Berita Aceh Tamiang
Tetap Direndam Banjir Meski Sudah Bangun Tanggul Darurat, Warga Rantaupakam Aceh Tamiang Pasrah
Banjir akibat meluapnya Sungai Tamiang kembali menerjang Kampung Rantaupakam, Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang
Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang
SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG - Banjir akibat meluapnya Sungai Tamiang kembali menerjang Kampung Rantaupakam, Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang.
Padahal, warga sudah mengantispasi banjir kiriman ini dengan bergotong royong membangun tanggul.
Datok Penghulu Kampung Rantaupakam, Ruslan mengungkapkan banjir ini mulai memasuki permukiman pada Rabu (5/10/2022) siang.
Hingga Minggu (9/10/2022) siang, genangan banjir masih terjadi di beberapa titik, termasuk di jalan utama desa itu.
“Ini sudah hari kelima, kami takut kalau turun lagi hujan deras, maka air kembali naik,” kata Ruslan, Minggu (9/10/2022).
Ruslan memastikan banjir ini akibat meluapnya air sungai dan bersamaan dengan air pasang laut.
Baca juga: Banjir di Tiga Daerah Terus Meluas, Pengungsi Bertambah, Tujuh Rumah Rusak
Dia mengatakan banjir ini tidak akan terjadi bila sheet pile yang sudah dibangun pada 2019 tidak hancur.
Sheet pile senilai Rp 1,9 miliar itu disebutnya sudah ambruk akibat banjir yang melanda 2020.
“Hari ini kami hanya bisa memasang tanggul dari tanah di samping sheet pile itu,” jelas Ruslan.
Tanggul ini dikerjakan secara gotong royong oleh masyarakat dengan memasang tumpukan tanah yang sudah dimasukan ke goni di sepanjang bibir sungai.
Goni yang digunakan merupakan bantuan dari BPBD Aceh Tamiang.
“Goninya bantuan BPBD, tanahnya kami beli, sampai hari ini sudah beli 20 truk tanah,” sebutnya.
Sejauh ini, masyarkat telah memasang tanggul sebanyak 4 ribu goni.
Baca juga: Jumlah Tembakan Gas Air Mata Dalam Tragedi Kanjuruhan, TWP Sebut 40, Polri Ngaku 11 Kali
Meski begitu, upaya warga membendung air sungai ini tidak sepenuhnya berhasil. Barisan tanggul ini tidak mampu menahan luapan air sungai.
“Kami pasrah, kalau rumah sudahlah, bisa dibersihkan. Ini sawah, warga sudah tidak bisa panen sejak 2020,” kata Ruslan.