aceh yang memadukan dua jenis kesenian, yaitu seni tari dan sastra.
Seni sastra yang terdapat pada tarian Seudati tercermin dari syair-syair yang didendangkan dalam setiap gerakan tarian.
Tarian Seudati dimainkan oleh sekelompok laki-laki yang berjumlah delapan sampai sepuluh orang.
Pada setiap kelempok, dua orang menjadi pelantun syair yang menggiring penari dalam memainkan gerakannya.
Pelantun syair tersebut diistilahkan dengan Aneuk dhik atau Aneuk syahi.
Pengurus Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, Ustazah Sarah Ulfah, mengatakan, di masa dahulu tarian Seudati berfungsi sebagai tarian kepahlawanan yang dilaksanakan untuk pelepasan pasukan tentara yang hendak berangkat ke medan perang guna melawan musuh.
“Tak hanya pelepasan, tarian Seudati juga berfungsi sebagai penyambutan para pasukan yang kembali dari medan dengan membawa pulang kemenangan,” ujarnya.
Namun, kata dia, dikalangan masyarakat saat ini tarian Seudati berfungsi sebagai hiburan dalam rangka menjalankan tradisi pada kegiatan-kegiatan tertentu yang masih sangat diminati oleh masyarakat.
Tak jarang penampilan tarian Seudati ini dijadikan media oleh masyarakat untuk kegiatan pengumpulan dana sosial kemanusiaan.
Baca juga: Tarian Seudati Meriahkan Opening Aceh UMKM Aceh Expo di Bali
Baca juga: Seudati, Tarian Perang yang Semakin Langka
Baca juga: Seudati Meriahkan Malam Puncak Anugerah Bupati Bireuen, First Lady Bireuen Nyanyikan Lagu Kemesraan
Namun seiring berkembangnya zaman, tarian Seudati mengalami pergeseran secara fungsional.
Artinya yang dahulunya berfungsi sebagai pelestarian adat dalam berbagai kegiatan, kini fungsi tarian Seudati lebih banyak kita temukan sebagai pelengkap pada acara atau upacara tertentu.
“Contohnya pada penyambutan hari-hari besar nasional ataupun hari besar lokal.
Biasanya seni tari Seudati pada kegiatan ini berfungsi sebagai pertunjukan untuk kelengkapan agenda acara tersebut,” terang alumni Ponpes Muslimat Samalanga, Bireuen ini.
Tak hanya itu, kata dia, tarian Seudati saat ini juga digunakan dalam berbagai penyambutan tamu-tamu penting yang berasal dari luar daerah Aceh dengan tujuan untuk memperkenalkan budaya Aceh sekaligus sebagai bentuk penghormatan dan persembahan hiburan.
Ternyata tarian tanpa iringan alat musik ini tak hanya sebagai lambang atau adat bagi kebudayaan daerah Aceh, melainkan budaya ini banyak menyimpan nilai-nilai dakwah didalamnya.
“Nilai dakwah yang pertama dapat kita lihat dari nama nya sendiri yaitu Seudati.
Seudati berasal dari bahasa Arab yaitu syahadah, artinya pengakuan,” ujarnya.
Pengakuan dimaksud adalah pengakuan terhadap Keesaan Allah SWT dan Kerasulan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah SWT.
Oleh karena itu, penyematan istilah Seudati untuk nama tarian ini mengandung nilai dakwah pada bidang akidah.
Nilai dakwah selanjutnya terlihat pada praktik gerakannya.
Dalam tarian Seudati, semua gerakan penari harus seiirama dengan senandung dari Aneuk dhik atau Aneuk syahi.
Hal ini mengandung makna bahwa masyarakat harus patuh pada pimpinan yang telah mereka percayakan.
Tak hanya itu, pesan-pesan dakwah juga disampaikan melalui syair-syair yang dilantunkan Aneuk syahi dalam mengiringi setiap gerakan.
Isi syair tersebut mengandung ajakan bagi penonton untuk lebih dekat dengan Islam.
Oleh karena itu, tema syair Seudati tidak akan terlepas dari nilai-nilai Islam di berbagai aspek kehidupan.
“Menjaga dan melestarikan seni budaya Aceh merupakan tugas kita semua agar identitas Aceh tidak hilang dan tentunya meminimalisir fenomena merosotnya moral dan budi pekerti yang disebabkan oleh perkembangan global yang begitu cepat dan tak terbendung,” pungkasnya. (ar)
Baca juga: Disbudpar Gelar Festival Seudati se-Aceh
Baca juga: Aneuk Syuhada Minta Semua Pihak Tuntaskan MoU Helsinki: Ayah Kami jangan Dijadikan Seudati